1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Partai Konservatif Menangkan Pemilu di Korea Selatan

10 April 2008

Partai Nasional Besar GNP memenangkan pemilihan parlemen di Korea Selatan. Perekonomian Korea Selatan menyambut gembira kemenangan Partai GNP. Sementara negara tetangga Korea Utara menunjukkan kegeramannya.

Partai Konservatif pimpinan Presiden Lee Myung-bak memenangkan pemilu di Korea Selatan.
Partai Konservatif pimpinan Presiden Lee Myung-bak memenangkan pemilu di Korea SelatanFoto: AP

Hanya 46 persen warga Korea Selatan yang memiliki hak pilih yang memberikan suaranya dalam pemilu hari Rabu (09/04). Alasan sebagian besar warga Korea Selatan yang tidak menggunakan hak pilihnya itu, partai-partai yang bertarung dalam pemilu hampir tidak dapat dibedakan atau kurangnya kepercayaan terhadap politisi.

Setelah memenangkan pemilihan presiden empat bulan lalu, Presiden Korea Selatan Lee Myung Bak kembali menikmati kemenangan, karena partainya Partai Nasional Besar GNP memenangkan pemilihan parlemen.

Berdasarkan hasil resmi penghitungan suara, GNP memperoleh lebih dari 90 persen suara. Dengan begitu, Partai GNP mendapatkan mayoritas kursi di parlemen, yaitu 152 kursi dari 299 kursi yang tersedia. Kemenangan GNP ini juga menjadikan Partai Demokrasi Bersatu UDP yang berhaluan liberal tidak lagi memiliki mayoritas kursi di parlemen. Dalam pemilu Rabu (09/04), UDP hanya meraih 82 kursi.

Ini merupakan pertama kalinya dalam sejarah demokrasi Korea Selatan yang masih muda, bahwa presiden dapat meraih mayoritas di parlemen. Tapi, kemenangan Lee Myung Bak tidak berarti besar bagi parlemen Korea Selatan. Parlemen tidak berpengaruh besar dalam sistem pemerintahan Korea Selatan. Presiden yang mengarahkan pemerintahan, memilih perdana menteri dan kabinet, serta dapat menjatuhkan hak veto.

Yang jelas, para pemilih Korea Selatan berharap, pemerintahan dalam empat tahun ke depan berlangsung stabil dan kuat, seperti yang dijanjikan dalam kampanye. Selain itu, warga Korea Selatan juga mengharapkan janji reformasi perekonomian dalam kampanye ditepati Lee. Bekas direktur utama Hyundai Lee Myung Bak ingin menerapkan politik yang mendukung perekonomian dan menjanjikan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Terhadap Korea Utara, Lee bersikap lebih kaku ketimbang pendahulunya Kim Dae Jung dari Partai Liberal dan Roh Moo-hyun dengan politik sinar matahari mereka. Lee hanya mau mengirimkan bantuan bahan pangan dan pupuk, jika pemerintah di Pyongyang benar-benar menghentikan program atomnya.

Perubahan sikap Korea Selatan ini memicu kemarahan Korea Utara. Pemerintah di Pyongyang bahkan mengeluarkan ancaman militernya. Puncaknya, Korea Utara, seperti yang disebut dalam media pemerintahnya, mengancam akan menghancur-leburkan Korea Selatan. (ls)