Partai Konservatif Perancis bangkit lagi dengan meraih suara terbanyak dalam pemilu lokal. Partai kanan anti imigran dan anti Eropa, meleset dari prakiraan hanya raih poisisi kedua.
Iklan
Mantan presiden Nicolas Sarkozy yang memimpin aliansi konservatif bangkit lagi dengan meraih kemenangan dalam pemilu Department putaran pertama yang digelar di Perancis Minggu (22/3). Dengan meraih 32,5 persen suara dalam pemilu lokal yang merupakan ajang ujicoba jelang pemilihan presiden tahun 2017, aliansi konservatif menunjukkan tren kearah mana Perancis akan bergerak.
Partai kanan populis yang anti Uni Eropa dan anti imigran Front National yang dipimpin Marine Le Pen yang dalam jajak pendapat terakhir serta sukses dalam kampanye harus menelan pil pahit dengan hanya meraih 25,4 persen suara, bukan 30 persen sesuai prognosa dan menjadi partai nomor dua di belakang kubu konservatif. Sejumlah pemilih yang berpikiran dingin dan logis, ternyata tidak tergiur dengan kampanye partai kanan yang mengedepankan ketidak puasan publik seputar carut marutnya ekonomi serta sentimen masalah imigran.
Partai yang jadi pecundang dalam pemilu kali ini adalah partai pemerintah saat ini Partai Sosialis dari Presiden Francois Hollande yang popularitasnya terus melorot tajam. Kinerja pemerintah saat ini yang dinilai sangat loyo, menjadi sorotan tajam para pemilih di Perancis. Angka pengangguran yang menembus dua digit membuat Partai Sosialis kehilangan suara di banyak tempat pemilihan.
Serangan Teror di Eropa
Sejak satu dekade terakhir serangan teror radikal Islamis terus menyasar Eropa. Sebuah Kronologi dalam gambar.
Foto: AP
November 2015 Paris
Serangan yang terjadi pada Jumat (13/11/15) malam merupakan aksi paling berdarah yang mengguncang Perancis setelah Perang Dunia II satu tusukan bagi Perancis. Sedikitnya 130 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka akibat serangan yang dilancarkan ISIS di tujuh lokasi di Paris. Polisi melaporkan 8 pelaku serangan teror tewas; 7 diantaranya meledakkan diri.
Foto: Getty Images/AFP/K. Tribouillard
Serangan Terhadap Kebebasan Berpendapat
Serangan terhadap mingguan Charlie Hebdo 7 Januari 2015 dinilai para politisi dunia sebagai identik dengan serangan terhadap kebebasan berpendapat dan kebebasan pers. Pimpinan redaksi Stephane Charbonnier alias "Charb" dan sejumlah karikaturis utama majalah itu tewas akibat serangan tersebut. Charb dipuji sebagai pejuang kebebasan pers yang berani dan pantang mundur.
Foto: DW/Bernd Riegert
Januari 2015 Paris
Sedikitnya 12 orang tewas dalam serangan ke Kantor mingguan satir "Charlie-Hebdo" di Paris um. Pelaku masih diburon. Motifnya diduga balas dendam atas publikasi Karikatur Nabi Muhammad dan Karikatur pimpinan ISIS Abubakar al Bhagdadi oleh majalah tersebut. Seluruh dunia mengutuk aksi teror barbar tersebut.
Foto: A. Gelbard/AFP/Getty Images
Maret 2004 Madrid
Sejumlah bom meledak di empat kereta dan satu trem bawah tanah di ibukota Spanyol 11 Maret 2004. Sedikitnya 191 orang tewas dan 1.8000 cedera. Pelakunya secara simbolis diganjar hukuman 43.000 tahun penjara. Di Spanyol berlaku peraturan bagi pelaku kejahatan berat dengan ganjaran hukuman tertinggi 40 tahun.
Foto: AP
Juli 2005 London
Saat jam sibuk tanggal 7 Juli 2005 empat teroris radikal Islamis melancarkan serangan teror nyaris berbarengan mengguncang ibukota Inggris. Tiga pelaku serangan bunuh diri meledakkan sebuan kereta bawah tanah dan seorang lagi meledakkan sebuah bus kota bertingkat. Sedikitnya 52 orang tewas termasuk keempat teroris.
Foto: picture-alliance/dpa/P. MacDiarmid
September 2005 Denmark
Tanggal 30 September 2005 harian Denmark "Jylannds Posten" mempublikasikan 12 karikatur yang mengkritik Islam. Salah satunya Karikatur Nabi Muhammad yang mengenakan sorban berupa bom. Publikasi ini memicu aksi protes di seluruh negara Islam sebagian dengan kekerasan dan membuat pemerintah Denmark dan Eropa waspada.
Foto: picture-alliance/dpa
Desember 2010 Stockholm
Menjelang Natal pada 11 Desember 2010 dua bom meledak di pusat perbelanjaan yang ramai di ibukota Swedia. Dua pejalan Kaki cedera. Pelakunya pemuda berusia 28 tahun keturunan Irak membunuh diri. Semula diduga aksi dilakukan pelaku tunggal, tapi belakangan diketahui pelaku memiliki komplotan.
Foto: AFP/Getty Images/J. Nackstrand
November 2011 Paris
Mingguan satir Perancis "Charlie Hebdo" pada November 2011 jadi sasaran serangan bom molotov yang dilemparkan ke ruang redaksi. Saat itu tidak ada korban cedera. Pelaku serangan hingga kini tidak tertangkap. Motif serangan diduga publikasi terkait karikatur yang mengritik Islam. Mingguan satir ini terkenal dengan karikaturnya yang mengritik semua agama besar.
Foto: picture-alliance/abaca
Maret 2012 Toulouse
Antara 11 hingga 22 Maret 2012 seluruh Perancis dicekam ketakutan. Mula-mula seorang lelaki Yang menunggang skuter menembak dua orang serdadu. Delapan hari kemudian tiga siswa dan seorang Guru sekolah Yahudi ditembak mati. Tanggal 22 Maret polisi menyerbu rumah pelaku dan dalam aksi baku tembak pelaku berhasil dibunuh.
Foto: AP
Mei 2014 Brussel
Seorang pria melakukan aksi penembakan membbi buta di jalan masuk Musium Yahudi di Brussel 24 Mei 2014. Empat orang tewas dan pelaku berkewargaan Perancis berhasil kabur. Balakangan pelaku tertangkap di Perancis dan diekstradisi ke Belgia. Pelaku adalah eks jihadis di Suriah dan pernah dipenjara karena merampok.
Foto: Reuters
September 2014 Brussel
September 2014 sebuah serangan ke gedung Komisi Uni Eropa berhasil digagalkan. Pelaku tunggal diduga gagal berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Setelah serangan itu, sejumlah negara Eropa meningkatkan kewaspadaan terhadap para eks jihadis pendukung ISIS yang balik kembali ke negara asalnya di Eropa.
Foto: picture alliance/ZUMA Press/M. Dairieh
11 foto1 | 11
Berebut Istana Elysee
Dalam pemilu putaran kedua, yang akan digelar hari Minggu depan, partai-partai politik peserta masih akan berebut sejumlah suara. Target sebenarnya dari kampanye pemilu kali ini adalah jabatan presiden di Istana Elysee yang akan ditentukan dalam pemilu presiden 2017.
Partai Konservatif di bawah pimpinan eks presiden Nicolas Sarkozy melihat hasil pemilu lokal terbru menyatakan yakin bisa kembali merebut jabatan presiden. Sementara partai kanan Front Nasional justru terbendung lajunya ke istana Elysee oleh sukses yang diraih di dalam pemilu lokal. Banyak pemilih yang mengalihkan suara, setelah menyadari bahaya posisi Perancis jika dipimpin presiden yang anti Uni Eropa dan anti imigran.
Bagi partai Sosialis dari presiden Francois Hollande yang saat ini memegang tampuk pemerintahan, hasil pemilu lokal menjadi sinyal bahwa masa kekuasaan partai kiri yang dipimpinnya akan segera berakhir. Popularitas Hollande dan partai kiri yang terus bertikai secara internal terus merosot dan jadi obyek caci maki pemilih terkait situasi carut marut ekonomi, lapangan kerja dan politik di Perancis saat ini.