1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Partai Kuomintang Menang Pemilihan Parlemen Taiwan

14 Januari 2008

Partai nasional Kuomintang unggul dengan telak. Kemenangan tak terduga ini dirayakan secara besar-besaran.

Pendukung partai Kuomintang merayakan kemenanganFoto: AP

Dalam parlemen yang diperkecil, dengan hanya 113 anggota parlemen dari sebelumnya 225 anggota, 81 diantaranya adalah anggota Kuomintang. Dengan ini mereka mencapai dua per tiga mayoritas kursi dan berhak melakukan perubahan konstitusi negara serta memanggil kembali presiden. HIngga kini, yang berhak melakukannya adalah Partai Demokrat Progresif, DPP. 22 Maret mendatang akan dilakukan pemilihan presiden yang baru. Ma Ying-jeou, kandidat dari Kuomintang, bisa mengharapkan dukungan penuh, usai hasil pemilihan parlemen tersebut.

„Kemenangan ini tidak boleh membuat kita besar kepala. Dalam 68 hari dimulai pemilihan presiden. Karena itu kita harus berhati-hati dan mengharapkan bisa sukses juga. Dengan demikian parlemen dan kepresidenan berada di partai yang sama dan reformasi yang dinantikan rakyat sejak lama bisa diwujudkan tanpa masalah.“

Alasan kemenangan mutlak partai Ma Ying-jeou adalah kompetensi perekonomian dan sikap lebih bersahabat partai Kuomintang terhadap Cina. Hingga tahun 80an, Kuomintang memang memerintah negara ini secara otoriter, tetapi perekonomian Taiwan terus meningkat. Dengan terpilihnya kandidat partai DPP Chen Shui-bian sebagai presiden tahun 2000 lalu, Taiwan berhasil menjadi negara demokratis. Dalam masa jabatannya selama delapan tahun, Chen terus mengupayakan kemerdekaan negaranya. Ia terus terlibat dalam konflik dengan negara tetangga yang komunis. Cina memandang Taiwan sebagai provinsi yang ingin membelot dan terus mengancam dengan serangan militer jika Taiwan ingin meneruskan usaha memerdekakan diri. Ketegangan dengan Beijing menyebabkan pertumbuhan di bidang ekonomi yang melemah dan bertambahnya pengangguran, karena perusahaan Taiwan sangat bergantung pada pasaran di Cina. Tema ini diungkap Kuomintang dalam kampanye pemilihan dan dengan demikian mereka berhasil meraih suara karena kompetensi perekonomian mereka.

Sabtu malam lalu, Chen Shui-bian langsung mengambil alih pertanggung jawaban partainya atas kekalahan yang diderita. Ia mengundurkan diri sebagai pimpinan partai DPP.

„Saya membungkukkan badan di hadapan Anda semua untuk mengumumkan pengunduran diri saya yang memang harus dilakukan. Saya berharap, kita tetap bersatu secara solider di bahwa pimpinan kandidat presiden Frank Hsieh dan memenangkan pemilihan presiden sehingga bisa memenuhi keinginan rakyat.“

Namun, sepertinya bukan lah hal yang mudah bagi Frank Hsieh sebagai kandidat dari Partai Demokrat Progresif untuk memperoleh suara dalam pemilihan presiden 22 Maret mendatang.