Untuk ke-6 kalinya, gedung pekan raya di Hamburg diramaikan acara Festival Budaya "Pasar" Hamburg. Selain informasi dan diskusi panel, pengunjung mendapat suguhan musik, peragaan mode dan kuliner Indonesia.
Iklan
Ajang budaya Indonesia terbesar di Jerman "Pasar Hamburg" digelar untuk ke-6 kalinya, 6-7 Oktober 2018. Poster-poster Pasar Hamburg sejak sebulan sudah terpampang di berbagai sudut kota, di bis-bis dan tram dan di media lokal kota pelabuhan terbesar di Jerman ini. Setip tahun, ada tema yang jadi fokus pagelaran budaya ini. Tahun 2018, fokusnya adalah kemaritiman Indonesia, tema yang terasa sangat pas untuk kota Hamburg.
Pada sambutan pembukaan Sabtu pagi (6/10) Konsul Jenderal Indonesia di Hamburg Dr. Bambang Susanto (foto artikel) mengajak pengunjung sejenak mengheningkan cipta menghormati para korban gempabumi dan tsunami di Sulawesi. Dia menympaikan apresiasi kepada kelompok-kelompok budaya dan sosial serta diaspora Indonesia di Hamburg yang giat memperkenalkan Indonesia dan menjadi "perekat penting" dalam hubungan masyarakat kedua negara.
Ada Apa di Pasar Hamburg-Jerman 2018 Ini?
Untuk ke-6 kalinya Festival Budaya Pasar Hamburg digelar, 6-7 Oktober 2018. Terutama anjungan kuliner tampak marak diserbu pengunjung.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Makanan jadi incaran
Pengunjung Pasar Hamburg terutama berkumpul di sekitar anjungan kuliner yang tersebar di bagian belakang aula Pekan Raya Hamburg.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Media Jerman ikut soroti stand Indonesia
TV lokal NDR juga menyoroti warna-warni dan aroma kuliner Indonesia
Foto: DW/H. Pasuhuk
Pesan lewat video
Sambutan Dirjen Pendidikan dan Kebudayaan Dr. Hilmar Farid disampaikan melalui pesan video. Hilmar Farid yang tadinya akan hadir mohon maaf harus membatalkan kedatangan ke Hamburg karena situasi darurat bencana di Palu dan Donggala membutuhkan perhatian penuh.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Musik dari Hamburg
Sajian musik oleh penyanyi Priskila Wowor yang sekarang tinggal di Hamburg.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Tarian tradisional
Grup Tari "Dwi Mekar" dari Belgia berpose di Pasar Hamburg setelah menyajikan tarian-tariannya.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Kritik sosial lewat poster
Pameran Poster Alit Ambara dengan tema-tema kritik sosial dan politik.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Maritim Indonesia dalam foto
Festival Budaya Pasar Hamburg juga menampilkan pameran foto sesuatu dengan tema terfokus. Tahun ini fokusnya adalah Kemaritiman Indonesia.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Apa yang menarik perhatian pengunjung?
Mahasiswa jurusan Asia Tenggara di Universitas Hamburg menampilkan papan informasi tentang peristiwa pembantaian 1965/1966 dan isu komunisme di Indonesia. Tema ini ternyata mendapat perhatian besar warga yang berkunjung.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Promosi wisata
Delegasi Sulawesi Utara yang dimpimpin langsung oleh Gubernur Sulut Olly Dondokambey melakukan promosi pariwisata dan memperkenalkan produk-produk khas wilayahnya.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Ajakan diskusi
Panel diskusi menghadirkan narasumber yang kompeten dari berbagai bidang mengenai tema fokus Kemaritiman Indonesia.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Melibatkan anak-anak dan remaja
Festival Budaya Pasar Hamburg adalah ajang untuk tua dan muda dan keluarga. Selalu ada acara dan kegiatan khusus yang ditawarkan untuk anak-anak dan remaja.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Bali menggebrak lewat musik rovk
Acara hari pertama ditutup dengan konser band rock Navicula asal Bali yang mengangkat tema-tema sosial dalam lagu-lagu mereka.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Sambutan pengunjung
Navicula segera disambut dengan antusias oleh para penggemarna di Hamburg. Selain hadir di kota Hamburg, Jerman, Navicuka juga akan melakukan tur perjalanan di beberapa kota Eropa.
Foto: DW/H. Pasuhuk
13 foto1 | 13
Peragaan busana, tari-tarian dan musik Indonesia
Didukung oleh pemerintah kota Hamburg, Kedutaan Besar Republik Indonesia Berlin dan Konsulat Jenderal di Hamburg serta sejumlah institusi, perusahaan dan organisasi Indonesia dan Jerman acara tahun ini diramaikan dengan peragaan busana Indonesia, tari-tarian, pemutaran film dan pameran lukisan. Dan yang paling ditunggu warga muda Indonesia dan Jerman: suguhan musik yang kali ini menampilkan penyanyi Indonesia dari Hamburg, Priskila Wowor, grup musik Orkes Keroncong Pasar Hamburg dan band rock Navicula dan Bali.
Di Pasar Hamburg 2018 hadir juga delegasi dari provinsi Sulawesi Utara, dipimpin langsung oleh Gubernur Olly Dodonkambey. Sulawesi Utara terutama ingin memprompsikan provinsi Sulawesi Utara yang saat ini sudah memiliki rute penerbangan langsung dengan beberapa negara. Juga dari Jerman sudah ada penerbangan langsung oleh maskapai penerbangan Singapore Airlines yang punya penerbangan langsung dari Jerman ke Manado.
Festival Musik Rumah Dari Hamburg
Festival Musik Rumah menampilkan lebih 40 kelompok musik di puluhan kota dan lokasi. Partisipan dari Jerman adalah TOFFI Hamburg, yang manggung hari Minggu, 19 Agustus 2018.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Membangun kebersamaan dengan musik
Gagasan Festival Musik Rumah 2018 muncul di Jakarta dengan motto: merayakan kebhinekaan, merawat kebersamaan. Gagasan ini segera bersambut di Hamburg, Jerman. Grup TOFFI Hamburg menggelar konser rumah pada hari Minggu, 19 Agustus 2018.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Priskila Wowor
Acara dibuka dengan penampilan musisi muda yang lahir tahun 1990 di Bandung dan sekarang tinggal di Jerman. Dia menulis dan menyanyikan lagu-lagunya sendiri dan sedang menyiapkan rekaman perdananya.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Berangkat dari gitar klasik
Priskila menulis lagu dalam berbagai bahasa (Indonesia, Inggris, Jerman). Dia belajar gitar klasik sejak usia 10 tahun. Pindah ke Jerman, dia melanjutkan karir sebagai penyanyi dan penulis lagu dengan genre pop/akustik.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Lagu-lagu daerah Nusantara
TOFFI Hamburg menyajikan lagu-lagu daerah dari berbagai kawasan di Indonesia, dari Aceh sampai Maluku. Yang menarik, ada kelompok pemusik asal Suriah yang bergabung dan ikut memainkan melodi Indonesia.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Dengan sitar dan rebana
Para pemusik asal Suriah ternyata senang mengiringi lagu-lagu Indonesia dengan penuh semangat.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Berbagai bangsa
Anggota TOFFI Hamburg berasal dari berbagai daerah dan bangsa, termasuk orang Jerman seperti Gabriela, yang menyediakan rumah dan tamannya menjadi lokasi Konser Rumah
Foto: DW/H. Pasuhuk
Sajian khusus
Tidak ketinggalan, putra tuan rumah, Andre, juga menyumbangkan lagu yang memukau dengan iringan gitar.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Menikmati musik pada hari cerah
Sebagian penonton Konser Rumah TOFFI Hamburg menikmati lagu-lagu Indonesia dari halaman belakang sambil menikmati udara cerah. (hp/rzn)
Foto: DW/H. Pasuhuk
8 foto1 | 8
Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan Dr. Hilmar Farid melalui pesan video memaparkan sekilas sejarah kemaritiman Indonesia dalam hubungan nusantara dengan dunia luar sejak lebih seribu tahun lalu. Kedatangan penguasa kolonial kemudian mengubah dan menghancurkan struktur kemaritiman dan hubungan luar negeri yang telah dipupuk ratusan tahun. Hilmar Farid yang sedianya hadir di Pasar Hamburg mohon maaf tidak bisa datang karena berbagai agenda darurat sehubungan dengan bencana di Palu dan Donggala.
Navicula goyang Pasar Hamburg
Peragaan busana Indonesia menyedot perhatian pengunjung. Berbagai kreasi para desainer Indonesia ditampilkan secara profesional oleh para peraga yang direkrut dari kalangan mahasiswa asing yang belajar Bahasa Indonesia di Universitas Hamburg.
Selain acara budaya di panggung, Pasar Hamburg juga menyediakan cukup banyak informasi tentang Indonesia, antara lain melalui pameran foto, lukisan, anjungan buku-buku Indonesia serta meja-meja informasi tentang Indonesia. Dan tentu saja berbagai tawaran luliner Indonesia yang sejak pagi sampai sore "diserbu" pengunjung.
Sebagai acara penutup hari pertama, band rock Navicula lalumenggoyang aula pameran Pekan Raya Hamburg dengan lagu-lagu khas mereka yang bertemakan masalah-masalah sosial. Penggemar Navicula, tua dan muda, segera mendekati panggung dan menyambut band rock kesayangan mereka penuh antusias.
Berita Foto dari Pasar Hamburg 2017
Festival budaya Indonesia di Jerman menyajikan tarian, kuliner, mode dan musik. Ayo jalan-jalan bersama kami!
Foto: DW/H.Pasuhuk
Instalasi bambu
Instalasi bambu yang ditata dekat pintu masuk Pasar Hamburg langsung menarik perhatian pengunjung. Banyak yang segera ingin mengabadikannya.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Diskusi dengan Romo Franz Magnis Suseno dan Okky Madasari
Seorang filsuf dan seorang penulis menggambarkan perkembangan aktual di Indonesia saat ini. Tentu tidak akan cukup waktu untuk membahas semua pertanyaan pengunjung tentang Indonesia. Fokus utama perhatian pengunjung adalah isu demokrasi, toleransi dan Islam.
Foto: DW/H.Pasuhuk
Kelompok musik Suarasama dari Medan
Dimotori oleh Irwansyah Harahap dan Rithaony Hutajulu, dosen etnologi musik di Universitas Sumatera Utara, kelompok ini terutama menyoroti tema kemanusiaan dalam teksnya, dengan alunan musik dari genre World Music. Terbentuk sejak 1995, Suarasama masuk dalam 10 kelompok World Music terbaik dunia versi majalah-majalah musik seperti Un Cut Magazine, London.
Foto: DW/H.Pasuhuk
Acara untuk tua dan muda
Ruang besar di bagian tengah arena Pasar Hamburg dijadikan tempat bersantai dengan gaya 'lesehan' untuk tua dan muda.
Foto: DW/H.Pasuhuk
Berbagai menu Indonesia
Di sisi kanan berjejer stand-stand makanan Indonesia, yang selalu dikerumuni pengunjung.
Foto: DW/H.Pasuhuk
Jam minum kopi
Romo Magnis Suseno menikmati secangkir kopi bersama Insiator Pasar Hamburg, Juli Biesterfeld. Acara ini hanya bisa berlangsung berkat bantuan dan kerja keras kelompok-kelompok masyarakat Indonesia di Hamburg dan para simpatisan Jerman, seperti mahasiswa dari Uni Hamburg, kata Juli.
Foto: DW/H.Pasuhuk
Fesyen Indonesia
Salah satu acara puncak yang menarik perhatian pengunjung adalah Fashion Show dengan corak etnis Papua. Diperagakan oleh para mahasiswa yang belajar bahasa Indonesia di Universitas Hamburg.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Workshop untuk anak-anak dan dewasa
Anak-anak mendapat kesempatan mencurahkan kreativitasnya di gelanggang seniman Bali Made Bayak, yang memanfaatkan limbah plastik untuk membuat karya seni.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Gebrakan SID
Sebagai penutup acara tampil rock band asal Bali "Superman Is Dead" (SID) dengan lagu-lagunya yang sudah populer di Inonesia. Teks lagu-lagu kelompok yang dimotori oleh Bobby Kool, Eka Rock dan Jerinx ini sering bertemakan isu sosial dan ekologi. Penulis: Hendra Pasuhuk (ed.: ml)