Makin kuat bukti Virus Corona berasal dari pasar hewan di Wuhan. Potensi penyakit dari hewan menular kepada manusia atau zoonosis sangat besar di pasar hewan liar semacam itu.
Iklan
Teori konspirasi bahwa virus corona jenis baru SARS-CoV-2 berasal dari laboratorium rekayasa barat makin pudar, seiring dengan rekor lonjakan infeksi Covid-19 di AS. Para pakar kedokteran dan virologi menunjukkan bukti makin kuat, bahwa virus berasal dari hewan liar yang melakukan mutasi dan menyerang inang baru, manusia.
Diduga kuat virus corona jenis baru berasal kelelawar yang kemudian melompat ke inang baru apakah itu ular atau trenggiling dan akhirnya menyerang manusia. Kondisi di pasar hewan liar di Wuhan, dimana berbagai jenis hewan berinteraksi dengan manusia di lahan yang sempit dan tertutup, mendukung lompatan atau infeksi silang semacam itu.
Pakar evolusi biologi Jared Diamond dan pakar Virologi Nathan Wolfe dalam artikel di harian Jerman Süddeutsche Zeitung menyebutkan, penularan virus SARS maupun virus corona jenis baru SARS-Cov-2 diduga kuat terjadi lewat pasar hewan liar di Cina.
Selain untuk dikonsumsi, bagian tubuh hewan liar juga digunakan dalam pengobatan tradisional Cina. Misalnya sisik trenggiling, hewan yang diduga kuat jadi inang perantara virus corona, diyakini punya khasiat pengobatan.
Pasar hewan liar di Wuhan langsung ditutup dan disemprot desinfektan setelah pecahnya wabah. Namun pasar hewan liar semacam itu tidah hanya ada di Wuhan, melainkan tersebar di seluruh Cina
Tetap yakin keampuhan pengobatan tradisional Cina
Dalam perang melawan wabah Covid-19, bahkan kantor berita resmi Xinhua mempropagandakan keampuhan pengobatan tradisional Cina ini. Disebutkan, terbukti selama ribuan tahun metode itu ampuh melawan wabah cacar, dan pada tahun 2003 membuat pasien SARS sembuh.
Juga komisi nasional kesehatan Cina menyarankan pengobatan kasus Covid-19 yang gawat dan kritis, dengan cairan empedu beruang. Di Cina sejak 800 tahun terakhir, cairan empedu beruang digunakan untuk pengobatan batu ginjal atau penyakit hati.
Sementara itu, pakar dari akademi teknik dan rekayasa Cina, Zhang Boli menyarankan, agar dalam kondisi pandemi seperti saat ini, semua pihak bekerjasama dengan erat. Teknologi kedokteran barat menwarakan pengetahuan untuk mempertahankan fungsi kehidupan, seperti mendukung pernafasan, metabolisme dan peredaran darah.
Sedangkan metode pengobatan tradisional Cina, berkonsentrai pada penguatan sistem kekebalan tubuh dan memperbaiki kondisi pasien. “Kedua metode saling mengisi“, ujar Zhang Boli.
Menyiapkan diri untuk pandemi berikutnya Lompatan virus corona dari inang hewan ke manusia, bukan hal baru, karena dalam beberapa dekade terakhir manusia makin sering mengalaminya. Penyakit menurunnya kekebalan tubuhh HIV mulanya berasal dari kera besar, yang kemudian melompat menginfeksi inang baru yang punya kemiripan genom ebih 90 persen, yakni manusia.
Hewan Penular Penyakit
Banyak yang tidak menyadari bahwa hewan yang mungkin mereka kerap sentuh dapat membahayakan kesehatan. Berikut beberapa hewan yang bisa menjadi penyebar penyakit.
Foto: imago/blickwinkel
Penyakit Kucing
Penyakit kucing terutama berbahaya bagi anak-anak. Penyakit ini ditularkan lewat luka akibat gigitan atau cakaran kucing yang sakit. Hewan itu sendiri bisa membawa kuman dalam darahnya, tanpa menderita sakit. Di Jerman, sekitar 13% dari semua kucing tertular penyakit ini. Jika manusia tertular, akibatnya adalah demam tinggi tapi singkat, dan pembengkakan nodus limfa di dekat luka.
Foto: Fotolia/millaf
Penyakit Bayan
Penyakit bayan adalah zoonosis, yang terutama bisa berbahaya bagi anak-anak dan orang yang tubuhnya lemah. Penyebab penyakit adalah salah satu bakteri jenis Chlamydia. Kuman ini terutama menyerang bayan, merpati dan burung kesturi. Penularan ke manusia terutama terjadi lewat tinja hewan yang sudah mengering. Tinja tercampur debu dan disebarkan angin.
Foto: Proaves
Cacar Sapi
Penyakit ini terutama menyerang sapi. Tapi kumannya bisa menular ke semua binatang menyusui, juga ke manusia. Di Jerman, tidak ada vaksin untuk menghadapi cacar sapi. Tetapi sapi yang diberi vaksin untuk kebal terhadap cacar pada manusia, kebal terhadap penyakit cacar sapi. Dulu, penyakit cacar sapi ditularkan lewat proses pemerahan, yaitu lewat tangan orang yang memerah.
Foto: Witolld Janczus
Bahaya Yang Menusuk
Mengadakan perjalanan dari sebuah benua ke benua lain saat ini tidak jadi masalah lagi. Bagi orang tidak, bagi hewan juga tidak, seperti misalnya nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini terangkut ke Eropa bersama barang dagangan lewat kapal laut. Penyakit yang ditularkannya adalah demam berdarah.
Foto: picture alliance/Mary Evans Picture Library
Bahaya dari Udara
Kalong dan kelelawar dianggap sebagai penyebar utama ebola. Di beberapa negara Afrika Barat, hewan ini jadi makanan istimewa. Virus ini awalnya menular dari hewan ke manusia, kemudian dari manusia ke manusia. Dengan cara itulah virus menyebar.
Foto: picture-alliance/dpa
Rubah
Hingga tahun 2008 di Jerman juga ditemukan kasus penyakit rabies, yang ditularkan terutama oleh rubah. Lewat aksi vaksinasi besar-besaran, penyakit berbahaya ini berhasil dimusnahkan. Jerman sekarang dianggap bebas rabies.
Foto: imago/blickwinkel
6 foto1 | 6
Virus corona pemicu SARS misalnya, berasal dari kelelawar yang kemudian melompat ke inang perantara binturung, sejenis kucing liar sebelum melompat ke manusia sebagai inang baru. Virus Ebola juga sejenis virus corona berasal dari kelelawar yang bermutasi dan menyerang inang baru, manusia.
MERS juga sejenis virus corona yang menular ke manusia lewat inang onta. Sejauh ini cara penularan SARS, MERS atau SARS-CoV-2 atau juga HIV masih terbatas pada infeksi lewat kontak, dari manusia ke manusia.
Menanggapi fenomena ini, pakar evolusi biologi Jared Diamond dan pakar Virologi Nathan Wolfe menegaskan, kita harus bersiap menghadapi pandemi berikutnya. Kedua pakar menyebutkan, ketidak tahuan atau ketidak pedulian, akan menyebabkan penyakit hewan berikutnya bermutasi dan melompat menyerang manusia.
Walaupun sulit diterapkan, kedua ilmuwan menyarankan pelarangan perdagangan hewan liar global. Hal itu bertujuan mengurangi risiko terjadinya zoonosis. (as/vlz)
Trenggiling: Istimewa dan Paling Diburu
Hewan ini diburu karena dagingnya dianggap istimewa, dan kulitnya digunakan untuk membuat obat-obatan yang katanya berkhasiat.
Foto: picture-alliance/Zuma/I. Damanik
Delapan Spesies
Dari famili trenggiling yang masih eksis, Manidae, ada delapan spesies yang masih bisa ditemukan di seluruh dunia. Sejumlah spesies lainnya sudah punah, setelah melalui evolusi selama 80 juta tahun.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Berkembang Biak dan Mengasuh Anak
Bagi trenggiling tidak ada musim tertentu, di mana mereka berkembang biak. Tiap ekor biasanya hidup sendirian. Untuk berkembangbiak, trengiling jantan biasanya melepas urin di sejumlah tempat untuk menarik betina, dan menunggu sampai ada betina yang datang. Setelah melahirkan anak, ibu trenggiling menggendong anaknya selama tiga bulan di atas ekornya.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Mencari Makan
Trenggiling makan serangga, antara lain semut. Caranya dengan menjulurkan lidah untuk menangkap mangsa, kira-kira sebanyak 70 juta setahun. Jika lidah dijulurkan, panjangnya bisa lebih dari 40 cm, sehingga lebih panjang dari tubuhnya. Trenggiling tidak punya gigi dan tidak bisa mengunyah. Makanan dicerna dengan bantuan protein dalam perut.
Foto: picture-alliance/Mary Evans Picture Library
Pertahanan dan Perlindungan Diri
Trenggiling disebut "pangolin" dalam bahasa Inggris, yang berasal dari kata "pengguling". Sebutan itu berasal dari cara hewan itu mempertahankan diri, yaitu menggulung diri dalam perlindungan sisik yang mirip baja jika ada ancaman. Trenggiling juga melepas bau busuk untuk menghalau musuh. Tapi kedua cara itu kerap tidak bisa menjaga mereka dari pemburu ilegal.
Foto: Save Vietnams Wildlife
Musuh Habis Akal
Di samping manusia, musuh utama trenggiling adalah singa, harimau dan macan tutul. Untuk mempertahankan diri, trenggiling hanya perlu menggulung diri. Sisiknya begitu keras sehingga singa pun tidak bisa menggigitnya.
Foto: AP
Aktif di Malam Hari
Dari delapan spesies trenggiling hanya satu yang aktif di siang hari, yaitu trenggiling berekor panjang yang hidup di Afrika Barat dan Tengah. Lainnya aktif di malam hari. Yang hidup malam hari punya mata berukuran kecil dibanding besarnya tubuh. Sehingga mereka tidak bisa melihat dengan baik, dan mengandalkan penciuman dan pendengaran untuk mencari makanan.
Foto: Save Vietnams Wildlife
Memanjat Pohon atau Menggali Lubang
Dengan cakarnya yang panjang dan melengkung, trenggiling bisa memanjat cabang pohon atau menggali lubang bahkan di tanah keras. Spesies yang hidup di Afrika tinggal di pohon-pohon. Trenggiling bisa menggali lubang begitu besar sampai manusia bisa berdiri di dalamnya.
Foto: Getty Images/AFP
Mamalia Bersisik
Trenggiling adalah satu-satunya mamalia bersisik. Karena mengandung banyak keratin, sisiknya diyakini berkhasiat bagi kecantikan dan kesehatan di sejumlah negara. Ini juga yang sebabkan trenggiling banyak diburu. Tahun 2015 misalnya aparat keamanan Indonesia menyita sedikitnya 125 kg sisik trenggiling, dalam perjalanan ke Hong Kong. Sebagian besar hasil perburuan liar dikirim ke Vietnam dan Cina.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Favre
Hidup Lama?
Berapa usia rata-ratanya jika hidup bebas hanya bisa diperkirakan, yaitu 20 tahun. Trenggiling jarang ditemukan di kebun binatang. Dalam kurungan mereka cepat mati karena stres dan kurang makan. Yang paling lama hidup di kebun binatang selama 19 tahun. Foto: seekor anak trenggiling mendapat susu di kebun binatang Bangkok, setelah warga desa menemukannya sendirian di pinggiran kota.
Foto: AP
Upaya Pelestarian
Di beberapa negara, upaya pelestarian trenggiling sudah digalakkan. Di Kamboja misalnya ada inisiatif untuk merawat trenggiling yang cedera. Karena jumlah perburuan liar tinggi, sekitar 100.000 ekor per tahun dari Afrika dan Asia, semua spesies trenggiling tercatat dalam daftar merah hewan terancam dari International Union for the Conservation of Nature (IUCN). Penulis: ml/as (guardian, telegraph)