Pasca Gempa Bumi Lombok, Ratusan Pendaki Dievakuasi
29 Juli 2018
Lebih dari 200 gempa bumi susulan masih terjadi di Lombok. Selain fokus memberi bantuan logistik kepada korban terdampak gempa, tim gabungan juga dikerahkan mengevakuasi ratusan pendaki yang terjebak di Gunung Rinjani.
Iklan
Ratusan pendaki berlahan turun dari Gunung Rinjani, Lombok pada hari Senin (30/07), sehari setelah gempa bumi dengan kekuatan 6,4 SR mengguncang pulau itu. Pihak dari taman nasional menyebutkan tim gabungan melakukan penyisiran di jalur yang mengarah ke puncak gunung di ketinggian 3.726 meter tersebut. Sebuah helikopter juga dikerahkan untuk menyusuri lereng serta menurunkan bahan makanan untuk pendaki yang masih berupaya mencari jalur aman.
"Kami berharap mereka akan turun ke kaki gunung sekitar pukul 17.00 WITA," ungkap Agung Pramuja, Kepala Bidang Kedaruatan dan Logistik BPBD NTB seperti dikutip dari Reuters. Namun, proses evakuasi diperkirakan masih akan berlanjut hingga hari Selasa (31/07).
Pada hari Minggu (29/07), melalui akun twitternya Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB menyebutkan ada sekitar 820 pendaki gunung yang terjebak di Gunung Rinjani. Dari data yang tercatat di Buku Register pengunjung, petugas Taman Nasional Gunung Rinjani mengungkap ada 524 pendaki, 166 orang di antaranya Warga Negara Indonesia, dan 358 lainnya Warga Negara Asing.13 orang di antaranya adalah warga Jerman. Satu pendaki asal Makassar, M Ainul Takzim dikabarkan tewas terkena serpihan batu saat gempa terjadi.
Gempa bumi pertama yang terjadi Minggu pagi (29/07) dirasakan sekitar 10 detik di Lombok, NTB hingga Bali dan Sumbawa yang diikuti oleh dua gempa sekunder yang kuat. BMKG melaporkan hingga Senin pukul 10.00 WIB telah terjadi 280 kali gempa susulan dengan magnitude lebih kecil.
Berdasarkan informasi terakhir, jumlah korban jiwa sebanyak 16 orang dan lebih dari 150 orang yang terluka. Tak hanya warga Lombok, satu warga Malaysia terhitung di antara korban tewas. Ia meninggal dunia akibat tertimpa tembok roboh.
Bantuan bagi para korban
Pasca gempa, bantuan segera berdatangan di antaranya dari Kementerian Sosial dan Palang Merah Indonesia. Tak hanya logistik, Kemensos juga telah menurunkan 60 personel Taruna Siaga Bencana (Tagana) dan Tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) yang bertugas di Kampung Siaga Bencana Desa Darakunci Kecamatan Sambalia Kabupaten Sumba Timur
Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat dalam siaran pers dari Kemensos, Minggu (29/7/2018) menyebutkan "Bantuan logistik seperti matras, tenda, perlengkapan anak, perlengkapan lansia, makanan siap saji, dan lainnya dikirimkan bertahap."
Keluarga korban meninggal juga akan mendapat santunan 15 juta Rupiah, sedangkan korban luka mendapat bantuan biaya pengobatan sebesar 2,5 juta Rupiah per orang.
Bantuan Kemanusian Pasca Gempa di Lombok
Lebih dari lima ratus pendaki terjebak, dan lima ribu orang mengungsi akibat gempa yang mengguncang Lombok. Bantuan dan santunan pun mengalir kepada para korban.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Terjebak di Rinjani
Ada sekitar 524 orang pendaki, sesuai catatan di buku register pengunjung, yang terperangkap di atas Gunung Rinjani akibat tanah longsor pasca gempa bumi berkekuatan 6,4 SR yang mengguncang Lombok. Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Sudiyono menyebutkan para pendaki terjebak di dua lokasi, yakni Danau Segara Anak dan di Batu Ceper.
Foto: picture-alliance/dpa/C. Mohr
Sebagian besar WNA
Gunung Rinjani adalah salah satu lokasi pendakian favorit di Indonesia bagi para turis. Tercatat 358 orang di antara para pendaki yang dievakuasi dari Rinjani adalah Warga Negara Asing. Pendaki asal Thailand adalah yang terbanyak, yaitu 174 orang. Sementara pendaki dari Jerman tercatat berjumlah 13 orang. Sementara WNI berjumlah 166 orang, sebagian besar berasal dari Jakarta dan Lombok.
Foto: Reuters/Antara Foto/A. Subaidi
Satu pendaki tewas
Mochammad Ainul Takzim, pendaki asal Makassar tewas setelah mengalami pendarahan di bagian kepala saat berpencar untuk menyelamatkan diri.
Foto: picture-alliance/dpa/C. Mohr
Evakuasi penuh tantangan
Tim gabungan TNI, Polri hingga Basarnas bekerja sama melakukan evakuasi di Gunung Rinjani. TNI bahkan mengerahkan 142 Prajurit Kopassus untuk mempercepat proses penyisiran sejumlah tempat di jalur yang mengarah ke puncak gunung di ketinggian 3.726 meter tersebut. Mereka juga akan membuka jalur bagi para pendaki. Jalur turun menuju basecamp tertutup material longsoran pasca gempa terjadi.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Helikopter turunkan logistik
Saat masih terjebak di atas gunung, bantuan berupa makanan diturunkan dengan menggunakan helikopter. Proses evakuasi diperkirakan masih akan berlanjut hingga hari Selasa (31/07).
Foto: Reuters/Antara Foto/A. Subaidi
Belasan korban tewas dan ratusan terluka
Sementara itu, gempa bumi di Lombok mengakibatkan 16 orang tewas dan lebih dari 150 orang yang terluka. Tak hanya warga Lombok, satu warga Malaysia terhitung di antara korban tewas. Ia meninggal dunia akibat tertimpa tembok roboh.
Foto: Reuters/Antara Foto/A. Subaidi
Presiden temui para korban
Presiden Joko Widodo bersama Ibu Negara Iriana mengunjungi korban gempa yang mengungsi di tenda darurat di Desa Madayin, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur. Jokowi berbincang dengan korban gempa untuk mengetahui bantuan jenis apa yang paling dibutuhkan masyarakat. BNPB merilis bahwa ada sekitar 5.141 orang yang mengungsi dan kini tinggal di tenda-tenda darurat.
Foto: Biro Pers Setpres/Kris
Bantuan tak hanya sembako
Usai berbincang dengan korban gempa bumi, Presiden Jokowi menginstruksikan agar selain makanan dan perlengkapan aktivitas sehari-hari, bantuan lain yang akan diberikan adalah uang tunai sekitar 50 juta Rupiah untuk membangun kembali rumah mereka yang rusak. Berdasarkan catatan BNPB ada sekitar 1.454 rumah yang roboh terkena gempa.
Foto: Biro Pers Setpres/Kris
Bantuan dan santunan
Selain bantuan berupa uang untuk merenovasi rumah yang roboh, pemerintah juga menyiapkan santunan bagi keluarga korban meninggal sebesar 15 juta Rupiah, sedangkan korban luka mendapat bantuan biaya pengobatan sebesar 2,5 juta Rupiah per orang. Seluruh bantuan ini disalurkan melalui BNPB.
Foto: Reuters/Social Media/L. Onank
Duet Jokowi-TGB
Saat mengunjungi lokasi terdampak gempa, Jokowi juga ditemani Gubernur NTB Zainul Majdi yang dikenal sebagai Tuan Guru Bajang. Untuk menangani proses penyaluran bantuan kepada para korban, TGB diinstruksikan agar berkoordinasi dengan pemerintah pusat.
Foto: Biro Pers Setpres/Kris
Jauhi reruntuhan!
BMKG melaporkan gempa susulan masih terjadi, meski dengan magnitude yang lebih kecil. Sehari pasca gempa utama, tercatat ada 280 gempa susulan. Warga pun diimbau untuk tidak berada di dekat bangunan yang kondisinya rusak. Ada lebih dari seribu rumah yang rusak yang umumnya berada di Lombok Utara dan Lombok Timur.
Foto: Reuters/Social Media/S. Dpi
Gempa tektonik
Gempa bumi pertama yang terjadi Minggu pagi (29/07) dirasakan sekitar 10 detik di Lombok, NTB hingga Bali dan Sumbawa. Gempa bumi berkekuatan 6,4 SR tersebut merupakan jenis gempa bumi dangkal, yang diakibatkan aktivitas Sesar Naik Flores. Gempa yang dipicu deformasi batuan itu tidak berpotensi tsunami. Ed: ts/hp (dari berbagai sumber)
12 foto1 | 12
Waspada dan jangan percaya hoax
Meski gempa tidak berpotensi tsunami, warga diminta untuk tetap waspada terhadap ancaman gempa susulan dengan menjauhi bangunan rusak. Di Kabupaten Lombok Timur jumlah rumah rusak yang terdata lebih dari 1.000. Sementara di Lombok Utara ada ratusan rumah yang rusak.
"Sehubungan dengan masih adanya gempa-gempa susulan, masyarakat diimbau supaya tidak menempati bangunan-bangunan yang kondisinya sudah rusak akibat gempa utama," ujar Dwikorita Karnawati, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam siaran pers kepada detik.com, Minggu (29/07).
Tak hanya itu, warga juga diminta untuk tetap tenang dan jangan panik. Imbauan ini menjadi penting agar masyarakat tidak mudah mempercayai berita hoax yang menyebar pasca gempa. Warga dapat mengikuti informasi mengenai perkembangan gempa melalui akun Twitter @InfoBMKG.
Bagaimana Cara Mengantisipasi Bencana?
Bencana bisa datang kapan saja. Pemerintah Jerman pun telah memperbarui rencana pertahanannya jika dihadapkan kondisi darurat, misalnya bencana alam. Bagaimana negara lain bersiap menghadapi keadaan darurat?
Foto: picture-alliance/dpa/M. Taga
Gempa jadi bagian kehidupan di Jepang
Anak-anak sekolah dasar di seluruh Jepang ambil bagian dalam latihan gempa bulanan. Mereka belajar untuk duduk di bawah meja mereka dan memegangi kakinya sampai getaran berhenti. Beberapa anak muda diberi tudung pencegahan bencana, yang bisa melindungi kepala dari benda yang runtuh. Sekolah-sekolah multinasional bahkan menyediakan tempat yang aman.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Taga
Jepang memimpin dalam peringatan darurat
Banyak negara, termasuk Amerika, memiliki sistem peringatan darurat yang dapat gantikan siaran radio dan TV dengan informasi publik penting. Jepang melangkah lebih jauh dengan Sistem Peringatan Dini Ancaman Gempa. Dengan menggunakan teknologi terbaru, sistem bisa memprediksi getaran utama hingga 50 detik sebelum terjadi. Peringatan disiarkan seketika, karena setiap detik bisa menyelamatkan nyawa.
Foto: APTV video
Tiap rumah punya ruang untuk atasi panik
Di Swiss, semua bangunan tempat tinggal yang dibangun sejak tahun 1963 diharuskan memiliki bunker nuklir. Tempat penampungan harus bisa menahan ledakan sekuat 12 megaton dari jarak 700 meter. Di Singapura, satu ruangan di kebanyakan rumah susun yang dibangun negara, dijadikan tempat perlindungan dari bom - meski bukan bom nuklir.
Foto: picture-alliance/Keystone/M. Ruetschi
Belajar dari bencana sebelumnya
Gempa dan tsunami yang melanda sebagian Asia, termasuk Indonesia tahun 2004 kejutkan dunia. Gelombang dasyat di Samudera Hindia tewaskan sekitar 250 ribu orang. Sistem Peringatan Dini Tsunami di Samudera Hindia kini dipasang untuk selamatkan nyawa. Di Thailand and Sri Lanka, dipasang papan penunjuk baru, yang bisa arahkan penduduk menuju tempat lebih tinggi jika terjadi gelombang pembunuh lain.
Foto: picture-alliance/Arco Images/F. Schneider
Norwegia, sebuah peringatan bagi semua
Sebagian besar kota besar lakukan latihan anti-teror secara teratur untuk hadapi serangan. Tapi apa jadinya jika pedesaan yang jadi sasaran? Tahun 2011, pihak berwenang Norwegia diejek karena butuh lebih dari satu jam untuk mencapai pulau Utoya, di mana Anders Breivik menembak mati 69 orang. Karena biayanya tinggi, penyediaan helikopter respon cepat di seluruh negeri diturunkan jumlahnya.
Foto: picture-alliance/dpa/I. Aserud
Khawatir akan kesehatan bisa menyebabkan reaksi spontan
Selama dekade terakhir, meningkatnya kekhawatiran tentang kemungkinan pandemi flu mendorong beberapa negara, termasuk Jerman dan Amerika Serikat, menimbun obat. Pada tahun 2009, miliaran Euro dihabiskan untuk membangun cadangan obat Tamiflu, yang efektivitasnya melawan Flu Babi masih dipertanyakan. Kritikus juga memperingatkan bahwa timbunan obat bisa kadaluwarsa.
Foto: picture-alliance/Ulrich Baumgarten
Bencana dan gangguan hukum serta ketertiban
Gerakan bertahan hidup, di mana orang secara aktif mempersiapkan keadaan darurat, dimulai tahun 1930-an. Internet dan krisis keuangan 2007/2008 percepat penyebaran peringatan bencana secara global. Mereka yang termasuk gerakan itu prioritaskan skenario terburuk dan temukan cara untuk hadapi ancaman. Adolf Kudlinski warga Polandia, mengumpulkan peralatan dan perlengkapan untuk pertanian (foto).
Foto: picture-alliance/PAP/M. Walczak
Apakah yodium akan membantu jika terjadi bencana nuklir?
Belgia, Belanda dan negara bagian Jerman di North Rhine-Westfallen menimbun tablet yodium jika terjadi kebocoran radiasi. Belgia mengakui reaktor nuklirnya di dekat perbatasan Jerman sudah tua namun harus tetap beroperasi sampai tahun 2025, meski banyak masalah keamanan. Setelah serangan di Brussels, kekhawatiran meningkat bahwa ISIS mungkin berencana membuat bom.
Foto: picture-alliance/dpa/O. Berg
Seberapa dekat bencana tiba?
Aplikasi smartphone dan SMS sekarang digunakan untuk mengirimkan informasi darurat ke publik di beberapa negara rawan bencana, termasuk India dan Filipina. Di AS, sistem Wireless Emergency Alert dapat memberikan rincian tentang ancaman nasional, bencana lokal seperti tornado, gempa bumi dan angin topan, dan peringatan tentang anak-anak yang diculik. Penulis: Nik Martin (ap/ml)