1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pasca Kematian Pasien di Skotlandia, Dilakukan Pengawasan Lebih Ketat Virus H1N1

Ayu Purwaningsih15 Juni 2009

Pasca kematian korban pertama virus H1N1 di Eropa, para pakar menyerukan pengawasan lebih ketat penyebaran virus yang dulu dikenal sebagai virus H1N1 ini.

WHO tingkatkan kewaspadaanFoto: AP

Kematian seorang pasien Skotlandia hari Minggu lalu telah menambah jumlah 145 korban tewas sebelumnya, mayoritas di Meksiko. Badan Perserikatan Bangsa-bangsa urusan kesehatan WHO memperkirakan sudah 30 ribuan orang yang tersebar di 74 negara, yang terinfeksi virus ini. Belum lama ini WHO baru meningkatkan status kewaspadaan tertinggi dan menyatakan flu babi sebagai pandemi.

Senin kemarin, keluarga korban virus flu H1N1 atau flu babi pertama yang meninggal dunia di Eropa mengungkapkan rasa kehilangan mereka yang mendalam. Pasien berusia 38 tahun itu meninggal dunia hari Minggu di rumah sakit Royal Alexandra, Paisley, Skotlandia.

Menteri kesehatan Skotlandia Nicola Sturgeon menyampaikan belasungkawa terhadap keluarga yang ditinggalkan. Jacqueline Fleeming, yang berasal dari Glasgow, meninggal dunia di rumah sakit, hari Minggu, hanya sekitar dua pekan setelah melahirkan anak keduanya secara prematur.

Jacqueline Fleeming meninggal dunia tepat tiga hari setelah Badan Kesehatan Dunia WHO mengumumkan sudah terjadinya pandemi global dan peningkatan status kesiagaan maksimal terhadap penyebaran virus tersebut.

Fleeming merupakan seorang dari 10 pasien yang dirawat di rumah sakit itu akibat terinfeksi virus H1N1. Lebih dari 480 orang di Skotlandia dan lebih dari 1260 orang di Inggris terinfeksi virus tersebut. Di Jerman jumlah penderitanya melebihi 160 orang. Kecenderunganya terus menaik, ujar menteri kesehatan Jerman Ulla Schmidt: „Menurut pengetahuan kami selama ini, flu tersebut dapat diatasi dengan baik. Efek virus ini tergolong ringan. Namun kita tetap harus waspada, karena virus ini kemungkinan masih mengalami mutasi.“

Para pakar menyerukan pengawasan lebih ketat untuk memantau bagaimana penyebaran virus tersebut dalam beberapa bulan ini ke bumi belahan selatan. Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan majalah ilmiah Nature, para pakar dari Jepang dan Amerika Serikat mengkaji evolusinya dati tiga serangan pandemi yakni: flu Spanyol tahun 1918-1919, flu Asia 1957, flu Hongkong 1968, serta virus yang kini sedang dihadapi yaitu H1N1 atau flu babi.

Meski banyak hal yang sudah dipelajari tetang virus flu ini, namun juga masih ada sejumlah pertanyaan yang belum terjawab. Contohnya: faktor apa yang menentukan transmisi antar spesies atau transmisi antar manusia? Ini merupakan faktor-faktor penting yang harus diperhitungkan dalam munculnya pandemi terakhir dan sangat krusial bagi peramalan kemunculan pandemi virus baru.

WHO meningkatkan status kesiagaan hingga tingkat maksimum dikarenakan penyebaran virus tersebut telah melintasi batas-batas geografis antar benua. Virus H1N1, yang dideteksi pertama kali April lalu di Meksiko,sejauh ini telah menginfeksi sekitar 30 ribu orang yang tersebar di 74 negara.(AP/reuters/dpa)


Editor: Agus Setiawan