UU Keamanan Baru Disahkan, Polisi Hong Kong Tangkap Aktivis
30 Juli 2020
Empat aktivis ditahan karena dicurigai terlibat kelompok pro-kemerdekaan. Ini adalah penangkapan pertama yang menargetkan tokoh publik, sejak UU Keamanan Nasional yang
kontroversial ini mulai berlaku bulan lalu.
Mereka yang ditangkap merupakan pelajar berusia 16-21 tahun, terdiri dari tiga laki-laki dan satu perempuan.
"Mereka mengatakan ingin mendirikan Republik Hong Kong dan akan memperjuangkannya," kata Li Kwai-wah, pengawas senior unit yang telah dibentuk untuk menegakkan UU Keamanan tersebut. "Mereka juga mengatakan ingin menyatukan semua kelompok pro-kemerdekaan di Hong Kong untuk tujuan ini."
Atas penangkapan ini, Partai Kemerdekaan Inisiatif mengumumkan melalui media sosial bahwa empat mantan anggota partai pro-kemerdekaan yang disebut Studentlocalism, telah ditangkap. Salah satu yang ditangkap merupakan mantan pemimpin partai itu, Tony Chung.
Kelompok itu secara resmi dibubarkan sebelum UU Keamanan diberlakukan.
Penangkapan terjadi tak lama setelah Benny Tai, seorang profesor hukum dan aktivis terkemuka dalam gerakan pro-demokrasi Hong Kong, dipecat dari Universitas Hong Kong.
UU kontroversial
Bulan lalu, Cina mengeluarkan UU Keamanan Nasional kontroversial di Hong Kong yang dianggapmengkriminalisasi subversi, upaya pemisahan diri, dan campur tangan asing. Para kritikus melihat UU ini sebagai upaya untuk menekan hak kebebasan berpendapat di Hong Kong, yang selama ini telah dijalankan dalam tingkat otonomi tertentu, sejak Hong Kong dikembalikan ke Cina oleh Inggris pada tahun 1997.
ha/pkp (Reuters, AFP, AP)
Hari-hari Penuh Kekerasan di Hong Kong
Selama setengah tahun, para mahasiswa di Hong Kong berdemonstrasi menuntut kebebasan dan demokrasi. Protes pun semakin radikal. Terakhir, pecah bentrokan di Universitas Politeknik Hong Kong.
Foto: Reuters/T. Siu
Protes di Kampus Politeknik
Inilah kampus Universitas Politeknik. Para demonstran dipukul mundur di sini dan terlibat dalam bentrokan dengan polisi selama lebih dari 24 jam. Di kampus, ratusan orang berbekal senjata alat pembakar dan senjata rakitan sendiri. Untuk menangkal polisi, mereka menyalakan api besar-besar.
Foto: Getty Images/AFP/Ye Aung Thu
Diringkus dan ditangkap
Aktivis melaporkan bahwa polisi mencoba menyerbu gedung universitas. Karena gagal, aparat pun menciduk para demonstran di sekitaran universitas. Mahasiswa yang ingin meninggalkan kampus ditangkap. Polisi mengatakan mereka menembakkan amunisi di dekat universitas pada pagi hari, tetapi tidak ada yang tertembak.
Foto: Reuters/T. Siu
Gagal melarikan diri
Di luar kampus, polisi bersiaga dengan meriam air. Asosiasi mahasiswa melaporkan bahwa sekitar 100 mahasiswa mencoba meninggalkan gedung universitas. Namun mereka terpaksa kembali ke dalam gedung kampus ketika polisi menembakkan gas air mata ke arah mereka.
Foto: Reuters/T. Peter
Lokasi strategis penting
Universitas Politeknik menjadi penting dan strategis bagi para demonstran karena terletak di pintu masuk terowongan yang menghubungkan daerah itu dengan pulau Hong Kong. Dalam beberapa hari terakhir, pengunjuk rasa telah mendirikan barikade di luar terowongan untuk memblokir pasukan polisi. Ini adalah bagian dari taktik baru untuk melumpuhkan kota dan meningkatkan tekanan pada pemerintah.
Foto: Reuters/T. Peter
Apa tuntutannya?
Protes di Wilayah Administratif Khusus ini telah berlangsung selama lebih dari lima bulan. Tuntutan para demonstran antara lain yaitu pemilihan umum yang bebas dan penyelidikan kekerasan yang dilakukan oleh polisi. Perwakilan pemerintahan Beijing di Hong Kong belum menanggapi kedua tuntutan ini.
Foto: Reuters/T. Peter
Peningkatan kekerasan
Protes yang awalnya damai kini berubah menjadi penuh kekerasan. Polisi menindak tegas dan mengancam akan menggunakan amunisi tajam. Aktivis Hong Kong berbicara tentang adanya 4.000 penangkapan sejak protes dimulai. Para demonstran sendiri melawan dengan melempari batu, melemparkan bom Molotov dan menggunakan busur serta anak panah.
Foto: Reuters/T. Siu
Busur dan anak panah untuk melawan
Seorang polisi terluka pada hari Minggu (17/11) akibat tusukan anak panah di kakinya. Aktivis terkenal Hong Kong, Joshua Wong, membenarkan kekerasan yang dilakukan para demonstran. "Dengan protes yang damai, kami tidak akan mencapai tujuan kami. Dengan kekerasan saja juga tidak mungkin, kami membutuhkan keduanya," kata Wong kepada media Jerman, Süddeutsche Zeitung.
Foto: picture-alliance/dpa/Hong Kong Police Dept.
Sembunyikan identitas
Pemerintah Hong Kong telah melarang pemakaian topeng. Banyak demonstran memakai masker gas untuk perlindungan terhadap serangan gas air mata. Yang lain mengikat kain di depan wajah mereka untuk menyembunyikan identitas. Mereka takut penangkapan dan konsekuensinya jika mereka sampai dikenali.
Foto: Reuters/T. Siu
Khawatir militer turun tangan
Eskalasi kekerasan juga makin berlanjut. Kehadiran beberapa tentara Cina pada hari Sabtu (16/11) di Hong Kong menyebabkan kekhawatiran. Para tentara ini diturunkan untuk membantu membersihkan serakan batu. Di antara para demonstran, muncul kekhawatiran besar bahwa Cina bisa saja menggunakan militernya untuk mengakhiri protes di Hong Kong. (ae/pkp)