Ini kasus kedua dari pasien yang diduga berhasil sembuh dari virus HIV-1 berdasarkan sebuah studi yang dipublikasikan oleh The Journal Nature. Peneliti yakin bahwa “Pasien London” telah disembuhkan dari infeksi menular.
Iklan
Kasus pertama muncul lebih dari sepuluh tahun lalu "Pasien Berlin” dinyatakan sembuh dari virus ini. Transplantasi sel induk adalah metode yang diterapkan pada kedua pasien, yakni melalui donor pembawa mutasi gen langka yang dikenal dengan CCR5-delta 32. Cara inilah yang dipercaya membuat kedua pasien kebal terhadap HIV. Sudah 18 bulan ini pasien London dinyatakan sembuh dari virus HIV setelah berhenti mengkonsumsi obat-obatan.
"Hilangnya gejala HIV pada pasien kedua dengan menggunakan metode yang sama seperti pada pasien pertama, menunjukkan bahwa pasien Berlin bukanlah sebuah kasus anomali. Pendekatan pengobatan ini telah berhasil menyingkirkan HIV dari keduanya,” kata Ravindra Gupta, kepala penulis studi dan professor jurusan Infeksi dan Imunitas di University College, London, Inggris.
Gupta menambahkan bahwa metode yang digunakan tidak selalu tepat sasaran bagi semua pasien HIV, namun setidaknya ini membawa harapan untuk strategi penanganan yang baru, termasuk untuk terapi gen. Dia dan koleganya masih akan terus memantau kondisi pasien London sebab saat ini masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa pasien telah sepenuhnya disembuhkan dari HIV.
Setiap tahunnya ada hampir satu juta orang meninggal dunia dari kasus HIV dan penyakit terkait. Penanganan HIV menggunakan pengobatan yang bersifat menekan virusnya, dikenal sebagai terapi antiretroviral, dimana pasien harus mengonsumsinya sepanjang hidup.
HIV: 10 Fakta Virus Mematikan
HIV/AIDS mungkin tidak lagi terdengar mengerikan seperti 20 tahun lalu, namun setiap tahun ada sejuta orang lebih yang terinfeksi. Fakta apa saja yang perlu diketahui mengenai penyakit mematikan ini?
Foto: Fotolia/Sebastian Duda
Kehidupan Sehari-hari
Lebih dari 35 juta warga dunia positif HIV - sepertiga diantaranya hidup di Afrika Sub-Sahara. Di Afrika Selatan, negara yang paling parah terjangkit HIV, satu dari enam orang mengidap HIV. HIV bisa dibilang keseharian hidup di Afrika Selatan, sampai-sampai acara anak-anak 'Sesame Street' versi Afrika Selatan memiliki boneka kuning yang positif HIV, Kami.
Foto: picture-alliance/dpa
Lelaki Lebih Berbahaya
Pada hubungan seks antar heteroseksual, HIV lebih mudah ditularkan dari lelaki ke perempuan ketimbang perempuan ke laki-laki. Namun apabila seorang lelaki sudah disunat, risiko penularan ke perempuan berkurang hingga 60 persen.
Foto: imago/CHROMORANGE
Penyakit Seumur Hidup
HIV dan AIDS tidak dapat disembuhkan, meski dapat dikontrol. Obat-obatan antiretroviral mencegah virus berlipat ganda di dalam tubuh penderita. Terapi antiretroviral mencakup tiga atau lebih obat yang harus diminum pasien selama hidupnya. Perawatan semacam ini dapat mengurangi laju kematian dari HIV sebesar 80 persen.
Foto: picture alliance/dpa
Mengurangi Harapan Hidup
Penyebaran HIV setelah tahun 1990 menyebabkan tingkat harapan hidup di banyak negara turun secara dramatis - kebanyakan di Afrika. Lalu pengenalan obat-obatan antiretroviral kembali menaikkan harapan hidup: di Afrika Selatan, contohnya, rata-rata tingkat harapan hidup naik dari 54 tahun pada 2005 menjadi 60 pada tahun 2011.
Foto: AFP/Getty Images
Pengobatan Terbatas
Karena perusahaan farmasi memegang paten yang mencegah produksi obat versi generik, obat-obatan HIV tergolong mahal - sebuah terapi biayanya ribuan Dolar per bulan. Ini pun menghambat pengobatan pada skala besar di negara-negara Afrika, dan trennya berlanjut: Badan Kesehatan Dunia WHO memperkirakan 19 juta pengidap HIV tidak mempunyai akses terhadap obat-obatan.
Foto: AP
Masih Tahap Uji Coba
Tidak ada vaksin yang 100 persen efektif melawan HIV, dan baru ada sedikit studi klinik untuk vaksinasi pada manusia. Satu vaksin yang diujicoba di Thailand hingga tahun 2009 tampak mengurangi risiko terinfeksi HIV hingga 31 persen.
Foto: AP
Terlalu Beragam
Satu faktor yang menyulitkan pengembangan vaksin adalah begitu cepatnya HIV bermutasi, termasuk di dalam tubuh pasien. Ada terlalu banyak variasi patogen HIV - meski hanya dua variasi yang menjadi penyebab utama melemahnya sistem kekebalan tubuh dan mengakibatkan sakit.
Foto: picture-alliance/dpa
Masa Inkubasi Lama
Butuh enam minggu bagi seseorang yang terjangkit untuk mengembangkan antibodi, dan tes HIV tidak efektif pada periode ini. Mereka yang terinfeksi juga mengalami yang disebut infeksi HIV awal, yang gejalanya mirip flu. Beberapa pekan setelah terinfeksi, sistem imunitas untuk pertama kalinya mulai bereaksi terhadap virus.
Foto: picture-alliance/dpa
Rentan Penyakit Lain
Campuran mematikan: HIV dan tuberkulosis. Orang yang positif HIV mengidap risiko 20 kali lebih besar untuk terjangkit bakteri penyebab tuberkulosis. Di Afrika, tuberkulosis adalah penyebab kematian nomor satu di antara penderita HIV.
Foto: Alexander Joe/AFP/Getty Images
Ramuan Tersendiri
Kebijakan Afrika Selatan untuk menangani HIV mengejutkan dunia untuk waktu yang cukup lama. Tahun 2008, menteri kesehatan di bawah pemerintahan Presiden Thabo Mbeki menganjurkan bawang putih, ubi bit merah dan minyak zaitun untuk mengobati infeksi. Obat-obatan antiretroviral ditolak. Untungnya masa-masa itu sudah berlalu.
Foto: Fotolia/Sebastian Duda
10 foto1 | 10
Pasien lain yang berada di tahap remisi
Pasien Gupta, adalah seorang pria berkebangsaan Britania Raya yang enggan disebutkan identitasnya. Dia didiagnosa dengan infeksi HIV tahun 2003 dan mulai menjalani terapi antiretroviral pada tahun 2012. Belakangan ia didiagnosa limfoma hodgkin tingat lanjut. Setelah menjalani kemoterapi, ia akhirnya mendapatkan penanganan dengan metode transplantasi sel induk pada 2016 dan masih terus mendapatkan terapi antiretroviral selama 16 bulan.
Untuk mengetahui apakah ia tepat dinyatakan berada di tahap remisi dari HIV-1, pasien London tidak perlu lagi menjalani terapi antiretroviral. Tercatat sudah 18 bulan pasien tersebut berada di tahap remisi dan tes rutin menyatakan bahwa virus HIV dalam tubuhnya tidak terdeteksi lagi.
Kasus yang hampir sama, Timothy Ray Brown, pasien Berlin menderita HIV dan secara rutin menjalani terapi antiretroviral ketika ia didiagnosa dengan penyakit yang berbeda, yakni myeloid leukemia akut. Setelah dua kali transplantasi sumsum tulang, Brown dinyatakan sembuh dari infeksi HIV-1. Penelusuran apakah Brown masih mengidap HIV diketahui dari darahnya setalah beberapa tahun berhenti dari terapi antiretroviral. Dikarenakan HIV yang tidak terdeteksi lagi, dokternya menyatakan bahwa ia telah sembuh dari HIV.
Terlepas dari berbagai cara para peneliti menggunakan pendekatan yang sama, Brown diyatakan menjadi satu-satunya orang yang berhasil disembuhkan dari HIV sebelum pasien London.
Kasensero - Awal Wabah AIDS di Dunia
Kutukan menimpa Kasensero di Uganda ketika wabah AIDS pertama di dunia merebak di desa itu. Hingga kini sepertiga penduduk masih mengidap AIDS. Desa inipun menjadi pusat penelitian AIDS di dunia
Foto: DW/S. Schlindwein
Kutukan Desa Nelayan Kasensero
Kasensero adalah desa kecil dan miskin di tepi danau Viktoria, Uganda Barat. Ia berada di dekat perbatasan Tanzania. 1982 silam desa ini menuai sorotan dunia. Cuma dalam beberapa hari ratusan penduduk meninggal dunia setelah mengidap penyakit misterius. Kasus yang melibatkan virus HIV sebenarnya sudah muncul di AS, Tanzania dan Kongo. Namun belum pernah sebelumnya AIDS mewabah.
Foto: DW/S. Schlindwein
Penyakit Misterius Renggut Ratusan Nyawa
Kasensero 1982: Thomas Migeero adalah korban pertama. Awalnya ia kehilangan nafsu makan, lalu rambutnya rontok. Bobot tubuhnya pun menyusut drastis, kenang saudaranya Eddy. "Sesuatu merusaknya dari dalam." Ayah Migeero menolak menyentuh peti matinya saat penguburan. Penduduk percaya Thomas Migeero dikutuk. Sementara Eddie Migeero yang kini bekerja untuk LSM AIDS tahu saudaranya tewas karena AIDS
Foto: DW/S. Schlindwein
Kasensero setelah AIDS
Ketika AIDS mulai mewabah dan merenggut nyawa ratusan orang cuma dalam beberapa pekan, penduduk berbondong-bondong melarikan diri. Puluhan keluarga meninggalkan lahan pertanian dan hewan ternak begitu saja. Hingga kini Kasensero terkesan seperti desa mati. Cuma penduduk miskin yang masih bertahan.
Foto: DW/S. Schlindwein
Maut dari Perbatasan dan Prostitusi
Kemungkinan besar virus HIV merambah Kasensero melalui East-African-Highway. Umumnya supir truk menginap di perbatasan Kasensero, mabuk dan memesan jasa prostitusi, seperti perempuan berbusana merah yang tidak ingin disebut namanya ini. Para lelaki itu membayar empat kali lipat agar diperbolehkan tidak mengenakan kondom. Wanita 30 tahun ini tidak peduli. Ia pun mengidap HIV AIDS.
Foto: DW/S. Schlindwein
Keseharian dalam Bayangan AIDS
Joshua Katumba positif mengidap AIDS. Pemuda 23 tahun ini setiap hari mempertaruhkan nyawanya buat mencari duit. Kebanyakan ia habiskan untuk alkohol. Katumba belum pernah bersekolah. Ia tidak bisa membaca atau menulis. Katumba, seperti sepertiga penduduk Kasensero, tidak memiliki prespektif juga lantaran AIDS - jumlah terbanyak di seluruh dunia.
Foto: DW/S. Schlindwein
Obat-obatan Gratis, Rumah Sakit Kewalahan
Presiden Yoweri Museveni adalah presiden pertama Afrika yang mengakui AIDS sebagai penyakit. Sejak saat itu Uganda menjadi contoh penanggulangan AIDS. Peneliti berdatangan ke Rakai. Duit bantuan dikucurkan. Di rumah sakit daerah mengantri penderita AIDS untuk mendapat obat-obatan gratis.
Foto: DW/S. Schlindwein
Kehidupan Normal Berkat Obat Antiretroviral
Judith Nakato sejak lima tahun menderita AIDS. Menurutnya, ia terjangkit penyakit mematikan tersebut ketika diperkosa dan kemudian hamil. Setelah melahirkan ia mendapat kepastian dari tim dokter. Beruntung Nakato tidak mewariskan AIDS kepada anaknya. Setiap hari ia meminum obat antiretroviral.
Foto: DW/S. Schlindwein
Obat-obatan Gratis di Uganda
Dulu Judith Nakato bahkan tidak mampu berdiri. Namun sejak mengkonsumsi obat-obatan antiretroviral, ia bisa kembali bekerja. Obat yang disebut ARV itu meredam virus AIDS did alam tubuh pengidapnya. Dibayar oleh Dana AIDS Global, obat-obatan tersebut dibagikan secara gratis di Uganda, kendati sering mengalami kelangkaan. Nakato misalnya harus berjalan ratusan kilometer untuk mendapat obat ARV.
Foto: DW/S. Schlindwein
Contoh Penanggulangan AIDS?
Uganda dianggap sebagai negara panutan dalam hal penanggulangan AIDS. Miliaran US Dollar disumbangkan untuk negeri tersebut. Awalnya Uganda berhasil mengurangi penyebaran AIDS hingga 70 persen. 1990-an pengidap AIDS di Uganda turun menjadi 6,4 persen tahun 2005. Namun sejak sepuluh tahun silam penyebaran AIDS kembali marak. 2013 jumlahnya mencapai 7,3 persen.
Foto: DW/S. Schlindwein
Kasensero, Laboraturium Terbuka buat Pakar Virologi
Selama bertahun-tahun Kasensero menjadi Mekkah buat pakar Virologi dari seluruh dunia. Pada setiap penduduk mereka melakukan studi jangka panjang. Penelitian semacam itu pertama kali digelar 1996. Sejak saat itu Kasensero menjadi laboraturium percobaan untuk penelitian AIDS di seluruh dunia. Hasil studi terbaru: risiko infeksi AIDS pada pria yang disunat 70 persen lebih rendah.
Foto: DW/S. Schlindwein
Obat-obatan Melangka, Pasien Meregang Nyawa
Tubuh Olive Hasal mengering hingga tulang. Ibu 50 tahun ini bernafas ala kadarnya. Kulit di sekitar matanya menghitam. Satu buah tablet dibungkusnya rapih di dalam kain, "ini adalah yang terakhir," katanya. Hasal menyaksikan suami dan kedua anaknya meninggal dunia karena AIDS. Jika tidak ada yang mengambilkan obat dari kota terdekat berjarak 140 kilometer, hidup Hasal tinggal menghitung hari.
Foto: DW/S. Schlindwein
11 foto1 | 11
Masih banyak pekerjaan
Dr. Sharon Lewis, direktur Peter Doherthy Institute untuk Infeksi dan Imunitas beserta profesor kedokteran di Universitas Melbourne mengatakan remisi yang terlihat pada pasien London sejauh ini sangat menggembirakan.
"Setelah sepuluh tahun suksesnya pasien Berlin, transplantasi sumsum tulang dari CCR5-donor negatif pada kasus kedua berhasil mengeliminasi sisa virus dan menghentikan jejak-jejak virus untuk terbentuk kembali”, kata Lewin, yang tidak terlibat pada kasus kedua. "Ada dua faktor yang berperan di sini: Sumsum tulang baru bersifat kebal terhadap HIV dan secara aktif mengeliminasi sel HIV yang terinfeksi.”
Graham Cooke, professor infeksi penyakit di Imperial College London mengatakan dalam sebuah pernyataan ke Science Media Center bahwa kasus terbaru sangat memotivasi.
"Jika kita mengerti mengapa beberapa prosedur berhasil pada beberapa pasien dan gagal pada yang lain, kita akan lebih dekat menuju gol utama kita, penyembuhan HIV,” kata Cooke, yang juga tidak terlibat dalam kasus ini. "Saat ini prosedur yang digunakan masih banyak menanggung risiko untuk diterapkan ke pasien, kecuali konsumsi tablet harian untuk pasien HIV aman digunakan untuk menjaga kesehatan pasien dalam jangka panjang".
Dr. Timothy Henrich, professor kedokteran dan ilmuan fisika dari Universitas California, San Francisco menambahkan bahwa penanganan pasien London "tidak berskalabilitas, aman dan berkelanjutan secara ekonomi untuk penerapan remisi HIV.” Untuk saat ini penggunaan metode tersebut juga bisa digunakan untuk mereka yang membutuhkan transplantasi dengan alasan medis lain, bukan hanya untuk HIV, tambah Heinrich, yang juga tidak terlibat dalam kasus ini.
"Sebetulnya ada banyak strategi yang sedang diusahakan. Beberapa diantaranya berkaitan dengan pasien Berlin dan transplantasi, contohnya terapi modifikasi gen," ujar Heinrich.
Para peneliti juga menguji berbagai terapi modifikasi imun.
"Saya seorang yang optimis karena saya seorang peneliti. Saya memiliki harapan, saya rasa penemuan penyembuhan yang berskalabilitas aman dan bisa diterapkan ke banyak penderita HIV adalah sesuatu yang bisa dicapai. Tetapi kita masih banyak memiliki pekerjaan untuk sampai ke sana." ga/yp (cnn)
Jangan Lakukan Ini Sebelum Berhubungan Seks
Ada beberapa kesalahan yang kadang-kadang tidak disadari pasangan suami istri saat berhubungan intim. Akibatnya bisa mengganggu kesehatan. Hal-hal berikut ini sebaiknya dihindari sebelum melakukan hubungan seksual.
Foto: Fotolia/fotogestoeber
Buang air kecil
Buang air kecil sesudah berhubungan intim dapat membuat semua bakteri penyebab infeksi keluar. Namun jangan lakukan itu sebelum berhubungan seks, karena penyebab utama infeksi saluran kencing adalah kebiasaan 'pipis' sebelum berhubungan seksual. Demikian saran Urolog New York, David Kaufman.
Foto: imago/mm images/Berg
Minum antihistamin (anti alergi)
Antihistamin baik untuk meredakan efek alergi, karena mengeringkan selaput lendir di hidung yang berair, namun obat ini juga mengeringkan organ intim. Tentu, vagina yang kering membuat hubungan seks terasa tidak nyaman. Selain itu, secara umum, antishistamin juga menurunkan libido.
Foto: Colourbox/Syda Productions
Mabuk-mabukan (kebanyakan alkohol)
Alkohol kadang bisa membantu memicu gairah seksual. Namun minuman beralkohol dalam takaran berlebihan justru mengakibatkan hambatan bagi pria untuk ereksi.
Foto: Fotolia/eyetronic
Salah ukuran kondom
Ukuran karet pengaman dalam berhubungan seksual amat penting. Pemilihan ukuran kondom yang pas mengurangi risiko selip dan terlepas disaat sedang melakukan hubungan seksual.
Foto: Fotolia/Sergejs Rahunoks
Mencukur rambut di sekitar organ intim
Bebas bulu halus di sekitar area intim mungkin sedang tren, tapi dapat berisiko infeksi akibat luka gesekan saat berhubungan badan. Pakar klinis juga memperingatkan, area intim yang dicukur menjadi salah satu penyebab infeksi herpes, sebab luka kecil pun dapat menularkan virus.
Foto: Fotolia/PhotographyByMK
Lupa bersihkan alat permainan seks
Selain tubuh yang bersih, alat permainan seks pun sebaiknya dalam kondisi bersih sebelum digunakan. Jangan pernah lupa membersihkan sex toy sebelum berhubungan seks, karena dapat menyebabkan infeksi. Untuk melindungi diri, cucilah dulu alat permainan itu dan bersihkan dulu dengan tisu anti bakteri.
Foto: picture-alliance/dpa
Menggunakan pelumas mengandung mentol
Perempuan yang telah menopause mengalami penipisan jaringan vagina. Memakai pelumas yang mengandung mentol bisa menyebabkan iritasi. Khusus untuk perempuan sekitar usia menopause, menurut ginekolog Cheryl Iglesia, sebaiknya gunakan pelumas berbasis air tanpa mentol untuk menghindari ketidaknyamanan.