Pasukan Gabungan TNI Baru untuk Melawan Ancaman Terorisme
30 Juli 2019
Komando Operasi Khusus (Koopsus), sebuah pasukan gabungan TNI, telah resmi dibentuk. Tugas utama pasukan ini adalah menangani ancaman terorisme dari dalam dan luar negeri.
Iklan
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto telah resmi membentuk Komando Operasi Khusus (Koopssus) TNI. Hadi mengatakan personel Koopssus merupakan prajurit pilihan dari tiga matra di TNI untuk menangani terorisme.
"Koopssus TNI melengkapi jajaran satuan elite yang telah dimiliki TNI, sebagai satuan elite. Personel Koopssus TNI yang berasal dari pasukan khusus ketiga matra, merupakan prajurit pilihan mereka, memiliki kualifikasi untuk melakukan berbagai jenis operasi khusus, baik di dalam maupun di luar negeri, yang menuntut kecepatan dan keberhasilan yang tinggi," ujar Hadi dalam amanatnya di Lapangan Koopssus, Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (30/7/2019).
Hadi menegaskan, pembentukan Koopssus ini tidak meniadakan peran pasukan khusus matra lainnya, tapi justru ingin mensinergikan tugas TNI.
"Perlu pula saya tegaskan bahwa dengan dibentuknya Koopssus TNI ini bukan berarti menihilkan peran pasukan khusus matra masing-masing, namun justru saya ingin mensinergikan pelaksanaan tugas TNI secara gabungan sebagaimana doktrin TNI matra terpadu, yaitu Tri Dharma Eka Karma," kata Hadi.
Ditemui seusai upacara peresmian, Hadi menjelaskan keunggulan Koopssus TNI. Pasukan ingin menggunakan kecepatan penuh ketika ada ancaman terorisme dari dalam dan luar negeri.
"Ciri dari Koopssus TNI seperti yang saya sampaikan adalah kecepatan dan kemungkinan hasil persentase mendekati 100 persen. Kecepatan adalah ketika ada ancaman dari dalam maupun luar negeri, Panglima TNI langsung bisa memerintahkan untuk bergerak dengan cepat dengan tingkat keberhasilan sangat tinggi," jelasnya.
Nantinya tugas Koopssus TNI lebih banyak berupa penangkalan terorisme. Fungsi intelijen sangat diutamakan dalam pasukan ini.
"Tugas fungsi adalah penangkal, penindak, dan pemulih. Penangkal di dalamnya adalah surveillance, yang isinya intelijen, 80 persen kita laksanakan adalah surveillance atau observasi jarak dekat dan 20 persen penindakan. Maka intelijen ada di fungsi penangkalan," pungkas Hadi.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai perlunya pembentukan Komando Operasi Khusus (Koopssus) TNI, yang tertuang dalam Perpres Nomor 42 Tahun 2019 tentang Susunan Organisasi TNI. Pasukan ini pun sudah diresmikan langsung oleh Panglima TNI Marsekal Hari Tjajanto.
Karir Meroket Marsekal Hadi Tjahjanto
Munculnya nama Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai kandidat Panglima TNI yang baru bukan hal yang mengejutkan. Kedekatannya dengan Jokowi dinilai turut melanggengkan karir Kepala Staf TNI AU itu menggantikan Gatot Nurmantyo.
Foto: picture-alliance/dpa/AP Photo/A. Ibrahim
Prajurit asal Malang
Pria kelahiran Malang, 8 November 1963 silam itu memulai kariernya sebagai pilot TNI Angkatan Udara di Skuadron 4 Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh, Malang, Jawa Timur. Tugas Skadron Udara 4 adalah mengoperasikan pesawat angkut ringan untuk Operasi Dukungan Udara dan SAR terbatas. Ia dianggap kandidat tepat yang dapat mendukung kebijakan maritim pemerintahan Jokowi.
Foto: picture-alliance/dpa/AP Photo/A. Ibrahim
Jokowi, Hadi dan Solo
Hadi Tjahjanto bukan orang baru di lingkaran Joko Widodo. Tahun 2010-2011, saat Hadi menjabat sebagai Komandan Lanud Adi Soemarmo, Joko Widodo adalah Wali Kota Solo. Kedekatan ini berlanjut, ketika Jokowi duduk di Istana. Karier Hadi meroket menyalip seniornya. Dalam waktu tiga tahun, Hadi tercatat dua kali dipromosikan hingga akhirnya menduduki posisi KSAU.
Foto: picture-alliance/dpa/AP Photo/A. Ibrahim
Karir Sang Jendral Bintang Empat
Perwira lulusan 1986 itu meraih bintang saat menjabat sebagai Dirops dan Lat Basarnas (2011). Namanya dikenal publik ketika menjadi Kepala Dinas Penerangan TNI AU tahun 2013. Dua tahun kemudian, Hadi didapuk sebagai Sesmil Presiden. Ia langsung menyandang bintang tiga saat duduki posisi Irjen Kementerian Pertahanan (2016). Awal tahun 2017, Hadi dilantik menjadi KSAU dengan 4 bintang di pundak.
Foto: picture-alliance/dpa/AP Photo/A. Ibrahim
Mengerti kode Jokowi
Hadi Tjahjanto cepat menangkap sejumlah kode dari Presiden Jokowi. Pada Jumat, 10 November 2017, saat peresmian pesawat N219 buatan PT Dirgantara Indonesia, Jokowi melihat siswi SD hendak jatuh di barisan depan. Ia pun memberi kode kepada ajudannya. Namun Hadi yang justru berlari dari barisan belakang, menggendong anak kecil tersebut. Hadi menyebutkan bahwa ia sudah biasa membaca gerakan Jokowi.
Foto: picture-alliance/dpa/AP Photo/A. Ibrahim
Gatot Nurmantyo vs Hadi Tjahjanto
Jika resmi terpilih maka ini kali pertama sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, panglima TNI akan kembali dipimpin prajurit dari matra udara. Terakhir panglima TNI dari Angkatan Udara adalah Marsekal (Purnawirawan) Djoko Suyanto (2006-2007). Pada beberapa periode sebelumnya Panglima TNI lebih sering dijabat matra Angkatan Darat dan Laut.
Foto: picture-alliance/dpa/AP Photo/A. Ibrahim
Tugas Utama Hadi
Salah satu alasan mengapa panglima TNI segera diganti adalah untuk menjaga netralitas dan profesionalisme militer, terlebih setelah berhembus spekulasi bahwa Gatot Nurmantyo akan maju di pilpres 2019. Kesiapan TNI mengamankan Pemilihan Kepala Daerah 2018 dan Pemilihan Presiden 2019 dianggap sebagai tugas besar pertama jika Hadi Tjahjanto terpilih menjadi Panglima TNI. ts/hp (kompas.com, detik.com)