1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pasukan Inggris Tinggalkan Istana Basra

3 September 2007

Bubar sudah pasukan sekutu militer di Irak. Pasukan Inggris di kawasan selatan Irak memulai penarikan mundur dari markas besarnya di Istana Basra hari Minggu malam (02/09) waktu setempat.

Pasukan Irak Ambil Alih Istana Basra dari Inggris
Pasukan Irak Ambil Alih Istana Basra dari InggrisFoto: AP

Setelah hampir lima tahun bertempur di Irak tanpa hasil, mulai Minggu malam (02/09) waktu setempat Inggris menarik mundur pasukannya dari Basra, Irak. Saat ini pangkalan militer Inggris, Istana Basra, sudah diserahkan sepenuhnya pada militer Irak.

Sementara 550 serdadu Inggris yang tadinya berada di Istana Basra, sudah ditempatkan di pangkalan udara militer di pinggiran Basra bersama 5000 serdadu Inggris lainnya. Mulai sekarang, seluruh kegiatan militer Inggris di selatan Irak dipusatkan di pangkalan udara di Basra dan menunggu serah terima kota Basra kepada pemerintah provinsi di musim gugur tahun ini. Demikian disebutkan dalam pernyataan resmi kementerian pertahanan Inggris mengenai penarikan mundur pasukannya dari Istana Basra.

Perdana Menteri Inggris Gordon Brown berbicara untuk Radio BBC programa 4:

“Penarikan mundur dari Istana Basra ke pangkalan udara militer Basra merupakan keputusan yang sudah direncanakan sebelumnya dan terorganisasi. Kami menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya Basra kepada warga Irak, kami juga melepaskan kewajiban internasional, kecuali yang diberikan dari PBB. Ini merupakan perubahan posisi dari peranan siap bertempur menjadi pasukan pengawas keamanan. Namun kami siap untuk kembali ke peranan mengambil alih di situasi tertentu. Tujuan penarikan mundur ini adalah penyerahan tanggung jawab keamanan dari pasukan Inggris pada pasukan keamanan Irak.“

Gordon Brown seperti pendahulunya Tony Blair menolak memberikan jadwal penarikan mundur pasukannya dari Irak. Tapi Gordon telah memberikan suatu keputusan di bulan Oktober, ketika parlemen kembali dari rehat musim panasnya.

Di awal 2007, masih terdapat 7000 serdadu Inggris yang ditempatkan di Basra dan sekitarnya. Pengurangan pasukan kontingen Inggris di selatan Irak hingga akhir tahun ini direncanakan akan menyisakan sekitar 5000 serdadu. Perdana Menteri Gordon meminta, nantinya sisa pasukan Inggris di Irak bertugas menjaga stabilitas keamanan di provinsi dan memberikan pelatihan pada pasukan keamanan lokal.

Sesaat sebelum penarikan mundur pasukannya dari Istana Basra diumumkan, beberapa pejabat tinggi militer Inggris melontarkan kritik keras mengenai kebijakan Amerika Serikat di Irak. Bekas kepala staf militer Inggris Jenderal Mike Jackson menandai politik Irak Amerika Serikat sebagai „kepailitan intelektual“. Pernyataan Jackson tersebut akhir pekan lalu dimuat di harian Inggris “The Daily Telegraph”. Dikatakan Jackson, Menteri Pertahanan Amerika Serikat perancang perang Irak waktu itu Donald Rumsfeld adalah orang yang paling bertanggung jawab atas situasi saat ini di Irak.

Menanggapi komentar Jackson, kepada Radio BBC programa 4 Perdana Menteri Brown menyatakan:

“Saya nyatakan, saya mengetahui bahwa kesalahan yang ditudingkan sebagian pihak adalah kami tidak cepat melakukan perbaikan di bidang ekonomi, membangun kembali pasukan militer, dan melakukan pembangunan kembali bagi masa depan rakyat Irak.”

Pasukan Inggris meninggalkan Basra di tengah konflik antara milisi-milisi yang bertikai dan para pengamat secara spontan berbicara mengenai kekalahan Inggris di selatan Irak, serta meramalkan di masa depan akan lebih banyak lagi kekacauan.

Kementerian pertahanan Amerika Serikat di Pentagon mengumumkan Amerika Serikat siap campur tangan di kawasan selatan Irak dan mengatasi segala kekacauan di Basra.

Organisasi advokasi pencegahan dan resolusi konflik International Crisis Group bulan Juni lalu memperingatkan dalam laporan khusus mengenai Basra bahwa penarikan mundur pasukan Inggris akan dipandang sebagai kemenangan bagi milisi Syiah. Hampir setiap hari kelompok-kelompok perlawanan melakukan serangan di pangkalan Inggris dan menguasai sebagian besar perekonomian dan kehidupan politik Basra.

Menteri Luar Negeri Inggris David Miliband dan Menteri Pertahanan Des Browne menulis bersama sebuah artikel di harian Amerika Serikat „Washington Post“ bahwa „kini saatnya untuk meluruskan semua kesalahpahaman“ setelah „kritik tidak pada tempatnya“ yang dilontarkan berpekan-pekan sebelumnya terhadap aksi militer Inggris di Basra.

Dalam artikel mereka disebutkan bahwa pasukan Inggris di Basra tidak mengalami kegagalan seperti yang dituduhkan. Lebih dari 150 serdadu Inggris tewas sejak masuknya pasukan koalisi ke Irak pada tahun 2003.