Tentara darat Suriah didukung serangan udara Rusia terus menggebrak kawasan Hama dan Idlib yang dikuasai pemberontak anti Assad termasuk Al Qaida. Dua kawasan strategis penting berhasil direbut kembali.
Iklan
Tentara darat Suriah yang setia kepada presiden Bashar al Assad didukung milisi Hisbullah dari Libanon dan serangan udara Rusia dilaporkan berhasil rebut dua kawasan strategis penting di Hama dan Idlib. Pemantau hak asasi manusia di Suriah yang bermarkas di London melaporkan, pesawat tempur Rusia terus melancarkan gempuran ke posisi pemberontak anti Assad di dua kawasan itu. Walau dilaporkan tidak ada korban jiwa, namun jaringan warta berita setempat melaporkan warga di Hama dan Idlib ketakutan menghadapi aksi militer dari udara itu.
Kawasan strategis penting Sahel al-Ghab yang sebelumnya dikuasai kelompok koalisi pemberontak yang dipimpin afiliasi Al Qaida di Suriah, Front- al Nusra berhasil direbut kembali oleh tentara pro Assad. Kawasan yang berhasil direbut ini merupakan titik persimpangan penting antara provinsi Hama, Idlib dan Latakia. Saat ini Rusia juga disebut-sebut terus memperkuat kehadiran militernya di basis angkatan udara Latakia.
Walau berafiliasi dengan Al Qaida yang masih tercantum dalam daftar organisasi teroris Amerika Serikat, kelompok ini mengaku dirinya sebagai moderat dan mendapat dukungan pelatihan serta peralatan non militer dari Washingfton.
Sementara itu presiden Rusia Vladimir Putin kembali menegaskan bahwa pihaknya tidak mau terlibat dalam perang sektarian di Suriah. Putin juga menggelar pertemuan dengan menteri pertahanan Arab Saudi pangeran Mohammad bin Salman untuk membahas krisis di Suriah. Arab Saudi mengajak Rusia untuk bekerjasama mencari solusi krisis Suriah.
Situasi di Suriah juga jadi agenda utama perdebatan dalam konferensi para menteri luar negeri Uni Eropa yang digelar di Luxemburg Senin (12/10) ini. Situasi di kawasan konflik itu makin kacau balau, setelah Perancis juga menyusul langkah Rusia melancarkan serangan udara ke target yang mereka klaim sebagai posisi para jihadis Islamic State (ISIS), Paris juga mengklaim berhasil membunuh jihadis asal Perancis.
Beruang Merah Menggebrak di Suriah
Lama bergeming, Rusia kini melibatkan diri dalam konflik Suriah. Negeri beruang merah itu melancarkan serangan udara dan memperkuat kehadiran armada lautnya di perairan Suriah. Semua demi menyelamakan Bashar al Assad.
Foto: picture-alliance/dpa
Dominasi di Langit
Rusia menabuh genderang perang dan mengusir angkatan udara Amerika Serikat dari kawasan udara Suriah. Satu jam menjelang serangan, atase militer Rusia di Baghdad menghubungi rekan sejawatnya di kedutaan AS buat menyampaikan peringatan tersebut. Belasan pesawat tempur jenis MiG-29 dan Su-34 kemudian diterbangkan buat menghancurkan beberapa target milik siapapun yang berperang dengan pasukan Assad.
Foto: picture-alliance/ZB/J. Büttner
Menarget Musuh Assad
Media awalnya sempat melaporkan, pesawat tempur Rusia bukan membidik ISIS, melainkan kelompok Free Syrian Army yang dikenal moderat. Namun beberapa jam kemudian, Moskow memastikan pihaknya juga melancarkan serangan terhadap kelompok fanatik Islam. Terkait tudingan AS, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengaku pihaknya "bertanggungjawab atas semua target serangan."
Foto: imago/ITAR-TASS
Petaka dari Udara
Pemantau asing melaporkan, angkatan udara Rusia melancarkan serangkaian serangan udara di tiga provinsi, termasuk Homs yang dikuasai Free Syrian Army. Foto ini diambil di distrik Talbisseh. Kelompok HAM mengabarkan sekitar 27 warga sipil tewas dalam serangan udara Rusia.
Foto: Getty Images/AFP/M. Taha
Teknologi Termutakhir
Kehadiran militer Rusia di Suriah sudah ada sejak tahun 1970an. Tapi baru kali ini Moskow menerjunkan langsung pasukannya dalam konflik bersenjata. Citra udara berikut menunjukkan kekuatan militer Rusia di pangkalan udara Lattakia. Rusia antara lain mengirimkan jet tempur, Su-30, yang berdaya jelajah 3000km. Beberapa meyakini Moskow juga menyiapkan pesawat tempur teranyar yang dimilikinya, Su-34
Foto: Reuters/www.Stratfor.com/Airbus Defense and Space
Angkatan Darat
Untuk mengamankan pangkalan militer di Lattakia, Moskow juga diyakini menerjunkan pasukan infanteri, sejumlah tank tempur tipe T-90, kendaraan angkut personel lapis baja BTR-80 dan peluru kendali anti serangan udara. Belum jelas apakah Rusia juga berniat menerjunkan angkatan daratnya dalam perang di Suriah.
Foto: picture-alliance/Russian Look
Raksasa Laut di Tartus
NATO mengkhawatirkan Rusia juga akan mengirimkan kapal induknya, Admiral Kuznetsov ke Suriah. Sejak pertama kali berlayar tahun 1995, negeri beruang merah itu telah berulangkali melabuhkan raksasa laut yang mampu mengangkut hingga 50 pesawat tempur itu di kota Tartus, sekitar 84 km dari Lattakia. Di kota pelabuhan Suriah itu Rusia memiliki pangkalan militer untuk armada lautnya.
Foto: picture alliance/dpa/Sana
Mengamankan Kepentingan
Pengamat meyakini, keterlibatan Rusia di Suriah adalah semata-mata demi mengamankan pengaruhnya di kawasan. Tanpa Suriah, Rusia antara lain akan kehilangan akses langsung ke Iran. Pelabuhan di Tartus, Suriah, misalnya merupakan satu-satunya pelabuhan laut dalam yang dikuasai Rusia di Laut Tengah. "Operasi militer ini punya batas waktu," kata Presiden Vladimir Putin.