Patung Hitler dan Ausschwitz Atraksi Selfie di Yogyakarta
10 November 2017Pemandangan ini terlihat setiap hari di museum De Mata. Adegan ini memang disenangi para remaja yang berkunjung, kata penyelenggara museum. Organisasi hak asasi Human Rights Watch mengecam pameran patung Hitler di museum tersebut menyebutnya "memuakkan”.
Strategi Hitler Membunuh Demokrasi
Hanya dalam 18 bulan, seorang asing tanpa pendidikan formal atau pengalaman politik, tanpa kewarganegaraan atau kursi mayoritas di parlemen, mampu mengubah Jerman dari negara Demokrasi menjadi totaliter.
Kehancuran Jerman
Pada dekade 1920an Jerman yang sedang terseret krisis ekonomi dan sosial pasca Perang Dunia I, membutuhkan stabilitas politik untuk menggenjot perekonomian. Pada pemilu 1926 partai bentukan Adolf Hitler, NSDAP, cuma dipilih oleh 800.000 penduduk (2,6%). Namun pada September 1930, pendukung kaum fasis berlipatganda menjadi 6,4 juta pemilih (18,3%). Apa sebab?
Strategi Hitam
Strategi Hitler buat merebut hati pemilih tertera dalam karyanya sendiri, Mein Kampf. Di dalamnya ia mengusulkan agar kampanye dibatasi pada isu yang bersifat emosional dan dikemas dalam kosakata politik yang sederhana dan mudah diingat. Selain itu pesan yang biasanya membidik emosi khalayak diulang sebanyak mungkin. NSDAP juga menghindari diferensiasi dan cendrung memukul rata obyek serangannya.
Bahasa Kaum Fasis
Menurut intelektual Yahudi-Jerman, Hannah Arendt, kaum fasis banyak mempropagandakan kebohongan ihwal ancaman oleh kaum Yahudi dan asing. Saat itu pun, tulis Arendt dalam The Origins of Totalitarianism, kaum kiri dan liberal berupaya menghalau kebohongan dengan fakta. Namun menurut Arendt, kebohongan anti asing dan Yahudi bukan dibuat untuk meyakinkan penduduk, melainkan sebuah ikrar politik.
Didukung Petani dan Pengusaha
Berbeda dengan anggapan umum bahwa pemilih Hitler merupakan pengangguran yang frustasi atas kondisi ekonomi, sebuah studi teranyar mencatat pemilih terbesar NSDAP adalah petani, pensiunan dan pengusaha, terutama pemodal berkocek tebal yang mengimpikan kemajuan ekonomi lewat jalur cepat seperti yang dijanjikan oleh NSDAP.
Genting di Berlin
Menjelang pemilu Juli 1932 situasi politik di Jerman menyerupai perang saudara. Konflik berdarah antara simpatisan merajalela. Pada Juni 1932, 86 orang tewas dalam bentrok antara kaum Komunis dan sayap paramiliter NSDAP. Saat itu partai-partai pro demokrasi masih berharap hasil pemilu akan menggugurkan dominasi satu partai. Namun NSDAP justru keluar sebagai pemenang terbesar dengan 37,4% suara.
Nafsu Kuasa
Lantaran partai-partai politik gagal membentuk pemerintahan mayoritas, Jerman kembali menggelar pemilu pada November 1932. Kali ini NSDAP kehilangan banyak suara. Sebaliknya kaum kiri dan komunis menguasai 36% kursi di parlemen. Namun lantaran ingin berkuasa, sejumlah politisi papan atas Jerman memilih berkoalisi dengan NSDAP dan mengusung Hitler sebagai kanselir.
Perebutan kekuasaan
Pada 30 Januari 1933 Hitler dilantik sebagai Kanselir. Ia lalu meminta Presiden Paul von Hindenburg buat membubarkan parlemen lantaran kebuntuan politik menyusul tidak adanya kekuatan mayoritas di parlemen. Permintaannya dikabulkan. Pada pemilu 1933 Hitler menggunakan kekuasaanya untuk menekan musuh-musuh politiknya. Pemilu tidak lagi bebas dan NSDAP menjelma menjadi kekuatan tunggal di parlemen.
Kematian Demokrasi
Sejak itu Nazi menggiatkan propaganda dan presekusi terhadap kaum Yahudi. Hitler yang meleburkan perangkat partai dengan lembaga negara dengan cepat mempreteli parlemen dan struktur demokrasi warisan Republik Weimar. Menjelang Perang Dunia II, NSDAP menggunakan strategi propaganda yang sama untuk membibit kebencian terhadap negara asing.
Selfie dengan Hitler berlatar belakang kamp konsentrasi di Ausschwitz, di mana lebih satu juta warga Yahudi Eropa dibantai, kontan mengundang kecaman keras dari organisasi korban Holocaust, Simon Wiesenthal Center di Los Angeles.
"Sulit untuk menemukan kata-kata yang cocok untuk menggambarkannya," kata Dekan Simon Wiesenthal Center, Rabi Abraham Cooper. Latar belakangnya menjijikkan. Itu hinaan bagi para korban yang masuk ke sana dan tidak pernah ke luar lagi”, katanya.
Selain patung Hitler, di museum itu juga ada patung Darth Vader dari film Star Wars dan patung Presiden Joko Widodo.
Ini bukan pertama kalinya, gambar dan simbol Nazi di Indonesia mengundang kritik internasional. Sebuah kafe bertema Nazi di Kota Bandung, yang pelayannya mengenakan seragam pasukan SS, pernah membangkitkan kemarahan di luar negeri. Kafe itu sekarang diberitakan sudah menghentikan operasinya.
Auschwitz - Menengok Kekejaman Sebuah Kamp
Kamp konsentrasi Auschwitz berhasil dibebaskan pasukan Soviet, 27 Januari 1945. Sejak tahun 1996, tanggal ini dijadikan sebagai hari peringatan bagi para korban kekejaman Nationalsozialismus (Nazi).
Pembebasan
75 tahun lalu, Tentara Merah berhasil membebaskan kamp konsentrasi dan kamp pemusnahan Auschwitz-Birkenau. Antara tahun 1940-1945, lebih dari satu juta orang, kebanyakan warga Yahudi, tewas dibunuh di kamp ini. Ketika tentara Soviet membebaskan kamp, mereka hanya menemukan sekitar 7000 orang yang selamat. Tampak dalam foto yang diambil Januari 1945, tiga orang penghuni kamp yang berhasil selamat.
Hampir Mati Kelaparan
10 hari sebelum Tentara Merah membebaskan kamp ini, Nazi menggiring sekitar 60 ribu tawanan, dengan apa yang disebut Todesmarsch atau Mars Kematian, ke kamp lain. Mereka yang tinggal di kamp adalah para tahanan yang kondisinya telah lemah akibat kelaparan.
Tahanan Anak
Nazi menahan sekitar 232 ribu anak-anak di Auschwitz-Birkenau. Kebanyak dari mereka adalah anak-anak keturunan Yahudi. Selain itu terdapat juga anak-anak Roma, anak-anak yang dikirim dari Polandia, Rusia dan Ukraina. Saat ini, masih hidup sekitar 300 anak dari 2000 anak yang berhasil diselamatkan 70 tahun lalu.
Sinisme Nazi
"Arbeit macht frei“ atau terjemahan harfiahnya "Kerja Dapat Membebaskan“, semboyan yang terpampang di depan gerbang utama kamp konsentrasi Auschwitz I. Tahun 2009, plang tulisan asli di gerbang ini telah dicuri, dan diganti dengan satu replika. Plang asli yang berhasil ditemukan kembali kini disimpan di museum.
Holocaust
Auschwitz-Birkenau merupakan kamp konsentrasi dan kamp pemusnahan terbesar yang dibangun Nazi. Dan kamp ini merupakan satu-satunya yang berhasil dipertahankan kondisinya sesuai dengan kondisi ketika kamp ini dibebaskan tahun 1945 – atau seperti tampak dalam foto yang dibuat tahun 1946.
Tugu Peringatan Asli
Untuk mempertahankan kamp ini sebagai tugu peringatan, Polandia telah membentuk satu yayasan. Jerman telah menjanjikan 120 juta Euro dana yang dibutuhkan, sehingga pekerjaan pemeliharaan dapat terus dilaksanakan dalam tahun-tahun mendatang. Foto yang diambil tahun 1958 memperlihatkan gudang penyimpanan di balik pagar listrik tegangan tinggi
Pembunuh
Salah satu dari 116 foto langka para petinggi Nazi di Auschwitz ini diambil pada tahun 1944. Richard Bär, yang sejak Mei 1944 memegang komando tertinggi di Auschwitz, di sebelahnya, Dr. Josef Mengele, komandan di Birkenau, Josef Kramer (tertutup wajahnya), serta mantan komandan Auschwitz Rudolf Höß. Pria paling kanan tidak diketahui identitasnya.
Fotografer
Wilhelm Brasse berusia 25 tahun ketika tiba sebagai tahanan politik di Auschwitz. Atas perintah SS, ia membuat foto dari sekitar 40 ribu tahanan. Ia pun diharuskan mendokumentasikan eksperimen medis brutal yang dilakukan Dr. Mengele. Akibat trauma, setelah perang berakhir, tidak pernah sekalipun menyentuh kamera lagi. Kisah Brasse diabadikan dalam satu film Polandia berjudul "Potrecista“.
Seleksi
Foto dari tahun 1944 yang kini tersimpan di Museum Yad Varshem ini memperlihatkan para perempuan dan anak-anak, yang dipisahkan dari kelompok laki-laki. Mereka sedang menjalani psores ‚penyeleksian, ketika tiba di Auschwitz-Birkenau.
Kerja Rodi
Mereka yang lolos dari 'seleksi’ diharuskan melakukan kerja yang berat. Tampak dalam foto, para perempuan yang lolos seleksi berdiri dalam antrian untuk menerima perintah kerja.
Barak Perempuan
Kelaparan dan kedinginan merupakan keseharian yang harus dijalani para perempuan penghuni kamp di Birkenau. Mereka ditempatkan dalam barak terpisah di lokasi kamp.
Warisan Holocaust
Di area kamp Auschwitz seluas hampir 200 hektar terdapat 300 barak tahanan. Banyak bagian dari kamp konsentrasi Auschwitz yang sampai sekarang tetap terpelihara keasliannya dan dijadikan sebagai tugu peringatan serta museum kekejaman Holocaust. Museum ini juga dijadikan pusat penelitian Holocaust.
Krematorium
Auschwitz-Birkenau memiliki enam kamar gas serta empat krematorium. Rasa kengerian masih dapat dirasakan para pengunjung ketika melihat bekas oven pembakaran jenazah ini. Banyak tahanan dari seluruh Eropa dibunuh pada hari kedatangan mereka dan jenazah mereka dibakar di tempat ini.
Rencana Pemusnahan
Salinan asli dari rencana pembangunan kamp konsetrasi dan kamp pemusnahan Auschwitz tahun 1941 dan 1942. Salinan asli ini kini disimpan di Museum Holocaust Yad Vaschem di Yerusalem. Dalam salinan ini digambarkan berapa besar dan di mana saja akan dibangun kamar gas dan oven pembakaran korban. Salinan ini ditemukan pada tahun 2008 di sebuah apartemen di Berlin.
Tahun 2014, video musik Ahmad Dhani yang dibuat sebagai penghormatan Prabowo Subianto menjelang pemilihan presiden, juga membangkitkan kemarahan karena ahmad Dhani mengenakan seragam SS.
Marketing Officer Musem De Mata, Warli mengatakan, dia memang tahu bahwa Hitler bertanggung jawab atas pembantaian massal warga Yahudi, namun dia mempertahankan adegan patung dan kamp konsentrasi Ausschwitz itu.
"Hitler adalah salah satu tokoh favorit pengunjung kami. Tidak ada pengunjung yang mengeluhkannya. Sebagian besar pengunjung kami bersenang-senang, karena mereka tahu ini hanya museum hiburan," kata Warli.
Siapakah Hitler?
Pertanyaan tentang "Siapakah Hilter" menjadi fokus buku Hermann Pölking dan diadaptasi menjadi film dokumentasi yang epik karena berisi kutipan pendapat dari sejumlah tokoh yang sezaman dengan Adolf Hitler.
Adolf Hitler Cilik (tahun 1890)
"Dia berbeda dari seluruh anggota keluarga lainnya." - Ibu Klara Hitler, dikutip oleh August Kubizek.
Foto angkatan di sekolah Linz, 1900/01
"Dia sangat berbakat, tapi juga tak stabil, walaupun dia tidak bertindak kasar, dia bisa dianggap berjiwa pemberontak. Dia juga bukan pekerja keras." Dr. Eduard Huemer, guru bahasa Perancis (Adolf Hitler berada di sebelah paling kanan atas)
Potret diri Adolf Hitler
"Seluruh keluarganya menganggap Hitler bukan seorang idealis, yang suka menghindar dari kerja keras." - August Kubizek, teman sepermainan Adolf Hitler
Hitler ketika berpangkat kopral pada Perang Dunia I
"Saya tak pernah bisa mengungkap apa penyebab kefanatikan Hitler membenci kelompok Yahudi. Pengalaman ketika bersama prajurit yahudi saat perang dunia tidak mungkin berkontribusi besar terhadap hal ini." - Fritz Wiedemann, Letnan di Regimen "List" (Hitler di posisi paling kiri bawah)
Peringatan Kudeta Beer Hall (sekitar tahun 1929)
"Tujuan mereka hanya satu: taat. Mereka bersedia dikerahkan untuk tujuan apapun, dan mampu melakukan apapun, dilatih untuk mengikuti Hilter. Sedadu berseragam coklat yang direkrut adalah mereka yang tidak puas, tidak sukses, ambisius, penuh rasa iri hati dan kebencian, dari seluruh lapisan masyarakat - yang bersedia untuk membunuh dan melakukan kekerasan." - Carl Zuckmayer, dramawan Jerman
Hitler di Bayreuth (1938)
"Sebelum saya berangkat ke San Fransisco, Saya menyadari niat Hitler yang ingin mengenyahkan pasien yang tak tersembuhkan - bukan hanya yang cacat mental - ketika perang berlangsung. Sebagai alasan dia katakan: mereka adalah "mulut yang perlu makan" namun tak diperlukan." - Fritz Wiedemann, ajudan Adolf Hilter di Partai Nazi hingga 19 Januari 1939.
Albert Speer dan Adolf Hitler, 1938
"Sepanjang perang, Adolf Hitler tidak pernah mengunjungi kota yang hancur akibat bom." - Albert Speer, Menteri era Hitler bidang Persenjataan dan Produksi Perang
Hitler pasca serangan terhadap markas militer Nazi, Wolf's Lair, 1944
"Di sana saya melihat Hilter, yang menatap penuh pertanyaan atas ekspresi putus asa saya. Dengan pelan dia berkata, "Linge, seseorang telah berusaha membunuhku." Heinz Linge, pelayan Adolf Hitler.
Adolf Hitler dan Hermann Göring, 1944
"Saya sadar kita kalah perang. Kemenangan mereka nyata. Saya ingin menembak kepala saya sekarang. [Tapi] kita tidak akan menyerah. Tidak akan pernah. Kita bisa jatuh terperosok. Tapi kita akan membawa seluruh dunia ikut serta." - disampaikan Hitler kepada ajudannya Nicolaus von Below pada akhir Desember 1944.
Surat kabar laporkan kematian Hitler, 1945
"Kematian Hitler dianggap tak lagi bermakna. Dia seharusnya sudah tewas sejak lama. Saya bertanya-tanya berapa banyak orang yang menenangkan diri dan berpikir dia sinting." - Naomi Mitchison, penulis asal Skotlandia
"Kami akan mengikuti saran dan respon publik”, tambahnya. "Biar saja mereka yang menilai, maka karakter yang baik dan buruk."
Peneliti Human Rights Watch's Indonesia, Andreas Harsono mengatakan, patung lilin Hitler dengan latar belakang kamp konsentrasi Ausschwitz itu sangat "sickening" dan mencerminkan sentimen anti Yahudi yang cukup luas di Indonesia. Konflik antara Israel dan Palestina yang tidak kunjung selesai ikut menyuburkan anti-semitisme di Indonesia, yang berakar dari interpretasi sempit kitab suci Al Quran, kata dia.
hp/ml (ap, rtr)
Nasib Seni di Era Hitler
Sebelum ia berkuasa, Adolf Hitler adalah seorang pelukis. Saat ia memimpin Nazi, ia pun mengelompokkan karya seni sesuai seleranya. Karya yang dibencinya dilabeli sebagai "seni yang tak bermoral" dan disita dari museum.
Seni yang Bobrok
Karya seni modern yang gaya, subjek, dan senímannya tidak disetujui Adolf Hitler dan kaum Sosialis Nasionalis dicap sebagai 'seni yang bobrok'. Dari tahun 1937, Nazi menyita karya seni semacam itu dari museum-museum di Jerman. Pameran keliling untuk "seni yang bobrok" digelar sebagai bahan olokan di publik. Menteri propaganda Joseph Goebbels dan Hitler menghadiri pameran di München (foto).
Karya Seni Hilter
Hitler sangat menyukai karya seni era Romantisme dan karya abad ke-19. Ia paling suka pemandangan bernuansa damai khas pedesaan. Koleksi pribadinya adalah karya seni milik Cranach, Tintoretto dan Bordone. Mengikuti jejak tokoh idolanya Raja Bavaria Ludwig I. dan Frederick the Great, Hitler juga ingin menggelar pameran seni sesudah pensiun, di "Museum Führer" yang terletak di kota Linz, Austria.
Membuang karya seni
Nazi bukanlah pihak pertama yang menekan para seniman, namun mereka mengambil langkah yang lebih jauh dengan melarang karya mereka ditampilkan di museum. Pada tahun 1937, pihak berwenang memiliki lebih dari 20.000 karya seni yang dikeluarkan dari 101 museum milik negara Jerman. Apa pun yang menurut Nazi tidak 'memperbaiki moral' warga Jerman akan diasingkan.
Koleksi Nasional Hitler
Karya seni abstrak tidak mendapat tempat pada "koleksi nasional" Hitler. Pada saat "Pameran Seni Jerman Besar" digelar di München, 18 Juli 1937, karya yang dipajang hanya lukisan bergaya tradisional, bernuansa sejarah, dan gambar telanjang. Ketika karya mampu menggambarkan suasana persis seperti kondisi sebenarnya, maka karya tersebut semakin indah di mata Führer.
Karya seni apa yang dianggap bobrok?
Bahkan orang-orang di lingkaran terdekat Hitler tidak yakin seniman mana yang disetujui Sang 'Führer'. "Pameran Seni Terhebat Jerman" 1937 dan pameran "Seni Bobrok" yang digelar di München, setidaknya membawa sedikit kejelasan. Yang menarik perhatian Hitler adalah seniman pada periode modern seperti Max Beckmann, Otto Dix, Wassily Kandinsky, Paul Klee, Ernst Ludwig Kirchner dan Max Pechstein.
Menebar kebencian lewat pameran
Untuk pameran "Seni yang Bobrok", ada sekitar 650 karya seni yang disita dari 32 museum di Jerman. Pameran tersebut disandingkan dengan sketsa karya orang-orang cacat mental dan diperlihatkan bersamaan dengan foto orang lumpuh. Tujuannya: untuk memprovokasi kebencian dan keengganan di antara pengunjung. Lebih dari dua juta pengunjung melihat pameran tersebut dalam tur keliling di berbagai kota.
Dasar hukum
"Undang-Undang Penyitaan Karya Seni yang Bobrok" yang diterbitkan tanggal 31 Mei 1938 menjadi dasar hukum bagi negara untuk menyita karya seni tanpa perlu ganti rugi. Karya seni tersebut dianggap sebagai sumbangan untuk mengisi pundi negara. Saat ini, seni yang dulunya dilabeli sebagai "karya bobrok" oleh Nazi dapat diperdagangkan secara bebas.
Memperjualbelikan "karya seni yang bobrok"
Seni yang telah disita akan dibawa ke fasilitas penyimpanan di Berlin dan Istana Schönhausen. Banyak karya yang dijual oleh empat pedagang seni era Hitler: Bernhard A. Böhmer, Karl Buchholz, Hildebrand Gurlitt, dan Ferdinand Möller. Pada tanggal 20 Maret 1939, terjadi kebarakan di Berlin. Sekitar 5.000 artefak yang tidak terjual hangus terbakar. Peristiwa itu disebut sebagai "latihan".
Seni yang tercecer
Lebih dari 21.000 karya seni yang dicap "seni yang bobrok" disita selama Hilter berkuasa. Namun angka karya seni yang terjual di pasaran berbeda-beda, berkisar 6.000 hingga 10,000. Sebagin lainnya dihancurkan atau hilang. Ratusan karya seni belakangan ditemukan di apartemen milik Cornelius Gurlitt, putra dari ahli sejarah seni ternama di Jerman.