Paus akan membuka "Tahun Yubileum" atau "Tahun Suci" 2025 pada malam Natal (24/12). Tahun Suci diadakan setiap 25 tahun, yang pertama pada tahun 1300. Akankah Roma dibanjiri jutaan pengunjung?
Iklan
Pekerja konstruksi di Roma, Italia, telah bekerja keras selama beberapa pekan terakhir dan para uskup di seluruh dunia juga terus memotivasi umat Katolik untuk mengunjungi Kota Suci Vatikan.
Pada malam Natal, 24 Desember 2024, Paus Fransiskus secara resmi akan membuka "Tahun Yubileum” atau "Tahun Suci”, sebuah perayaan istimewa yang diselenggarakan Gereja Katolik setiap 25 tahun.
Acara ini adalah ziarah keagamaan tradisional ke basilika Santo Petrus, Santo Paulus, dan gereja-gereja lain di Roma. Tahun Suci pertama diadakan pada tahun 1300.
Selain sebagai tradisi keagamaan, acara ini juga merupakan sumber pendapatan penting. Para ahli memperkirakan sekitar 30 juta pengunjung tambahan akan datang ke Roma pada tahun 2025 karena perayaan yubileum ini.
Pabrik Bir di Bangunan Gereja Belgia
03:41
"Kebangkitan spontan” sepanjang sejarah
Jörg Ernesti, seorang teolog Katolik yang berbasis di Kota Augsburg, Bayern, menggambarkan tahun 1300 sebagai "kebangkitan spontan."
Iklan
Pada saat itu, kedatangan sejumlah besar peziarah di Roma menyebabkan Paus Bonifasius VIII mendeklarasikan "Tahun Yubileum" yang juga disebut sebagai "Tahun Suci." Namun, tahun itu tidak dimulai pada malam Natal, melainkan pada akhir Februari.
Ernesti menjelaskan, Paus Bonifasius awalnya menetapkan bahwa Tahun Suci harus dideklarasikan setiap 100 tahun. Namun, pada tahun 1350, ketika kepausan menghadapi krisis dan tujuh paus berturut-turut menetap di Avignon, Tahun Yubileum kedua diumumkan. Sejak abad ke-15 Tahun Yubileum diumumkan setiap 25 tahun.
Kunjungan Bersejarah Paus Fransiskus di Indonesia
Paus Fransiskus berada di Indonesia dalam rangka perjalanan apostolik di Asia Pasifik. Ini adalah kali ketiga Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik sedunia sekaligus Kepala Negara Vatikan mengunjungi tanah air.
Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Dari Roma menuju Jakarta
Selasa, 3 September 2024, Paus Fransiskus mendarat menggunakan pesawat komersil ITA Airways di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, dari Roma, Italia. Melansir AFP, kepada 80 orang wartawan yang ikut dalam kunjungan ini, ia mengaku perjalanan selama 13 jam ke Indonesia merupakan penerbangan paling panjang sejak ia menjadi Paus di Vatikan.
Foto: VATICAN MEDIA/AFP
Penantian setelah 35 tahun
Kedatangan Paus yang memiliki nama asli Jorge Mario Bergoglio pada hari Selasa (03/09) ini disambut oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas hingga Ketua Panitia Kunjungan Apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia, Ignatius Jonan. Lawatan kali ini merupakan penantian 35 tahun setelah Paus Yohanes Paulus II berkunjung pada tahun 1989.
Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Tolak hotel berbintang dan naik mobil mewah
Paus Fransiskus memilih untuk menginap di Kedutaan Besar Vatikan daripada di hotel bintang lima. Selain menolak menginap di hotel, Paus juga memilih untuk tidak menggunakan mobil mewah selama berada di Indonesia. Sebagai gantinya, ia memilih Toyota Innova, kendaraan yang biasa digunakan masyarakat Indonesia.
Foto: Indonesia Papal Visit Committee
Bertemu Presiden Joko Widodo
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyambut kedatangan Paus Fransiskus yang tiba di halaman Istana Merdeka pada hari Rabu (04/09) pukul 09.35 WIB. Upacara kenegaraan digelar untuk menyambut kedatangan Paus Fransiskus. Setelah penyambutan selesai, dilanjutkan dengan perkenalan para menteri. Jokowi kemudian mengarahkan Paus menuju Ruang Kredensial untuk berdialog.
Foto: INDONESIA PAPAL VISIT COMMITTEE
Kerukunan, kemajemukan, hingga perdamaian
Dalam pidatonya di Istana Negara, Paus Fransiskus berbicara soal kerukunan, kemajemukan, hingga perdamaian. "Kerukunan di dalam perbedaan dicapai ketika perspektif-perspektif tertentu mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan bersama dari semua orang dan ketika seluruh kelompok suku dan agama bertindak dalam semangat persaudaraan," ujarnya dalam bahasa Italia.
Foto: Muchlis Jr/Indonesia Presidency
Menanti Paus Fransiskus
Ratusan umat Katolik memadati area depan Gereja Katedral Jakarta (depan Masjid Istiqlal). Mereka tampak berkerumun untuk menunggu kedatangan Paus Fransiskus pada Rabu (04/09) sore.
Foto: INDONESIA PAPAL VISIT COMMITTEE/Fakhri Fadlurrohman
Pesan Paus di depan para rohaniwan
Paus Fransiskus melakukan pertemuan dengan uskup, imam, diakon, seminaris, dan katekis di Gereja Katedral Jakarta, Rabu (04/09). Dalam kesempatan itu, Paus menyinggung soal bela rasa. "Yang membuat dunia bergerak maju bukanlah perhitungan kepentingan pribadi, yang umumnya berujung pada kerusakan ciptaan dan pemecah belahan komunitas, tapi mempersembahkan kasih kepada sesama," ucapnya.
Foto: INDONESIA PAPAL VISIT COMMITTEE
Gerakan Scholas Occurrentes
Paus Fransiskus bertemu dengan remaja dari Scholas Occurrentes di Graha Pemuda Komplek Gereja Katedral Jakarta, Rabu (04/09). Gerakan pendidikan global ini diinisiasi oleh Paus pada tahun 2013 saat ia masih menjabat sebagai Uskup Agung Buenos Aires di Argentina. Scholas Occurrentes hadir di Indonesia sejak diundang dalam agenda G20 Summit di Bali pada tahun 2022.
Foto: INDONESIA PAPAL VISIT COMMITTEE
Deklarasi Bersama Istiqlal 2024
Paus Fransiskus tiba di Masjid Istiqlal pada pukul 09.15 WIB. Bersama Imam Besar Nasaruddin Umar, Paus mengunjungi Terowongan Silaturahim yang menghubungkan halaman Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Kemudian keduanya menandatangani Deklarasi Bersama Istiqlal 2024: “Meneguhkan Kerukunan Umat Beragama untuk Kemanusiaan”.
Ada momen menarik saat Paus Fransiskus mengunjungi Masjid Istiqlal, Kamis (05/09). Paus tampak terlihat sangat akrab dan dekat dengan Nasaruddin Umar. Keduanya saling bersalaman saat hendak berpisah. Nasaruddin tampak mengecup dahi Paus Fransiskus sebanyak dua kali.
Foto: Indonesia Papal Visit Committee
Dibalas cium tangan
Nasaruddin lebih dulu mencium kepala Paus Fransiskus, lantas dibalas cium tangan oleh Kepala Negara Vatikan tersebut. Momen akrab dua pemuka agama ini terjadi di halaman Masjid Istiqlal.
Foto: Indonesia Papal Visit Committee
Paus temui penyandang disabilitas
Setelah mengunjungi Masjid Istiqlal, Paus Fransiskus menemui sekelompok orang sakit, penyandang disabilitas, dan orang miskin di Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Mereka juga diberi kesempatan untuk menyampaikan ungkapan hatinya kepada Paus.
Foto: Iwan Jayadi/Indonesia Papal Visit Committee
Lautan manusia di Stadion GBK
Misa Agung di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, pada hari Kamis (05/09) menjadi puncak kegiatan dari rangkaian perjalanan apostolik sekaligus kunjungan kenegaraan Paus Fransiskus di Indonesia. Lebih dari 86 ribu umat Katolik menyambut kedatangan Paus yang berkeliling menaiki mobil Maung MV3 buatan PT Pindad.
Foto: Indonesia Papal Visit Committee
Paus ingatkan umat untuk berbuat baik
Saat memimpin misa, Paus Fransiskus kembali berpesan soal pentingnya menjaga perdamaian. "Dengan dibimbing oleh sabda Tuhan, saya mendorong Anda semua untuk menaburkan kasih, dengan penuh keyakinan menempuh jalan dialog," ucapnya. Paus juga menyebut berbuat baik memang tidak selalu berbalas kebaikan. Namun, upaya untuk menjadi aktor perdamaian harus terus dilakukan.
Foto: Indonesia Papal Visit Committee
Paus bertolak ke Papua Nugini
Paus Fransiskus tiba di Bandara Soetta pada hari Jumat (06/09) pukul 10.00 WIB diiringi oleh pengawalan. Paus menaiki pesawat komersial Garuda Indonesia untuk menuju Papua Nugini. Ia akan berada di Papua Nugini pada 6 hingga 9 September 2024 dan melanjutkan perjalanan ke Timor Leste pada 9 hingga 11 September. (ha/yf)
Foto: Tatan Syuflana/AP Photo/picture alliance
15 foto1 | 15
Ditayangkan media global
Jörg Ernesti berusia 8 tahun pada malam Natal 1974. Ia menonton siaran langsung televisi bersama keluarganya ketika Paus Paulus VI mengumumkan pembukaan Tahun Yubileum di Lapangan Santo Petrus, Roma.
Paus Paulus VI (1963–1978) adalah pemimpin Gereja Katolik pertama yang menjadikan Tahun Yubileum sebagai acara yang disorot media global. Ia juga menjadi Presiden Konsili Vatikan Kedua, yang berlangsung dari tahun 1962 hingga 1965, dengan tujuan untuk "memperbarui" gereja, terutama sikap gereja terhadap kebebasan beragama.
Pada akhir tahun 2015, Paus Fransiskus membuka "Tahun Yubileum Luar Biasa” untuk memperingati 50 tahun berakhirnya Konsili Vatikan Kedua, yang berpusat pada tema: "Bermurah hati seperti Bapa." Paus Fransiskus juga mengizinkan keuskupan di seluruh dunia untuk mendirikan "pintu suci" di gereja mereka, yang dapat dikunjungi oleh para peziarah.
Tahun Yubileum berikutnya diharapkan akan berlangsung pada tahun 2033 untuk memperingati 2.000 tahun wafatnya Yesus.
Lima Tahun di Puncak Gereja Katolik: Paus Fransiskus
Sejak menjabat sebagai pimpinan GereJa Katolik tahun 2013, Paus Fransiskus mencoba melakukan reformasi dengan mencontohkan kerendahan hati. Beberapa kalangan memuji usahanya, yang lain melontarkan kritik.
Foto: picture-alliance/dpa/Agentur Andina/J. C. Guzmán
'Buona sera!' (Selamat malam)
13 Maret 2013, Uskup Agung Buenos Aires Jorge Mario Bergoglio ditetapkan sebagai Paus yang baru. Dia menyalami umat yang menunggu di lapangan Santo Petrus dengan kata-kata sederhana: Selamat malam! Sejak itu, dia tidak henti mempromosikan kerendahan hati dan pentingnya pelayanan.
Foto: Reuters
Keberpihakan pada yang lemah
Banyaknya pengungsi yang tewas dalam upaya mencapai daratan Eropa dari benua Afrika adalah "duri dalam hati," kata Paus Fransiskus ketika pertama kali berkunjung ke Pulau Lampedusa. Pada saat kunjungannya tahun 2013, ribuan migran menunggu di pulau ini untuk mendapat ijin masuk secara legal ke daratan Eropa.
Foto: AFP/Getty Images
Simbol kerendahan hati dan kesederhanaan
Paus Fransiskus menolak mobil dinas baru dan tetap menggunakan mobil tuanya yang sudah berusia 30 tahun. Dia ingin agar gereja tampil lebih sederhana dan lebih dekat kepada kaum miskin.
Foto: Reuters
Promotor perdamaian
Paus Fransiskus melihat peran dirinya sebagai pembangun jembatan dan mediator antara pihak-pihak yang bertikai. Dia membantu mediasi dalam konflik sipil di Afrika Tengah dan di Kolumbia. Dia juga mendesak Presiden AS Donald Trump untuk membangun jembatan daripada tembok di perbatasan ke Meksiko.
Foto: picture-alliance/dpa/Agentur Andina/J. C. Guzmán
Skandal pelecehan dan kekerasan seksual di gereja
Gereja tengah mengalami masa-masa sulit dengan adanya skandal pelecehan dan kekerasan seksual. Di Cile, uskup Juan Barros (foto kanan) diduga mengetahui kasus-kasus pelecehan tersebut, namun tetap diam. Paus Fransiskus menolak tuduhan-tuduhan terhadap Barros dan menyebutnya fitnah. Paus kemudian meminta maaf atas kata-katanya, namun membiarkan uskup Barros tetap menjabat.
Foto: Getty Images/C. Reyes
Kritik dari kalangan gereja
Bagi sebagian kalangan gereja, reformasi yang dilakukan Paus Fransiskus terlalu radikal. Poster yang tersebar di Roma ini menuduh Paus terlalu keras terhadap gerejanya sendiri dan tidak punya waktu untuk perbedaan pendapat di Vatikan. Beberapa orang menganggap bahasa yang digunakannya terlalu sekuler dan dia terlalu sering tampil di media.
Foto: picture-alliance/Zuma Press
6 foto1 | 6
'Para peziarah harapan'
Tahun Suci 2025 diberi judul "Peziarah Harapan." Moto ini mencerminkan dengan cermat bagaimana Fransiskus melihat perannya sendiri, dan peran gereja di dunia yang penuh dengan krisis dan konflik.
Selama bertahun-tahun, Paus Fransiskus mengibaratkan bahwa dunia sedang mengalami "Perang Dunia Ketiga", perang global yang memengaruhi banyak orang rentan dan miskin. Ia juga dengan tegas mengecam ekspor senjata dan peperangan.
Tahun Yubileum tidak seharusnya dipahami hanya sebagai tradisi. Sejarawan Ernesti menjelaskan, "tidak semua yang kita asosiasikan dengan Tahun Yubileum hari ini sudah ada sejak awal."
Misalnya, "Pintu Suci" dan palu untuk "membuka pintu" dan "menutup pintu" pada akhir tahun, semuanya adalah tradisi yang ditambahkan setelah tahun 1300. Kini, Paus Fransiskus memutuskan, ia hanya akan "mendorong pintu agar terbuka" dan kemudian berjalan melaluinya. Pintu Suci adalah portal kanan Basilika Santo Petrus, yang selalu tertutup.
Tahun Yubileum 2025 juga akan menghadirkan beberapa inovasi, salah satunya adalah "maskot" pertama Yubileum. Figur peziarah bergaya "manga” atau kartun bernama "Luce" ini dimaksudkan untuk menarik perhatian para kaum muda. Beberapa juta kaum muda diperkirakan akan mengunjungi Vatikan pada Juli 2025.
Dan pada tanggal 6 September 2025, akan ada pula peziarah dari anggota komunitas LGBTQ+ yang mengunjungi Basilika Santo Petrus, di mana ini akan jadi acara pertama kalinya yang muncul dalam kalender ziarah resmi.