1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Paus: "Pelecehan seksual adalah misa setan"

27 Mei 2014

Paus Fransiskus mengecam praktik pelecehan seksual anak-anak oleh gereja. Tiga orang uskup sedang diperiksa, katanya. Penguasa Vatikan itu berencana bertemu dengan korban dan keluarga.

Papst Franziskus
Foto: REUTERS

Sepanjang perjalanan kembali ke Vatikan, Sri Paus yang menggelar konfrensi pers di udara mendeklarasikan "nol toleransi" terhadap anggota gereja yang terlibat dalam pelecehan seksual terhadap anak-anak.

Ia juga menguak, tiga orang uskup kini sedang disidik terkait kejahatan pedofilia. "Tidak ada hak spesial," katanya setelah menyudahi kunjungan di Timur Tengah.

Di Vatikan Paus Fransiskus berencana bertemu dengan delapan korban pelecehan seksual. Pertemuan tersebut adalah pertama kalinya dilakukan oleh seorang Paus. Selama ini keluarga korban mengritik penguasa Vatikan karena tidak mengekspresikan solidaritas personal kepada korban.

"Misa Setan"

Fransiskus mengatakan pertemuan akan digelar di sela-sela misa kudus di kediamannya di Hotel Vatikan, Roma. Menurut Uskup Sean O'Malley yang mengorganisir pertemuan tersebut, setelah misa Paus akan mengajak korban dan keluarganya bertemu empat mata.

"Dalam isu ini kita harus melangkah maju. Nol toleransi," katanya, sembari mengibaratkan pelecehan seksual terhadap anak-anak seperti "misa setan" dan "penghianatan terhadap tuhan".

Namun kelompok korban di Amerika Serikat, Survivors Network of Those Abused by Priests (SNAP) mengritik pertemuan tersebut karena dinilai "sama sekali tidak berguna".

"Kenyataan sederhana, bahwa ini cuma pencitraan, sebuah aksi simbolik yang tidak membuat kondisi anak-anak lantas membaik atau membawa angin reformasi ke dalam hirarki gereja yang diterpa skandal," kata Direktur SNAP, David Clohessy.

Sekedar Pencitraan?

Clohessy menyayangkan Sri Paus yang dianggap mampu membawa perubahan ke bidang lain seperti tata pemerintahan gereja dan keuangan, namun gagal mengentaskan skandal pelecehan seksual anak-anak oleh anggota gereja.

Sebaliknya Jaksa AS yang mewakili korban pelecehan berharap pertemuan tersebut akan bersifat "subtantif dan berguna", ketimbang cuma menjadi pencitraan saja. "Bertemu langsung dengan korban adalah momentum paling kuat buat Paus agar bisa mengerti kengerian dari kasus pelecehan seksual di gereja," ujar Mitchell Garabedian.

Sang jaksa bahkan mendesak agar Vatikan lebih sering mengorganisir pertemuan semacam itu.

rzn/hp (ap,rtr)