Bantuan PBB untuk Afganistan dan pengungsi Afganistan di negeri jiran akan berkisar USD 5,1 milyar tahun ini. Jumlah tersebut dinilai krusial untuk mencegah bencana kelaparan atau malnutrisi, terlebih pada anak-anak.
Iklan
Pengumuman Kantor untuk Bantuan Darurat (OCHA) di Jenewa, pada Selasa (11/1), merupakan permohonan donasi terbesar yang pernah dilakukan PBB untuk sebuah negara.
"Tanpa dukungan, puluhan ribu anak-anak terancam meninggal dunia akibat malnutrisi, karena ambruknya fasilitas layanan kesehatan dasar di seluruh negeri,” tulis organisasi tersebut.
Menurut OCHA, sebanyak 4,7 juta penduduk Afganistan terancam kelaparan tahun ini, termasuk 3,9 juta anak-anak. Tanpa bantuan tambahan, setidaknya 131.000 anak-anak bisa mengalami malnutrisi.
"Sebuah bencana kemanusiaan besar sedang megintai,” kata Koordinator Bantuan Darurat PBB, Martin Griffiths.
OCHA mengkalkulasikan anggaran bantuan kemanusiaan untuk sekitar 22 juta penduduk di Afganistan akan berkisar USD 4,4 milyar. Jumlah itu sudah mencakup bantuan pangan, bibit tanaman dan pupuk untuk petani, layanan kesehatan, suplai air bersih, serta biaya operasi sekolah-sekolah dan kamp pengungsian.
Di luar anggaran tersebut, PBB juga membutuhkan dana tambahan untuk membiayai enam juta pengungsi Afganistan di lima negeri jiran, antara lain di Pakistan dan Iran.
Afganistan: Perubahan Keseharian di Bawah Kekuasaan Taliban
Terlepas dari semua drama seputar pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban di Afganistan, kehidupan sehari-hari terus berlanjut. Namun kehidupan sehari-hari itu telah berubah drastis, terutama bagi kaum perempuan.
Foto: WANA NEWS AGENCY/REUTERS
Dunianya laki-laki
Foto dan video yang muncul dari Afganistan menunjukkan kembalinya aktivitas di jalanan perkotaan, seperti restoran di Herat ini yang sudah menerima pelanggan lagi. Tapi ada satu perbedaan mencolok dari sebelumnya: di meja hanya ada laki-laki saja, sering kali mengenakan pakaian kurta tradisional, tunik selutut. Perempuan di ruang publik menjadi hal langka di perkotaan.
Foto: WANA NEWS AGENCY/REUTERS
Harus terpisah
Di sebuah universitas swasta di Kabul. Ada tirai yang memisahkan mahasiswanya. Pemisahan antara perempuan dan laki-laki ini sekarang menjadi kebijakan resmi dan kemungkinan akan terus menyebar. "Pembelajaran campur, lelaki-perempuan, bertentangan dengan prinsip Islam, nilai-nilai nasional, adat dan tradisi," kata Abdul Baghi Hakkani, Menteri Pendidikan Taliban di Kabul.
Foto: AAMIR QURESHI AFP via Getty Images
Kebebasan yang hilang
Seperti para perempuan ini yang sedang dalam perjalanan mereka ke masjid di Herat, setelah 20 tahun pasukan sekutu memerangi Taliban, kebebasan yang dulu didapatkan perempuan dengan cepat terhapus. Bahkan olahraga akan dilarang untuk pemain perempuan, kata Ahmadullah Wasik, wakil kepala Komisi Kebudayaan Taliban.
Foto: WANA NEWS AGENCY/REUTERS
Pos pemeriksaan di mana-mana
Pemandangan di jalan juga didominasi oleh pos pemeriksaan Taliban. Ketika orang-orang bersenjata berat mengintimidasi warga, warga berusaha keras untuk berbaur. Pakaian gaya Barat menjadi semakin langka dan pemandangan tentara bersenjata lengkap semakin umum.
Foto: Haroon Sabawoon/AA/picture alliance
Menunggu pekerjaan
Di Kabul, buruh harian laki-laki duduk di pinggir jalan, menunggu tawaran pekerjaan. Afganistan, yang sudah berada dalam situasi ekonomi yang genting bahkan sebelum pengambilalihan Taliban, sekarang terancam "kemiskinan universal" dalam waktu satu tahun, menurut PBB. 98% warganya tahun depan akan hidup dalam kemiskinan, dibandingkan dengan 72% pada saat ini.
Foto: Bernat Armangue/dpa/picture alliance
Tetap mencoba melawan
Perempuan Afganistan, meskipun ditindas secara brutal, terus menuntut hak mereka atas pendidikan, pekerjaan, dan persamaan hak. Namun PBB memperingatkan bahwa protes damai juga disambut dengan kekerasan yang meningkat. Para Islamis militan menggunakan pentungan, cambuk dan peluru tajam membubarkan aksi protes. Setidaknya empat orang tewas dan banyak lainnya yang cedera.
Foto: REUTERS
Ada juga perempuan yang 'pro' Taliban
Perempuan-perempuan ini, di sisi lain, mengatakan mereka senang dengan orde baru. Dikawal oleh aparat keamanan, mereka berbaris di jalan-jalan mengklaim kepuasan penuh dengan sikap dan perilaku Taliban, dan mengatakan bahwa mereka yang melarikan diri dari negara itu tidak mewakili semua perempuan. Mereka percaya bahwa aturan Islam menjamin keselamatan mereka.
Foto: AAMIR QURESHI/AFP/Getty Images
Menyelaraskan arah
Demonstrasi pro-Taliban termasuk undangan bagi wartawan, berbeda dengan protes anti-Taliban. Yang terakhir, wartawan melaporkan mereka telah diintimidasi atau bahkan dilecehkan. Ini adalah tanda yang jelas dari perubahan di bawah Taliban, terutama bagi perempuan. (kp/hp)
Foto: AAMIR QURESHI/AFP/Getty Images
8 foto1 | 8
Karena dana bantuan kemanusiaan tidak boleh dialirkan melalui Taliban, organisasi bantuan harus secara langsung terjun ke lapangan. Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) mewanti-wanti terhadap besarnya hambatan bagi penyaluran bantuan PBB.
Uang donasi saja tidak cukup, "jika dunia internasional dan pemerintahan Taliban tidak bisa bersepakat untuk menjamin adanya uang tunai di dalam negeri,” kata Kepala NRC, Jan Egeland, merujuk pada keluhan LSM internasional yang kesulitan mengiriman uang ke Afganistan.
Iklan
Respon cepat Amerika Serikat
Amerika Serikat menjadi negara pertama yang mengikuti imbauan OCHA. Selasa (11/1), Gedung Putih mengumumkan tambahan bantuan untuk Afganistan senilai USD 308 juta atau sekitar Rp 4 trilyun tahun ini.
"Dana ini menambah nilai bantuan kemanusiaan AS bagi Afganistan dan pengungsi Afganistan menjadi hampir USD 782 juta sejak Oktober 2021,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional di Washington, Emily Horne.
Dia menegaskan dana itu tidak akan dikucurkan melalui penguasa Taliban, melainkan lewat organisasi bantuan independen.
Misi Evakuasi Kabul
Ribuan orang telah dievakuasi dari Afganistan sejak Taliban mengambil alih kendali pertengahan Agustus lalu. Tetapi masih banyak yang tertinggal dan menghadapi risiko pembalasan Taliban.
Foto: U.S. Air Force/Getty Images
Helikopter AS mengevakuasi personel kedutaan
Saat Taliban memasuki ibu kota, sebuah helikopter militer Chinook AS mengevakuasi warganya dari Kedutaan Besar AS di Kabul pada 15 Agustus 2021. Jerman juga mengirim dua helikopter yang lebih kecil ke Kabul untuk membantu upaya evakuasi.
Foto: Wakil Kohsar/AFP/Getty Images
Perjuangan untuk mencapai bandara internasiomal Kabul
Ribuan orang bergegas ke Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul pada 16 Agustus dan hari-hari berikutnya, penuh dengan harapan bisa meninggalkan Afganistan. Adegan dramatis terlihat saat ribuan orang mencoba mengakses bandara.
Foto: Reuters
Putus asa untuk melarikan diri dari Taliban
Upaya untuk melarikan diri dari Afganistan menyebabkan ratusan orang berlari di samping pesawat yang lepas pandas. Adegan berbahaya itu menyebabkan beberapa kematian karena banyak yang terjatuh dari pesawat saat lepas landas, bahkan sisa bagian tubuh manusia juga ditemukan di roda pendaratan pesawat.
Foto: AP Photo/picture alliance
Taliban kembali memegang kendali setelah dua dekade
Setelah memerangi pasukan Afganistan dan internasional selama dua dekade, Taliban kembali menguasai Afganistan dan masuk ke Kabul
Foto: Hoshang Hashimi/AFP
Aman — untuk saat ini
Orang-orang memadati penerbangan yang akan membawa mereka keluar dari Afganistan. Orang-orang di pesawat angkut Angkatan Udara Jerman ini terbang ke Tashkent, Uzbekistan. Sebagian besar pesawat militer yang meninggalkan Kabul menuju ke Uzbekistan, Doha atau Islamabad di mana penumpang diproses dan melakukan perjalanan ke tujuan lain.
Foto: Marc Tessensohn/Bundeswehr/Reuters
Uluran bantuan
Pengungsi Afganistan di Pangkalan Udara AS Ramstein di Jerman sangat membutuhkan pasokan bantuan. Pangkalan Udara menyediakan penginapan sementara bagi ribuan pengungsi dari Afganistan sebagai bagian dari Operasi Sekutu Pengungsi.
Foto: Airman Edgar Grimaldo/AP/picture alliance
Kehidupan di bawah pemerintahan Taliban
Wanita Afganistan berpakaian burqa berbelanja di sebuah pasar di Kabul pada 23 Agustus, beberapa hari setelah Taliban mengambil alih negara itu. Organisasi Internasional untuk Migrasi IOM mengeluarkan seruan mendesak bantuan dana sebesar 24 juta dollar AS untuk menopang lebih dari 5 juta orang yang terlantar di Afganistan dan hidup dalam kondisi "sangat genting".
Foto: Hoshang Hashimi/AFP
Lintasan aman
Seorang Marinir AS mengawal seorang anak ke keluarganya selama operasi evakuasi di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul pada 24 Agustus 2021. Presiden AS Joe Biden mengkonfirmasi bahwa Amerika Serikat akan menarik semua pasukan pada 31 Agustus.
Foto: Sgt. Samuel Ruiz/U.S. Marine Corps/Reuters
Ribuan orang tertinggal
Bahkan ketika ribuan orang terus berkumpul di bandara Kabul, Departemen Luar Negeri AS memperingatkan warga Amerika agar tidak bepergian ke bandara. Serangan bom bunuh diri terjadi di luar area Bandara Internasional Hamid Karzai, menewaskan banyak orang. Penjabat Duta Besar AS untuk Afganistan mengatakan "tidak diragukan lagi akan ada" banyak orang berisiko tidak dapat meninggalkan negara itu.
Foto: REUTERS
Lelah dari pelarian yang mengerikan
Banyak dari mereka yang berhasil melarikan diri dari Afganistan melaporkan emosi yang campur aduk, mengatakan bahwa mereka merasa beruntung telah pergi dengan selamat tetapi masih putus asa atas nasib ribuan orang yang tidak dapat melarikan diri dari kekuasaan Taliban. Keluarga ini dievakuasi dari Kabul dan menuju ke pusat pengungsian AS di Dulles, Virginia, 25 Agustus 2021. (kp/hp)
Foto: Anna Moneymaker/AFP/Getty Images
10 foto1 | 10
Negeri di Hindukush itu didekap krisis ekonomi menyusul penarikan mundur pasukan AS dan pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban, Agustus 2021. Pembekuan aset Afganistan bernilai milyaran US Dollar di luar negeri dan derasnya arus modal keluar negeri ikut memperparah situasi.
Pemerintahan lama Afganistan setiap tahun menerima dana bantuan militer dan sipil sebesar USD 8,5 milyar dari donor internasional. Kucuran duit tersebut membiayai sekitar 75 persen pengeluaran negara, termasuk untuk sistem pendidikan dan layanan kesehatan.
Pengumpulan donasi untuk Afganistan pada tahun 2021 termasuk yang paling besar dalam sejarah PBB. Sebanyak 88 persen dari USD 870 juta yang dibutuhkan sudah terpenuhi. Dana bantuan darurat yang diminta pasca kolapsnya pemerintahan Afganistan bahkan melebihi perkiraan, yakni USD 823 juta.
Di seluruh dunia, OCHA tahun 2022 ini menganggarkan dana untuk membantu sekitar 274 juta manusia, yang mengalami peningkatan dari 250 juta pada tahun 2021.