PBB: Jumlah Pengungsi Sangat Tinggi, Dana Bantuan Seret
12 Juni 2025
Sebanyak 123,2 juta jiwa tercatat terpaksa mengungsi dari tempat tinggal mereka hingga akhir tahun 2024. Demikian menurut laporan badan pengungsi PBB, UNHCR.
Namun, jumlah tersebut menurun menjadi 122,1 juta orang pada akhir bulan April tahun ini, seiring dengan kembalinya sebagian warga Suriah ke tanah air mereka setelah bertahun-tahun didera kekacauan dan konflik.
Hampir dua juta warga Suriah telah berhasil pulang ke rumah mereka, baik dari luar negeri maupun dari pengungsian di dalam negeri yang dilanda perang.
Masih mungkin melonjak lagi
Namun demikian, UNHCR memberikan peringatan bahwa arah dan intensitas konflik-konflik besar yang masih berlangsung di berbagai belahan dunia akan sangat menentukan apakah angka ini akan kembali melonjak.
Badan PBB tersebut menegaskan bahwa jumlah orang yang terpaksa mengungsi akibat perang, kekerasan, dan penganiayaan di dunia saat ini tetap "sangat tinggi”, terlebih di tengah merosotnya pendanaan kemanusiaan.
"Kita tengah hidup dalam sebuah era yang penuh gejolak dalam hubungan internasional, di mana peperangan modern membentuk lanskap yang rapuh dan mengerikan, dipenuhi oleh penderitaan manusia yang mendalam,” tutur Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Filippo Grandi.
"Kita harus menggandakan segala upaya untuk mengejar perdamaian dan menemukan solusi jangka panjang bagi para pengungsi serta semua orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka,” tegasnya.
Konflik kian meluas
Dalam Laporan Tren Global tahunannya, UNHCR mengidentifikasi bahwa pendorong utama perpindahan penduduk adalah konflik-konflik yang terus meluas, seperti yang terjadi di Sudan, Myanmar, dan Ukraina.
Perang saudara yang brutal di Suriah meletus pada tahun 2011, namun pada akhirnya Presiden Bashar al-Assad digulingkan pada bulan Desember 2024.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa pada bulan-bulan pertama tahun ini, terjadi peningkatan jumlah warga Suriah yang mulai kembali ke kediaman mereka.
Hingga pertengahan bulan Mei, lebih dari 500.000 warga Suriah diperkirakan telah menyeberangi perbatasan untuk pulang ke negeri mereka sejak jatuhnya Assad, sementara sekitar 1,2 juta pengungsi internal (IDP) telah kembali ke wilayah asal mereka sejak akhir bulan November.
UNHCR memperkirakan bahwa hingga 1,5 juta warga Suriah dari luar negeri serta dua juta pengungsi internal berpotensi akan kembali ke tanah air mereka pada akhir tahun 2025.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Sudan terbanyak
Saat ini, Sudan menjadi negara dengan jumlah pengungsi dan pengungsi internal terbanyak di dunia, yaitu 14,3 juta jiwa, melampaui Suriah yang memiliki 13,5 juta, diikuti oleh Afganistan (10,3 juta) dan Ukraina (8,8 juta).
"Sepanjang sisa tahun 2025, banyak hal akan sangat bergantung pada dinamika situasi-situasi penting,” demikian bunyi laporan tahunan tersebut. "Ini termasuk apakah perdamaian, atau setidaknya penghentian pertempuran, dapat tercapai, terutama di Republik Demokratik Kongo, Sudan, dan Ukraina.”
Laporan itu juga menambahkan bahwa segala kemajuan akan sangat dipengaruhi oleh membaiknya kondisi untuk pemulangan di Afganistan dan Suriah.
Faktor lain yang turut berperan adalah "sejauh mana dampak dari pemotongan dana saat ini” terhadap respons global terhadap masalah pengungsian, serta penciptaan kondisi yang memungkinkan proses pemulangan yang aman dan bermartabat.
Jumlah orang yang terpaksa melarikan diri dari penganiayaan, konflik bersenjata, kekerasan sistemik, pelanggaran hak asasi manusia, dan peristiwa-peristiwa yang mengguncang ketertiban umum telah hampir dua kali lipat dalam kurun waktu satu dekade terakhir.
Angka 123,2 juta di seluruh dunia pada akhir tahun lalu meningkat sebanyak tujuh juta jiwa dibandingkan dengan akhir tahun 2023. "Satu dari setiap 67 orang di seluruh dunia mengungsi secara paksa pada akhir tahun 2024,” ujar UNHCR.
Secara keseluruhan, 9,8 juta orang yang sebelumnya mengungsi secara paksa berhasil kembali ke rumah mereka sepanjang tahun 2024, termasuk 1,6 juta pengungsi lintas negara — jumlah tertinggi dalam lebih dari dua dekade — serta 8,2 juta pengungsi internal — angka tertinggi kedua sepanjang sejarah.
"Kami telah menyaksikan secercah harapan dalam enam bulan terakhir,” ujar Grandi. Namun demikian, negara-negara seperti Republik Demokratik Kongo, Myanmar, dan Sudan Selatan tetap mencatatkan kasus pengungsian paksa yang signifikan, di samping juga pemulangan pengungsi.
Dua pertiga dari seluruh pengungsi tinggal di negara-negara tetangga. Iran (3,5 juta orang), Turki (2,9 juta orang), Kolombia (2,8 juta orang), Jerman (2,7 juta orang), dan Uganda (1,8 juta orang) tercatat sebagai negara-negara yang menampung populasi pengungsi terbesar.
Editor: Hendra Pasuhuk