Kepala Program Pangan PBB mendesak Jeff Bezos dan miliarder lainnya untuk membantu tangani masalah kelaparan di seluruh dunia. Saat ini sekitar 270 juta orang berada di ambang kelaparan.
Iklan
Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia PBB (WFP) David Beasley meminta orang-orang terkaya dunia untuk membantu menyelamatkan sekitar 30 juta orang yang berisiko meninggal karena kelaparan.
“Kami membutuhkan USD 4,9 miliar (atau setara Rp 72 triliun) untuk memberi makan orang-orang selama satu tahun," kata Beasley kepada Dewan Keamanan PBB, Kamis (17/09).
Bocah Yaman dalam Dekap Kelaparan
Embargo Arab Saudi terhadap Yaman memicu bencana kemanusiaan tak berkesudahan. Wabah kelaparan yang menjalar menyebabkan setengah juta anak-anak mengalami malnutrisi. UNICEF mencatat seorang anak tewas setiap 10 menit
Foto: Reuters/A. Zeyad
Kemanusiaan Berakhir di Yaman
Lebih dari setengah juta anak-anak di Yaman menderita kelaparan dan malnutrisi. Badan PBB, UNICEF, melaporkan kebanyakan hidup di kawasan yang rentan wabah Kolera tanpa akses layanan kesehatan yang memadai. Wabah Kolera yang mengamuk sejak April 2015 diklaim telah menelan 425.000 korban dan menewaskan 2.135 pasien.
Foto: Reuters/A. Zeyad
Generasi Kelaparan
Bencana kelaparan yang dipicu oleh perang saudara di Yaman menjadi ancaman terbesar buat anak-anak. Saat ini PBB mencatat 537.000 bocah menderita malnutrisi akut dan 1,3 juta anak-anak lain menghadapi kelangkaan pangan. Sejauh ini hanya seperlima pusat bantuan makanan yang masih beroperasi di Yaman.
Foto: Reuters/A. Zeyad
Embargo Tak Berkesudahan
Yaman yang mengimpor 90% bahan pangan kerepotan menjamin pasokan di dalam negeri lantaran terkena embargo ekonomi Arab Saudi. Sejak Maret 2015 Riyadh mengobarkan perang terhadap suku Houthi di utara Yaman. PBB memperkirakan setidaknya 10% dari 23 juta penduduk Yaman hidup di kamp pengungsian.
Foto: Reuters/A. Zeyad
Nyawa Tanpa Harga
Wabah kelaparan akibat embargo terutama dirasakan oleh warga kota Al-Hudaydah. Kota di pesisir Laut Merah itu banyak bergantung dari hasil laut untuk menjamin pasokan pangan. Namun serangan udara yang dilancarkan Arab Saudi dan Amerika Serikat ikut menghancurkan kapal-kapal nelayan. Akibat kelaparan seorang bocah meninggal dunia setiap 10 menit di Yaman.
Foto: Reuters/A. Zeyad
Tanpa Air dan Makanan
Minimnya infrastruktur pengaliran air dan sanitasi memperparah situasi kemanusiaan. Larangan impor bahan bakar juga mengganggu distribusi air dan makanan untuk penduduk di wilayah terpencil. Kelangkaan bahan bakar juga menciptakan masalah kesehatan lantaran kebanyakan rumah sakit bergantung pada bahan bakar solar untuk memproduksi listrik.
Foto: Reuters/K. Abdullah
Korban yang Terlupakan
Perang yang dilancarkan Arab Saudi terhadap suku Houthi yang didukung Iran sejauh ini telah menelan 10.000 korban jiwa. Selain kedua pihak, dua kelompok terror yang berafiliasi dengan ISIS, Anshar al-Syaria dan ISIL-YP, juga ikut meramaikan perang saudara di Yaman. PBB mencatat 1000 bocah meninggal dunia setiap pekan akibat malnutrisi, diare dan infeksi saluran pernafasan.
"Saya tidak menentang orang-orang menghasilkan banyak uang, tetapi kebanyakan manusia saat ini tengah menghadapi krisis terbesar yang pernah kita lihat," kata mantan gubernur Carolina Selatan itu.
Menurut laporan Institute for Policy Studies (IPS) pada Juni, kekayaan miliarder AS melonjak lebih dari 19% atau setengah triliun dolar sejak wabah corona melanda negeri Paman Sam.
Dalam waktu 11 pekan sejak 18 Maret lalu, ketika pembatasan wilayah diberlakukan di beberapa negara bagian AS, kekayaan pendiri Amazon.com Inc Jeff Bezos melonjak sekitar USD 36,2 miliar atau sekitar Rp 533 triliun, sementara harta CEO Facebook Inc Mark Zuckerberg bertambah sekitar USD 30,1 miliar atau setara Rp 433 triliun. Sedangkan kekayaan bersih Kepala Eksekutif Tesla Inc Elon Musk juga bertambah USD 14,1 miliar atau senilai Rp 207 triliun.
“Sudah saatnya bagi mereka yang memiliki kekayaan lebih untuk membantu orang-orang yang kesulitan. Dunia membutuhkan Anda sekarang dan inilah waktunya untuk melakukan hal yang benar," ujar Beasley.