PBB Rilis Laporan Situasi Perubahan Krisis Iklim Terbaru
20 Maret 2023
Senin (20/03), PBB rilis laporan terbaru berisikan dampak dari krisis iklim satu dekade, serta upaya mencegah bencana iklim global.
Iklan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada hari Senin (20/03) telah merilis laporan penting yang ringkasan data mengenai dampak pemanasan global dalam hampir satu dekade terakhir. Laporan terbaru itu juga berisikan rekomendasi dalam upaya meredam bencana iklim dunia.
Laporan "ringkasan untuk para pembuat kebijakan" setebal 30 halaman yang ditulis oleh lebih dari 1.000 ilmuwan itu, berisikan peringatan keras terhadap kondisi iklim global saat ini.
"Kita sudah mendekati titik tanpa harapan," ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres pekan lalu, saat para diplomat dari 195 negara berkumpul di Interlaken, Swiss. Pada Minggu (19/03) malam, para delegasi yang kelelahan dan kurang tidur itu akhirnya merumuskan laporan terbaru itu, walaupun dua hari lebih lambat dari jadwal seharusnya.
"Selama beberapa dekade, IPCC telah memberikan bukti-bukti tentang bagaimana manusia dan planet ini diguncang oleh kerusakan iklim," tutur Guterres.
Apa yang Bisa Dilakukan untuk Menahan Laju Pemanasan Global?
Sementara jejak karbon banyak dianggap remeh oleh perusahaan bahan bakar fosil, ada banyak hal yang dapat kita lakukan secara individu untuk membantu membatasi emisi gas rumah kaca yang meningkatkan pemanasan global.
Foto: picture-alliance/U. Baumgarten
Pilih alat transportasi yang rendah emisi
Gunakan bus, kereta, atau sepeda. Kereta untuk perjalanan antarkota di Eropa menghasilkan hingga 90 persen lebih sedikit emisi karbon dibanding menggunakan pesawat.
Foto: Binh Truong/Photoshot/picture alliance
Pilih makan tumbuhan ketimbang daging
Peternakan daging dan susu menyumbang sekitar 15% dari emisi gas rumah kaca (GRK) global. Industri ini juga bertanggung jawab atas hilangnya keanekaragaman hayati, mengontaminasi tanah, dan polusi.
Foto: picture-alliance/dpa/Photoshot/R. Levine
Kritisi kebijakan pemerintah yang tidak ramah lingkungan
Aksi protes, kampanye di media sosial, atau menyampaikan aspirasi kepada perwakilan lokal yang akan berdampak pada politisi.
Foto: Justin Ng/Avalon/picture alliance
Pilih energi terbarukan
Menggunakan listrik yang berasal dari tenaga angin atau matahari adalah cara yang baik untuk memangkas sumber utama karbon perusak iklim.
Foto: Amit Dave/REUTERS
Hemat Energi
Cabut colokan elektronik yang tidak digunakan dan matikan komputer di malam hari.
Foto: Jens Niering/picture alliance
Setop buang makanan
Kamu dapat meminta supermarket untuk berhenti membuang makanan ekstra. Selain itu, sebaiknya bawa wadah penyimpanan untuk sisa makanan yang tidak kamu habiskan saat berada di restoran. (ap)
Foto: picture-alliance/dpa/C. Soeder
6 foto1 | 6
Kondisi iklim Bumi saat ini
Sejak laporan IPCC terakhir pada 2014, suhu permukaan rata-rata Bumi berada pada 1,2 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri. Berdasarkan kondisi saat ini, Bumi akan menghangat hingga suhu 1,6 derajat Celsius. Penilaian ilmiah itu pun menetapkan bahwa dampak krisis iklim global saat ini terjadi lebih cepat dari prediksi dan berada pada tingkat yang lebih tinggi dari sebelumnya, termasuk badai tropis yang diperparah dengan naiknya permukaan air laut.
Iklan
Pada tahun 2022, perubahan iklim secara kuantitatif mengakibatkan gelombang panas mematikan di Amerika Selatan dan Asia Selatan, bencana banjir besar di Nigeria dan Pakistan, serta kekeringan yang memecahkan rekor di Eropa Barat dan Amerika Serikat (AS), demikian menurut konsorsium Atribusi Cuaca Dunia (World Weather Attribution), yang terdiri dari banyak penulis IPCC.
Penelitian ilmiah dalam dekade terakhir juga telah menyoroti bahaya yang ditimbulkan oleh apa yang disebut sebagai titik kritis dalam tata iklim bumi, di mana di luar ambang batas suhu tertentu dapat menyebabkan hutan tropis di Amazon berubah menjadi sabana. Selain itu, dampak lainnya juga akan dirasakan oleh lapisan es di Greenland dan Antarktika Barat, di mana akan terjadi luapan air dalam volume besar yang dapat menaikkan permukaan lautan hingga beberapa meter.
Akankah Peningkatan Suhu Lampaui Batas 1,5 Derajat pada 2026?
Pakar iklim PBB mengungkap hal yang dikhawatirkan akan jadi kenyataan. Penelitian menunjukkan suhu rata-rata global akan meningkat di atas 1,5 derajat Celsius dalam empat tahun ke depan.
Foto: Adrees Latif/REUTERS
Maraknya kebakaran hutan
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) PBB mengungkap adanya kemungkinan sekitar 50% dalam lima tahun ke depan akan terjadi peningkatan suhu 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri. Kebakaran hutan, misalnya seperti di Taman Nasional Plumas California pada tahun 2021, dapat terjadi.
Foto: David Swanson/REUTERS
Cuaca ekstrem
Menurut Sekjen WMO Petteri Taalas, penelitian terbaru menunjukkan peningkatan suhu melebihi batas 1,5 derajat Celsius, yang ditetapkan sebagai batas maksimal pada perjanjian Paris. Hal ini dapat mengakibatkan cuaca ekstrem, contohnya banjir akibat hujan deras di kota Zhengzhou di Cina pada 2021.
Foto: Aly Song/REUTERS
Kerusakan ekosistem
Di tahun 2015 silam, para pemimpin dunia setuju untuk membatasi kenaikan suhu di bawah 2 derajat Celsius, saat itu tidak diprediksi bahwa perubahan iklim akan terjadi begitu cepat. Dampaknya terlihat pada kerusakan ekosistem. Misalnya Laut Marmara di Turki yang sudah tercemar oleh air limbah, setidaknya 60% spesies hewan dilaporkan menghilang.
Foto: Umit Bektas/REUTERS
Gletser dan lapisan es mencair
Taalas mengkhawatirkan suhu panas luar biasa yang terjadi di Arktik. Dia mencontohkan, melelehnya gletser Jakobshavn di Greenland hingga menyebabkan sejumlah bongkahan es terbuang ke laut dari tahun 2000 hingga 2010. Hal ini menyebabkan kenaikan permukaan laut setinggi 1 milimeter. “Apa yang terjadi di Arktik berdampak pada kita semua,” kata Taalas.
Foto: Hannibal Hanschke/REUTERS
Dampak fatal
Umat manusia akan dipaksa untuk menghadapi dampak dari perubahan iklim dan cuaca ekstrem, misalnya Badai Ida di tahun 2021 yang menghancurkan rumah milik Theophilus Charles di Louisiana (dalam gambar). Taalas memperingatkan bahwa batas 1,5 derajat Celsius tidak ditetapkan secara sembarangan. Nilai itu menandai dampak perubahan iklim jadi berbahaya bagi umat manusia dan Bumi.
Foto: Adrees Latif/REUTERS
Kemungkinan buruk bagi perlindungan iklim
Para pengamat lingkungan sangat mengkhawatirkan perkembangan perubahan iklim, meskipun banyak penduduk Eropa yang fokus dengan perang di Ukraina. Apa pun yang terjadi di Eropa timur, darurat iklim masih akan terus berlangsung bagi umat manusia. (mh/vlz)
Foto: Christoph Hardt/Geisler-Fotopres/picture alliance
6 foto1 | 6
Pertemuan IPCC
Sebagian besar perdebatan dalam pertemuan IPCC yang berlangsung selama seminggu itu berpusat pada solusi potensial, terutama tentang bagaimana proses cepat dekarbonisasi pada ekonomi global untuk menghindari dampak yang lebih buruk, ungkap para delegasi.
Di bawah Perjanjian Paris 2015, negara-negara global telah berjanji untuk secara kolektif membatasi pemanasan suhu Bumi "jauh di bawah" 2 derajat Celsius, dan di angka 1,5 derajat Celsius jika memungkinkan.
Laporan khusus IPCC tahun 2018 juga telah memperjelas bahwa target global harus lebih ambisius dari sebelumnya, yang merupakan jaminan untuk dunia yang lebih aman bagi iklim.
Beberapa negara juga telah menekankan perlunya penghentian penggunaan bahan bakar fosil secepatnya. Negara-negara itu mulai mengurangi jumlah permintaan konsumennya dan terus menkdorong potensi solusi teknologi hijau.
"Seiring berjalannya waktu, pertemuan-pertemuan IPCC menjadi lebih terpolitisasi terutama karena perwakilan pemerintah, walaupun tidak secara eksklusif, dari negara-negara penghasil minyak yang ikut campur dalam diskusi para ilmuwan," tulis jurnal Nature dalam sebuah editorial baru-baru ini.
Tahun 2022: Krisis Iklim Melanda Seluruh Dunia
Tahun 2022 seluruh dunia dilanda cuaca panas yang ekstrem, kekeringan, kebakaran, badai dan banjir yang terkait dengan perubahan iklim. Berikut sejumlah peristiwa cuaca yang terjadi tahun 2022.
Foto: Peter Dejong/AP Photo/picture alliance
Eropa: Lebih panas dan lebih kering dari sebelumnya
Musim panas di Eropa ditandai cuaca panas ekstrem dan kekeringan terburuk dalam 500 tahun. Lebih 500 orang tewas akibat gelombang panas di Spanyol, dengan suhu hingga 45 derajat Celsius. Di Inggris, cuaca panas juga mencapai lebih 40 derajat Celsius. Sebagian benua Eropa jadi wilayah paling kering selama lebih dari satu milenium, sehingga banyak daerah terpaksa menjatah air.
Foto: Thomas Coex/AFP
Kebakaran hutan melanda seluruh Eropa
Mulai dari Portugal, Spanyol, Prancis, Italia, Yunani, Siprus, hingga Siberia, dilanda kebakaran hutan. Bencana itu telah menghanguskan 660.000 hektar lahan pada pertengahan tahun 2022 — kebakaran terbesar sejak pencatatan iklim dimulai pada tahun 2006.
Hujan monsun yang ekstrem menenggelamkan sepertiga wilayah Pakistan. Banjir itu menewaskan lebih dari 1.100 orang, menyebabkan 33 juta orang kehilangan tempat tinggal, dan memicu penyebaran penyakit. Hujan lebat juga melanda Afganistan. Banjir besar menghancurkan ribuan hektare lahan, memperburuk bencana kelaparan yang sudah akut di negara itu.
Foto: Stringer/REUTERS
Gelombang panas ekstrem dan topan terjang Asia
Sebelum dilanda banjir, Afganistan, Pakistan, dan India alami panas dan kekeringan ekstrem. Cina juga alami kekeringan terburuk dalam 60 tahun dan gelombang panas terburuk sejak pencatatan dimulai. Awal musim gugur, 12 topan telah mengamuk di seluruh Cina. Badai besar juga melanda Filipina, Jepang, Korea Selatan, dan Bangladesh. Perubahan iklim membuat Intensitas badai semakin kuat.
Foto: Mark Schiefelbein/AP Photo/picture alliance
Krisis iklim memperburuk kondisi Afrika
Afrika memanas lebih cepat dibanding rata-rata global. Itu sebabnya benua ini secara tidak proporsional dilanda perubahan pola curah hujan, kekeringan, dan banjir. Somalia sedang menghadapi kekeringan terparah dalam 40 tahun. Krisis itu telah memaksa lebih dari satu juta orang meninggalkan kawasan mereka.
Foto: ZOHRA BENSEMRA/REUTERS
Bencana kelaparan di Afrika
Banjir dan kekeringan telah membuat pertanian dan peternakan praktis tidak mungkin dilakukan di beberapa bagian Afrika. Akibatnya, 20 juta orang mengalami kelaparan. Banyak yang meninggal karena kelaparan di Etiopia, Somalia, dan Kenya.
Foto: Dong Jianghui/dpa/XinHua/picture alliance
Kebakaran dan banjir di Amerika Utara
Badai dahsyat menerjang sejumlah negara bagian AS, seperti California, Nevada, dan Arizona. Gelombang panas menghanguskan ketiga negara bagian dengan suhu mencapai lebih dari 40 derajat Celsius di akhir musim panas. Sebaliknya, hujan lebat di awal musim panas menyebabkan banjir parah di Taman Nasional Yellowstone dan di negara bagian Kentucky.
Foto: DAVID SWANSON/REUTERS
Badai menghancurkan Amerika
Pada September lalu, Badai Ian menghancurkan Florida. Otoritas setempat menggambarkan kerusakan itu sebagai "peristiwa bersejarah." Sebelumnya, badai itu melewati Kuba, di mana penduduknya hidup tanpa listrik selama berhari-hari. Badai Fiona juga menjadi topan tropis terburuk yang melanda Kanada setelah pertama kali menghantam Amerika Latin dan Karibia, mengakibatkan kerusakan parah.
Foto: Giorgio Viera/AFP/Getty Images
Badai tropis dahsyat landa Amerika Tengah
Badai Fiona bukan satu-satunya badai yang melanda Amerika Tengah. Pada Oktober lalu, Badai Julia menghantam Kolombia, Venezuela, Nikaragua, Honduras, dan El Salvador, menyebabkan kehancuran yang meluas. Pemanasan global meningkatkan suhu permukaan laut yang memperkuat intensitas badai.
Foto: Matias Delacroix/AP Photo/picture alliance
Kekeringan ekstrem di Amerika Selatan
Kekeringan yang terus-menerus melanda hampir seluruh Amerika Selatan. Cile, mengalami merosotnya curah hujan ekstrem sejak 2007. Di banyak daerah, sungai-sungai menyusut antara 50 dan 90%. Meksiko juga hampir tidak pernah mengalami hujan selama beberapa tahun berturut-turut. Argentina, Brasil, Uruguay, Bolivia, Panama, sebagian Ekuador, dan Kolombia pun mengalami kekeringan.
Foto: IVAN ALVARADO/REUTERS
Selandia Baru dan Australia tenggelam
Curah hujan yang intens menyebabkan rangkaian banjir ekstrem di Australia. Antara Januari dan Maret, pantai timur negara itu menerima curah hujan sebanyak yang dialami Jerman dalam setahun. Selandia Baru tidak luput dari banjir. Fenomena cuaca La Nina berada di balik peristiwa ekstrem tersebut. Atmosfer yang lebih hangat menyerap lebih banyak air, membuat curah hujan lebih deras. (ha/as)
Foto: Jenny Evans/Getty Images
11 foto1 | 11
Pencatatan Global
Di Interlaken, para negosiator dari Arab Saudi justru berjuang keras untuk menghapus atau melemahkan bagian-bagian yang menyoroti peran utama bahan bakar fosil sebagai salah satu faktor yang mendorong pemanasan global.
Para negosiator itu juga bersikeras menyeimbangkan diskusi dengan menyebutkan teknologi yang telah terbukti mengurangi emisi karbon dari pembakaran gas atau batu bara, seperti inovasi terbaru yang mampu menangkap dan menyimpan karbon.
"Negara-negara lain justru bersembunyi di belakang mereka, tetapi Saudi yang paling vokal," kata salah satu delegasi dalam diskusi tertutup tersebut.
Laporan ilmiah IPCC terbaru ini juga akan menjadi bahan untuk pertemuan konferensi iklim PBB pada bulan Desember mendatang di Dubai. Pertemuan itu sekaligus menjadi "pencatatan global" pertama untuk melihat kemajuan yang telah dicapai setelah perjanjian iklim Paris.
Laporan yang diluncurkan menjelang COP28 di Dubai ini akan menunjukkan kepada negara-negara global tentang ketgagalan komitmen mereka dalam memenuhi janji iklim di Paris, yakni salah satu tujuan utama dunia adalah mengurangi emisi global.