PBB Siap Fasilitasi Kunjungan IAEA ke PLTN Zaporizhzhia
16 Agustus 2022
PBB klaim miliki kapasitas logistik dan keamanan untuk mendukung kunjungan IAEA ke PLTN Zaporizhzhia. Namun diplomat Rusia justru berlakukan persyaratan.
Iklan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa mereka memiliki kapasitas logistik dan keamanan untuk mendukung misi kunjungan inspektur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) ke Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia di Ukraina. Namun diplomat Rusia justru memberlakukan persyaratan, dan mengatakan bahwa mengarahkan misi apa pun melalui ibu kota Ukraina itu terlalu berbahaya.
Iklan
Bukan wewenang PBB untuk batalkan agenda IAEA
Juru bicara PBB Stephane Dujarric, mengatakan pada hari Senin (15/08), bahwa "Sekretariat PBB tidak memiliki wewenang untuk memblokir atau membatalkan kegiatan IAEA."
Dujarric menanggapi tuduhan Rusia yang mengatakan bahwa keamanan PBB telah memblokir kunjungan inspektur IAEA ke PLTN Zaporizhzhia di Ukraina. Fasilitas tersebut merupakan salah satu PLTN terbesar di Eropa, yang telah dikuasai Rusia sejak Maret setelah invasinya ke Ukraina pada 24 Februari silam.
Dujarric mengatakan bahwa "dalam kontak erat dengan IAEA, Sekretariat PBB telah menilai bahwa mereka memiliki kapasitas logistik dan keamanan di Ukraina untuk dapat mendukung misi IAEA ke PLTN Zaporizhzhia dari Kyiv," seperti yang dilansir oleh Reuters.
Namun Dujarric juga mengatakan bahwa misi ini memerlukan persetujuan dari Rusia dan Ukraina. Kedua negara itu telah mengatakan bahwa mereka ingin inspektur IAEA untuk berkunjung. Kepala IAEA Rafael Grossi pun mengatakan dia siap untuk memimpin misi tersebut dan meminta Rusia dan Ukraina untuk bekerja sama.
Moskow klaim tidak ada misi semacam itu
Sedangkan kantor berita di Moskow mengutip dari seorang diplomat senior Rusia, mengatakan bahwa tidak ada misi semacam itu yang dapat melewati Kyiv, ibu kota Ukraina, seperti yang diusulkan oleh PBB.
"Bayangkan apa artinya melewati Kyiv, artinya mereka sampai ke pembangkit nuklir melalui garis terdepan," ungkap wakil kepala departemen proliferasi nuklir dan pengendalian senjata kementerian luar negeri Rusia Igor Vishnevetsky, dikutip oleh kantor berita RIA.
"Ini merupakan risiko besar, mengingat angkatan bersenjata Ukraina tidak semuanya ‘dibuat' dengan cara yang sama," tambah Vishnevetsky.
Mengutip dari kantor berita Tass, Vishnevetsky mengatakan bahwa misi semacam itu tidak memiliki mandat untuk menangani "demiliterisasi" PLTN seperti yang diminta oleh Kyiv karena hanya dapat menangani "pemenuhan jaminan IAEA saja."
Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki
Di wilayah Pasifik Perang Dunia II masih berkecamuk. Walaupun secara strategis sudah kalah, akan tetapi Jepang menolak untuk menyerah. Pihak sekutu sepakat menggunakan bom atom untuk membuat Jepang bertekuk-lutut.
Foto: AP
Apocalypse
6 Agustus 1945 jam 08:16 waktu Jepang. 580 meter di atas pusat kota Hiroshima meledak bom atom. 80 persen wilayah kota luluhlantak akibat ledakan ini. Gelombang panas yang diakibatkan bola api nuklir membakar penduduk, hewan serta tanaman. Dari puing-puing kota yang porakporanda menguak satu simbol mimpi buruk peradaban manusia: awan cendawan bom atom.
Foto: picture-alliance/dpa
Pemegang Keputusan
Jerman telah dikalahkan sekutu. Pada bulan Juli 1945 Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman, Perdana Menteri Inggris Winston Churchill dan pemimpin Uni Sovyet Josef Stalin mengadakan pertemuan di Potsdam, Jerman, untuk membicarakan langkah-langkah selanjutnya. Di wilayah Pasifik Perang Dunia II masih berkecamuk. Walaupun secara strategis sudah kalah, akan tetapi Jepang menolak untuk menyerah.
Foto: Bundesarchiv-sa
Little Boy
Ketika berada di Potsdam, Presiden AS Truman menerima informasi: percobaan bom atom di gurun New Mexico telah berhasil dan bom atom ke dua yang diberi nama Little Boy sedang dalam perjalanan menuju Pasifik. Truman dan Churchill sepakat menggunakan bom ini untuk melawan Jepang, jika Jepang tetap menolak untuk menyerah tanpa syarat dengan segera.
Foto: gemeinfrei
Enola Gay
Korban dan kerugian besar ditelan pihak Amerika Serikat ketika berusaha menggempur tentara Jepang yang gigih di kepulauan di Pasifik. Para awak pesawat Enola Gay juga merasa yakin dengan misi mereka. Bom atom ini akan menghentikan laju invasi Jepang. Walaupun akan mengorbankan puluhan ribu manusia, tapi bom ini akan menyelamatkan ratusan ribu lainnya. Demikian pendapat awak Enola Gay.
Foto: gemeinfrei
Kerusakan Total
70.000 sampai 80.000 dari jumlah 255.000 penduduk Hiroshima diperkirakan tewas seketika. Gedung-gedung rata dengan tanah, tidak kuat menahan kekuatan bom atom ini. Hanya beberapa bangunan tradisonal yang terbuat dari kayu yang mampu tetap berdiri.
Foto: AP
Saksi Kehancuran
Satu dari sedikit bangunan beton yang masih bertahan adalah gedung kamar dagang dan industri kota Hiroshima. Gedung yang hancur terbakar ini masih menyisakan kubahnya yang tetap berdiri. Di sekitar gedung ini berdiri, 150 meter dari pusat ledakan, tidak ada seorangpun yang selamat.
Foto: picture-alliance/dpa
Korban
Di sekitar pusat ledakan, hampir tidak ada kesempatan bagi penduduk Hiroshima untuk melepaskan diri dari maut. Sebagian besar dari mereka yang berhasil selamat menderita luka bakar yang mengerikan. Dalam beberapa hari, minggu dan bulan setelah pengeboman ini, ribuan orang menyusul menjadi korban tewas akibat radiasi nuklir yang ditimbulkan ledakan bom atom ini.
Yang Tertinggal
Perempuan ini berhasil selamat, luput dari inferno Hiroshima. Gelombang panas yang diakibatkan bola api nuklir telah membakar pakaian yang dikenakannya dan menyisakan corak kimono di kulit tubuhnya.
Foto: AP
Pukulan ke Dua
Hiroshima memang telah hancur lebur, tetapi para panglima perang Jepang belum juga bersedia untuk menyerah tanpa syarat. Penolakan ini kemungkinan dikarenakan, para pemimpin di Tokyo tidak menyadari sepenuhnya kerusakan yang diakibatkan bom atom di kota Hiroshima. Setelah ditunda selama dua hari akibat cuaca buruk, pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom ke dua, Fat Man, dijatuhkan di Nagasaki.
Foto: picture-alliance/dpa
Berakhir
Kota Nagasaki pun hancur bersama 20.000 warganya yang tewas seketika. Dalam beberapa bulan kemudian, 40.000 orang menyusul tewas, 75.000 orang menderita luka parah. Tanggal 10Agustus 1945, Kaisar Jepang Hirohito mengeluarkan perintah kepada panglima perangnya untuk menyerah kepada Sekutu, dengan satu syarat bahwa kedaulatan kekaisaran harus dipertahankan.
Foto: picture-alliance/dpa
Menyerah
Amerika Serikat tidak menerima syarat ini, dan terus melanjutkan serangan udaranya. Tanggal 14 Agustus, dalam pidato yang disiarkan melalui radio, Kaisar Hirohito menyatakan: mengingat senjata baru yang 'tidak manusiawi’ yang dimiliki lawan, bangsa Jepang akan hancur total jika terus melanjutkan peperangan. Karena itu, Kaisar menyatakan kapituasi Jepang tanpa syarat sesuai yang diminta Sekutu.
Foto: gemeinfrei
Hibakusha
Dengan menyerahnya pasukan Jepang terakhir pada tanggal 12 September 1945, maka berakhirlah Perang Dunia ke 2. Tapi bagi para "Hibakhusa", korban selamat dari bom Hirosima dan Nagasaki, penderitaan belumlah berakhir.
Foto: AP
Korban Selamat
Foto yang diambil pada bulan Juni 2009 ini memperlihatkan salah seorang korban bom atom yang selamat, Tsutomu Yamaguchi, sedang menceritakan kisahnya dalam satu acara di Nagasaki yang diselenggarakan oleh sebuah organisasi perdamaian. Yamaguchi meninggal dunia akibat kanker perut, tanggal 4 Januari 2010, pada usia 93 tahun.
Foto: picture-alliance/dpa
Monumen
Gedung kamar dagang dan industri kota Hiroshima yang selamat dari sapuan bom atom 6 Agustus 1945 kini dijadikan monumen untuk mengenang kengerian akibat bom atom.
Foto: picture-alliance/ZB
Peringatan
Sepasang wisatawan di Museum Monumen Perdamaian di Hiroshima berdiri di depan foto raksasa yang memperlihatkan kota Hiroshima yang hancur akibat bom atom 6 Agustus 1945.
Foto: AP
15 foto1 | 15
Sedangkan sebelumnya, pada hari Kamis (11/08), Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah menyerukan berakhirnya aktivitas militer di sekitar wilayahkompleks PLTN Zaporizhzhia, setelah Moskow dan Kyiv saling menyalahkan atas terjadinya penembakan di area tersebut.
Menurut PBB dan Rusia, Guterres telah berbicara dengan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu pada hari Senin (15/08) mengenai kondisi operasi yang aman dari Zaporizhzhia.
Sebelumnya, Rusia menggambarkan tindakannya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus" dan justru menuduh militer Kyiv serta sebagian besar struktur politiknya, yang terlibat pada nasionalis dan "Nazi."