Menang Lotre 759 juta Dollar, Langung Berhenti Kerja
25 Agustus 2017
Hanya dalam semalam bisa menjadi miliuner – mimpi ini menjadi nyata bagi seorang perempuan asal Massachusetts. Ia mengantongi bersih hadiah lotre perorangan terbesar sepanjang sejarah undian di Amerika Serikat.
Iklan
Hanya sejam sebelum hari Rabu (23/8) berakhir, Mavis Wanczyk iseng-iseng membeli selembar lotre "Poweball” di sebuah stasiun pengisian bahan bakar.
Hari Kamis-nya, perempuan berusia 53 tahun tersebut menjadi pemenang lotre senilai 759 juta Dolar setara dengan 10 triliun Rupiah. Angka yang dituliskannya juga hanya berdasarkan ulang tahun salah satu anggota keluarga, sebab bagi Wanczyk, memenangkan lotre sekali seumur hidup hanyalah mimpi semata.
Sesekali ia pernah berangan-angan untuk dapat pensiun dini dan menikmati hidupnya setelah puluhan tahun bekerja di Rumah Sakit Mercy Medical Center.
Tak dinyana, ia ketiban untung dan dapat menjalani mimpi tersebut. "Sekarang saya hanya ingin duduk tenang dan bersantai. Saya sudah menelepon tempat saya bekerja dan mengatakan tidak akan datang lagi”, ungkap Wanczyk sambil tertawa saat melakukan konferensi pers di Massachusetts.
Sodeto: Desa Paling Beruntung Sedunia
Sodeto, adalah sebuah desa berpenduduk 250 orang di Spanyol. Akhir 2011, penduduk desa ini memenangkan lotere Natal "El Gordo" dan meraup 950 juta dollar AS. Setelah ketiban jackpot, apa mereka kini hidup bermewahan?
Foto: Reiner Wandler
Kenangan di hari raya
Pada malam Natal 2011, Warga Sodeto menjadi bintang: foto warga yang bersuka ria menghiasi bukan hanya halaman depan koran lokal – melainkan juga media massa dunia yang melaporkan munculnya jutawan baru. Berminggu-minggu OB van stasiun TV memenuhi alun-alun desa. Wartawan sibuk mewawancara dan mengamati setiap perubahan kecil di Sodeto.
Foto: Reiner Wandler
Ruang tamu dengan perapian
Pensiunan Virginia Rivas mengubah sebuah gudang tua menjadi ruang tamu baru. Perapian elegan dan televisi agak besar kini bisa ia miliki. Rivas aktif di klub ibu-ibu rumah tangga. Dengan memenangkan lotre akhirnya ia mewujudkan mimpnyai: berlayar dengan kapal pesiar Norwegia.
Foto: Reiner Wandler
Mengulurkan tangan
Luis Sánchez mennggunakan uang kemenangan lotere Natal untuk mengembangkan ladangnya dan membayar utang. Namun masih banyak sasi uang hasil menang lotre. Sánchez kemudian memakai sisanya untuk untuk membantu dua anak perempuan dan saudara-saudaranya. "Ada perasaan yang menyenangkan untuk dapat membantu," katanya.
Foto: Reiner Wandler
Investasi masa depan
Nacho Bescos juga ikut menang lotere. Namun banyak uang, tidak berarti ia meninggalkan profesi asal. Bescos malah menginvestasikan uangnya untuk membuat kandang ternak baru dan membeli peralatan. "Usaha ini memiliki masa depan," katanya. Ia tidak bisa membayangkan pindah ke kota..Bescos lebih suka mengangon domba bersama anjingnya, dalam segala cuaca
Foto: Reiner Wandler
Perubahan di bidang pertanian
"El Gordo" membuka prospek baru bagi banyak petani di sini. Mereka membeli traktor baru dan membangun gudang. Ada yang berubah: Jika dulu petani sibuk dengan tanaman jagung dan jelai, sejak memenangkan lotere, mereka juga beternak babi dan sapi.
Foto: Reiner Wandler
Panen lebih baik
Sistem irigasi baru mahal. Sebagian besar petani patungan untuk membangunnya dari kemenangan lotere. Daerah antara Zaragoza dan Huesca biasanya hanya basah di musim dingin, dan kering di musim panas. Gurun Monegros hanya beberapa kilometer jauhnya dari sini. Berkat sistem irigasi baru, kini dimungkinkan dua kali panen per tahun.
Foto: Reiner Wandler
Hanya taruhan receh
Pensiunan desa ini senang berkumpul di bar, bermain kartu. Meski sudah jadi jutawan karena lotere, jumlah taruhan hanya uang sen atau receh. Main kartu merupakan bagian dari kekeluargaan, bukan untuk judi. Mereka termasuk generasi pertama pemukim desa tersebut. Banyak di antara mereka datang dari Pyrenee, karena desanya tenggelam akibat dibangun waduk.
Foto: Reiner Wandler
Masih sama – hanya saja lebih indah
Kemegahan dan kemewahan tidak tampak dipamerkan din desa jutawan Sodeto. Tetapi desa ini jadi rapi: Berkat kemenangan lotere, semua fasad dicat baru, dinding batu dibersihkan dan diplester. Desa Sodeto kini lebih kinclong dari sebelumnya. .
Foto: Reiner Wandler
Sentuhan California
Di pinggiran Sodeto, keluarga-keluarga muda membangun rumah baru. kawasan ini dijuluki "Sodeto Beverly". Sebelum penduduk desa memenangkan lotere, banyak anak muda yang merantau. Kini mereka tetap tinggal di desa. Untuk pertama kalinya dalam 20 tahun, keluarga muda lengkap dengan anak-anak mereka menghidupkan lagi suasana desa itu.
Foto: Reiner Wandler
Semua penduduk menang? Nyaris semua!
Ternyata ketika penduduk berkeliling desa mengumpulkan uang membeli los undian bersama, Costis Mitsotakis terlewatkan atau terlupakan. Pembuat film ini dulunya pindah ke Sodeto karena jatuh cinta pada seorang perempuan. Meski cintanya kandas, ia memilih tetap tinggal di Sodeto. Meski tak ikut menang bersama penduduk lain, paling tidak tanah yang dulu sulit dijualnya, bisa terjual.
Foto: Lars Tang Sorenson
Berharap dapat jackpot lagi
Alicia Preciados tak ambil bagian dalam kejutan besar tahun 2011 itu. Sebab, ia baru pindah ke desa tersebut tahun 2012. Sejak tinggal di sana, setiap tahun dia rajin membeli lotere. "Jika saya menang, mau membangun rumah," kata ibu tunggal yang bekerja sebagai pelayan di bar. dari tabungannya, ia sudah membeli tanah seluas 400 meter persegi.
Foto: Reiner Wandler
Lotere keberuntungan
Lotere Natal dan "El Gordo" di Spanyol - sudah jadi tradisi sejak 1811. Undian diitarik tiap tanggal 22 Desember. Setiap tahun los lotere terjual senilai lebih dari 2,5 miliar Euro. 70% nya dialokasikan berupa uang untuk pemenang - sisanya masuk ke kas negara.
Foto: Reiner Wandler
12 foto1 | 12
Petugas lotre menyebutkan Wanczyk memilih untuk mendapat bayaran sekaligus sebesar 480 juta Dolar atau 340 juta Dolar, setelah dipotong pajak. Jumlah ini adalah hadiah utama terbesar yang pernah dimenangkan lewat undian tunggal dalam sejarah lotre di Amerika Serikat.
Dulu Miskin Sekarang Kaya
Bagi banyak orang, kehidupan sulit yang dilalui bisa menjadi tempaan untuk maju. Sejumlah nama ini dulunya hidup susah, kini menjadi orang sukses berpenghasilan tinggi. Berikut dicuplik dari BusinnessInsider.com:
Foto: AP
Bos Starbucks Howard Schultz
Dulu ia tinggal di perumahan kaum miskin. Howard Schultz akhirnya berhasil mendapat beasiswa di Universitas Michigan Utara dan setelah lulus bekerja di Xerox. Tak lama setelahnya, ia mengambil alih kedai kopi Starbucks yang awalnya punya 60 gerai. Schultz kemudian diangkat menjadi CEO perusahaan itu pada tahun 1987 dan kini jaringan kedai kopi itu berjumlah 16.000 gerai di seluruh dunia.
Foto: picture-alliance/dpa
Bintang TV AS Oprah Winfrey
Winfrey dilahirkan dalam sebuah keluarga miskin di Mississippi, tapi kondisi keuangan keluarga yang buruk tak menghentikan langkahnya mengambil pendidikan di Universitas Tennessee State lewat beasiswa. Ia kemudian menjadi pembawa acara TV pada usia 19 tahun. Pada tahun 1983, Winfrey pindah ke Chicago dan membawakan acara: "The Oprah Winfrey Show."
Foto: Frank Micelotta/Getty Images
Ralph Lauren: Bermula dari Dasi
Ralph Lauren lulus SMA di Bronx, New York. Tetapi ia kemudian putus kuliah untuk bergabung dengan militer, lalu bekerja sebagai sales di perusahaan dasi. Kemudian ada yang menanyakan apakah ia bisa mendesain dasi. Dasinya terjual seharga 300 ribu dollar AS. Setahun kemudian ia membuka toko dasi sendiri: Polo.
Foto: AP
Taktik Predator ala Pinault
Akibat kemiskinan, Francois Pinault berhenti kuliah pada tahun 1974. Namun sebagai pengusaha, Pinault dikenal punya taktik "predator". Yakni, membeli perusahaan-perusahaan kecil ketika pasar jatuh. Dimulai dari Kering (PPR), kini bisnisnya menjadi pemilik rumah-rumah mode ternama, termasuk Gucci. Usahanya diteruskan putranya.
Foto: Yuri Kadobnov/AFP/Getty Images
Bos Ray-Ban Leonardo Del Vecchio
Leonardo Del Vecchio dikirim ke panti asuhan, karena ibunya yang menjanda tidak punya biaya. Del Vecchio kemudian bekerja di pabrik percetakan onderdil mobil dan bingkai kacamata. Pada usia 23 tahun, dia memberanikan diri untuk membuka toko sendiri. Toko itu kemudian semakin berkembang dan saat ini menjadi produsen kacamata hitam terbesar di dunia dengan merek Ray-Ban dan Oakley.
Foto: Getty Images
George Soros: Selamat dari Pendudukan Nazi
Saat remaja, George Soros diamankan seorang karyawan Departemen Pertanian Hongaria dari kejaran Nazi di Hongaria. Tahun 1947, Soros pindah ke London dan kuliah di London School of Economics, sambil bekerja sebagai pelayan dan portir kereta api. Setelah lulus, ia bekerja di toko suvenir sebelum mendapatkan pekerjaan sebagai bankir di New York City dan meraup untung dari perdagangan pound sterling.
Foto: dapd
Li Ka-shing: Anak Berbakti
Setelah ayahnya meninggal, pada usia 15 tahun Li Ka-shing harus berhenti sekolah untuk membantu menghidupi keluarganya. Pada tahun 1950, ia mendirikan perusahaan sendiri, Cheung Kong Industries, yang awalnya memproduksi plastik, kemudian bisnisnya meluas ke sektor properti.
Foto: AP
Larry Ellison: Yatim yang Kerja Serabutan
Lahir di Brooklyn, New York, Larry Ellison tidak memiliki ayah. Dia dibesarkan oleh bibi dan pamannya di Chicago. Setelah bibinya meninggal dunia, ia terpaksa berhenti kuliah dan pindah ke Kalifornia untuk bekerja serabutan selama delapan tahun. Dia kemudian mendirikan Oracle, perusahaan pengembangan perangkat lunak. Oracle kemudian menjadi salah satu perusahaan IT terbesar di dunia.