Pejabat AS di Jerman Laporkan Derita 'Sindrom Havana'
20 Agustus 2021
Diplomat AS laporkan, dua staf yang ditugaskan di Jerman mencari perawatan medis untuk gejala sakit telinga dan kelelahan. Ini sindrom penyakit misterius yang dilaporkan oleh diplomat di beberapa negara.
Iklan
Setidaknya dua pejabat AS di Jerman mengembangkan gejala yang konsisten dengan"Sindrom Havana"dan mencari perawatan medis, menurut laporan Wall Street Journal (WSJ) edisii Rabu (18/8) mengutip diplomat AS yang tidak bersaedia disebutkan namanya.
Ini adalah pertama kalinya kasus dugaan penyakit misterius itu dilaporkan muncul di Jerman.
Insiden serupa telah dilaporkan oleh para pejabat AS di negara-negara Eropa lainnya, kata WSJ, tetapi para diplomat yang dikutip ketrerangannya tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Laporan itu juga mengatakan, petugas intelijen dan diplomat yang mengembangkan gejala telah bekerja di bidang-bidang yang terkait dengan Rusia, termasuk keamanan siber,ekspor gas, dan "campur tangan politik."
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman mengatakan pada konferensi pers reguler pada hari Rabu, telah memantau laporan tersebut, tetapi tidak memiliki informasi lebih lanjut.
Jika dikonfirmasi, ini akan menjadi kasus pertama Sindrom Havana yang dilaporkan terjadi di negara anggota NATO yang menjadi tempat penugasan pasukan AS dan senjata nuklir.
Kuba: Antara Langkah Maju dan Nostalgia
Setelah kepemimpinan ditinggalkan Fidel Castro, Kuba tidak banyak berubah. Tapi turisme makin maju dan hubungan makin hangat dengan AS berdampak pada rakyat. Fotografer Mauro Pimentel mendokumentasikannya.
Foto: Mauro Pimentel
Sore Hari di Jalan Prado
Di Paseo del Prado, di samping alun-alun kini berdiri sejumlah hotel. El Capitolio, adalah lokasi pemerintahan sebelum terjadinya Revolusi Kuba tahun 1959, sekarang jadi tempat bersosialisasi, di mana seluruh lapisan warga Kuba bertemu untuk tukar-menukar gosip dan menikmati permainan bersama.
Foto: Mauro Pimentel
"Pejuang" Baru Kuba
Bertinju jadi olah raga kebanggaan di Kuba. Dengan memenangkan 73 medali olimpiade, termasuk 37 emas, secara internasional Kuba ada di posisi kedua setelah AS. Foto: Anak-anak dilatih olah raga tinju Kuba di Rafael Trejo Boxing School di daerah Habana Vieja, kota tua Havana.
Foto: Mauro Pimentel
Tugas Mulia Sepanjang Hidup
Pemerintah Kuba wujudkan impian saya yaitu jadi perawat dan menolong orang lain, kata Mirta Gomez, pensiunan perawat. Sebelum revolusi, peluang pendidikan hanya dimiliki kaum elit. Setelah Castro berkuasa, Mirta bisa ikuti pendidikan perawat. Hampir seluruh masa kerja dilewatkannya di rumah sakit utama Havana. Sekarang ia masih membantu dan melatih perawat. Hobi barunya: menjual bunga.
Foto: Mauro Pimentel
Bangkit dengan Terseok-Seok
Di seluruh Havana, bangunan direnovasi untuk mendukung turisme, yang menyasar wisatawan dari AS. Pemerintah memberi wewenang kepada sejumlah pebisnis swasta. Sementara hotel dan restoran jadi pendorong utama konstruksi. Foto: bangunan ini nantinya akan jadi "bed and breakfast" di daerah Vedado. Warga Kuba harus minta ijin untuk menawarkan tempat tinggalnya bagi turis asing.
Foto: Mauro Pimentel
Hidup Tenang
Francisco Arrosa, 75 (foto) membaca Granma, koran partai komunis saat ia menunggu pelanggan. Warga Kuba tidak akan mengubah apa yang dimulai Fidel dan revolusi, kata mekanik mobil itu. "Kami mungkin tidak kaya, tapi setiap orang Kuba punya akses untuk mendapat makanan, pendidikan, perawatan kesehatan dan tempat tinggal. Inilah revolusinya."
Foto: Mauro Pimentel
Havana Untuk Pemula
Wisatawan mengambil foto dari sebuah mobil lawan buatan Amerika yang melewati berbagai lokasi menarik di Havana. Akibat embargo AS selama beberapa dekade kendaraan dari tahun 1950-60an adalah spemandangan umum di Kuba. Sekarang, mobil baru buatan Korea, Cina dan Eropa sudah menyusupi pasaran lokal. Sementara "oldtimer" kebanyakan digunakan sebagai taksi bagai turis.
Foto: Mauro Pimentel
Generasi Internet
Di sepanjang jalan utama Havana, warga Kuba bisa mengecek e-mail atau membaca situs-situs yang tidak disensor pemerintah. Tahun 2015 pemerintah Kuba membuka hotspot publik pertama, di 35 lokasi publik. Namun internet adalah salah satu hal yang paling disensor, sehingga tidak bisa diakses di rumah pribadi.
Foto: Mauro Pimentel
Melestarikan Sejarah
Saat ini, warga Kanada adalah wisatawan asing terbanyak datang ke Kuba. Tapi dengan kembali dipulihkannya hubungan diplomatik dan berfungsinya penerbangan dan perjalanan laut dari AS, jumlah wisatawan dari AS diduga akan meningkat pesat tahun 2017.
Foto: Mauro Pimentel
Nelayan Malacon
Sebagai negara pulau, penangkapan ikan memegang peranan penting dalam budaya Kuba, termasuk di sektor gastronomi. Ekspor ikan menjadi salah satu sumber pemasukan devisa Kuba, walau jumlahnya tak seberapa. Kini operator wisata laut AS juga sudah mengincar kawasan perairan Kuba yang kaya ikan. Penulis: Mauro Pimentel/Kait Bolongaro (ml/as)
Foto: Mauro Pimentel
9 foto1 | 9
Apa itu Sindrom Havana?
Penyakit misterius itu muncul pada tahun 2016 dan dialami para diplomat AS serta keluarga mereka yang ditempatkan di Kuba. Mereka yang mengalami gejalanya mengeluh kelelahan terus-menerus, migrain, mual dan mimisan setelah mendengar suara melengking di malam hari.
Sejak itu, para pejabat AS telah melaporkan insiden serupa di Cina, Rusia dan juga di dalam negeri AS. Pada Juli 2021, puluhan diplomat AS di Wina melaporkan juga terkena gejala Sindrom Havana setelah Presiden AS Joe Biden memangku jabatannya.
Penyebab 'anomali insiden kesehatan' belum diketahui
Sebelumnya pada bulan Agustus, dalam pertemuan tingkat tinggi pejabat intelijen, kepala intelijen AS, Avril Haines mengatakan AS belum bisa memastikan apa yang menyebabkan "anomali insiden kesehatan" ini.
Pada bulan Desember 2020, penilaian oleh Akademi Ilmu Pengetahuan, Teknik, dan Kedokteran Nasional di AS mengatakan, "energi frekuensi radio (RF) yang diarahkan dan berdenyut" kemungkinan berada di balik gejala yang dialami oleh para diplomat.
Misteri di balik penyebab penyakit, dan bahwa kasusnya hanya terjadi di kalangan pekerja diplomatik AS, telah menyebabkan tuduhan yang tidak terbukti dari pejabat AS bahwa intelijen Rusia kemungkinan ada di balik insiden tersebut.