Setelah manajer timnas Oliver Bierhoff, kini giliran Presiden DFB Reinhard Grindel mengeritik keras Mesut Özil. Ayah Mesut, Mustafa, membela putranya dan menyebut DFB hanya mencari kambing hitam.
Iklan
Presiden Asosiasi Sepakbola Jerman Reinhard Grindel mengeluarkan kecaman keras di media terhadap sikap Mesut Özil selamaPiala Dunia di Rusia. Kritik itu disampaikan ke media hanya beberapa hari setelah manajer timnas Jerman Oliver Bierhoff menyatakan, seharusnya, Özil "tidak dibawa ke turnamen Piala Dunia".
Padahal Reinhard Grindel sebelumnya secara terbuka mendukung keputusan pelatih nasional Joachim Löw untuk memasukkan Mesut Özil dalam skuad 23 pemain yang akan dibawa ke Rusia. Namun setelah kekalahan memalukan Jerman, kini sikapnya berubah.
"Banyak penggemar kecewa karena mereka memiliki pertanyaan untuk [Mesut] dan mengharapkan jawaban," kata Grindel kepada majalah sepak bola Jerman "Kicker" hari Minggu (8/7). "Begitu dia kembali dari liburan.. Dia harus membuat pernyataan kepada publik," tambahnya.
Komentar Grindel menyusul kritik tajam manajer timnas Oliver Bierhoff hari Jumat (6/7), yang mengatakan kepada harian Jerman "Die Welt" bahwa sikap Mesut Özil berdiam diri dan tidak menjelaskan tindakannya - setelah bersama dengan rekan setimnya Ilkay Gündogan - difoto dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, seharusnya menjadi alasan yang cukup untuk menghapus namanya dari skuad Piala Dunia.
Jadi kambing hitam?
Kedua pemain berdarah Turki itu memicu perdebatan kontroversial setelah berpose dengan Erdogan dalam sebuah acara bulan Mei lalu di London. Sementara Ilkay Gundogan sempat menyatakan penyesalan dan berusaha menjelaskan bagaimana foto itu dibuat, Mesut Özil tetap bungkam dan menolak memberi pernyataan tentang hal itu.
"Perdebatan (di media] tidak berhenti," kata Oliver Bierhoff. "Kalau dipikir-pikir, saya seharusnya menangani masalah ini dengan cara yang lebih tegas."
Ayah Mesut, Mustafa Özil, membela putranya dan mengatakan, sebaiknya Özil mundur saja dari tim nasional, namun hal itu harus diputuskan oleh Mesut sendiri.
"Mesut kecewa, tersinggung dan merasa disalahgunakan," kata Mustafa Özil kepada "Bild am Sonntag". "Dia sudah bermain untuk Jerman selama sembilan tahun, dia melakukan banyak hal untuk negara ini, dan sekarang ketika kalah dia dijadikan sebagai kambing hitam. Jika saya adalah dia, saya akan mundur", tandasnya.
Dia melanjutkan: "Kalau timnas menang, selalu dikatakan kita menang bersama, tapi jika kita kalah, itu hanya karena Mesut Özil?"
Dalam turnamen Piala Dunia di Rusia, Jerman tersingkir pada babak pertama di penyisihan grup. Ini adalah prestasi terburuk timnas Jerman sejak penyelenggaraan Piala Dunia tahun 1938. Sekalipun tersingkir, pelatih Jerman Joachim Löw menyatakan tetap akan melatih timnas sampai Piala Dunia 2022 di Qatar.
Pasang Surut Karir Kepelatihan Joachim Löw
Joachim Löw telah menukangi timnas Jerman sejak hampir 12 tahun. Kini pelatih berusia 58 tahun itu bersikeras melanjutkan kontraknya hingga 2022 meski hasil buruk di Rusia.
Foto: Getty Images/A. Hassenstein
Jarum Jam Berdetak Kembali
Tidak sedikit yang meyakini karir Joachim Löw sebagai pelatih tim nasional bakal berakhir seiring dengan tersingkirnya Jerman di babak penyisihan grup Piala Dunia 2018. Namun sang pelatih berpandangan lain. Ia menegaskan akan melanjutkan kontrak kerjanya hingga Piala Dunia 2022 di Katar. Niat Löw didukung oleh Federasi Sepakbola Jerman, DFB.
Foto: Getty Images/A. Hassenstein
Kaki Kelas Dua
Karir Löw sebagai pemain tidak sedahsyat kiprahnya sebagai pelatih. Dari 52 laga Bundesliga yang ia lakoni sebagai striker untuk VfB Stuttgart, Eintracht Frankfurt dan Kalrsuhe SC. Löw hanya membukukan tujuh gol. Sebagian besar karirnya di lapangan hijau dihabiskannya bermain untuk Freiburg di divisi kedua Bundesliga.
Foto: picture alliance/dpa
Awal Karir di Swiss
Sejak sebelum memutuskan pensiun , Löw sudah menjajal karir sebagai pelatih. Awalnya ia menangani tim muda FC Winterthur di Swiss, di mana ia juga merumput hingga 1994. Pada 1995 ia kenbali ke Bundesliga sebagai asisten pelatih di Stuttgart, sebelum diangkat sebagai pelatih penuh setahun kemudian. Salah satu bekas pemainnya di sana, Thomas Schneider (ka.), kini menjadi asistennya di tim nasional
Foto: imago sportfotodienst
Hijrah ke Turki
Meski berhasil membawa Stuttgart memboyong gelar Piala Jerman pada 1997, Löw tetap kehilangan jabatannya. Pada 1998 ia menyebrang ke Turki buat melatih Fenerbahce. Di sana Löw juga hanya bertahan satu musim ketika klubnya hanya bertengger di peringkat ketiga klasemen akhir.
Foto: Imago
Sukses Berujung Pemecatan
Setelah sempat menangani Karlsruhe, Adanaspor dan Innsbruck, Löw melatih Austria Vienna pada 2003 dan sukses membawa klubnya itu bertengger di urutan pertama klasemen sementara. Namun manajemen klub memecat Löw sebelum masa kompetisi berakhir. Tanpanya, Austria Vienna gagal menjuarai liga nasional dan hanya terpaut satu angka dari peringkat pertama.
Foto: picture-alliance/dpa
Jogi dan Jürgen dalam Satu Atap
Nasib Löw mulai berbalik arah setelah Rudi Völler mengundurkan diri sebagai pelatih timnas setelah Jerman tersingkir di babak penyisihan grup Piala Eropa 2004. Jürgen Klinsmann yang diplot sebagai pelatih baru kemudian memboyong Joachim Löw sebagai asistennya.
Foto: picture-alliance/dpa/Hannibal
Menjemput Dongeng Musim Panas
Dengan memboyong talenta muda, termasuk kemunculan generasi baru pemain berlatarbelakang migran, Klinsmann dan Löw membawa Jerman menyongsong Piala Dunia 2006 di kandang sendiri. Meski akhirnya gagal di babak Semi Final, timnas Jerman banyak mendulang simpati dari penduduk. Lantaran kemeriahannya, putaran final 2006 hingga kini masih disebut sebagai "dongeng musim panas" oleh penduduk Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa
Kekalahan Pahit di Austria
Löw mengambil alih kursi kepelatihan dari Jürgen Klinsmann pasca Piala Dunia 2006 dan membawa timnas Jerman melakoni turnamen besar pertamanya, yakni Piala Eropa 2008 di Austria. Löw yang sukses memboyong Jerman ke final harus menelan pil pahit seteah takluk 0:1 di tangan Spanyol.
Foto: Sven Simon/picture-alliance
Momok Spanyol di Afrika
Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan menjanjikan harapan besar buat skuad muda Jerman. Setelah mempermalukan Inggris (4:1) di babak 16 besar dan Argentina (4:0) di perempat final, Mesut Özil dkk. lagi-lagi menyerah 0:1 di tangan Spanyol pada babak semi final.
Foto: Stephane de Sakutin/AFP/Getty Images
Dijegal Italia di Piala Eropa
Pengalaman serupa dicatat Löw saat menghantar timnas Jerman ke Piala Eropa 2012 di Polandia dan Ukraina. Sempat memenangkan tiga laga di babak penyisihan grup dan mempermalukan Yunani 4:2 di babak perempat final, Jerman menyerah pada takdir setelah dikalahkan musuh bebuyutannya, Italia, 1:2. Padahal Die Mannschaft sempat mencatat rekor 15 kemenangan berturut-turut.
Foto: Jens Wolf/dpa/picture-alliance
Kampiun Dunia
Mimpi Löw baru terwujud pada Piala Dunia 2014 di Brazil. Jerman tidak hanya menaklukkan Portugal, Amerika Serikat, tetapi juga Ghana dan Perancis sebelum melumat Brazil 7:1 di hadapan pendukung sendiri. Di Final, Jerman yang berhadapan dengan Argentina menang lewat gol semata wayang Mario Götze di menit-menit terakhir.
Foto: picture-alliance/dpa/A.Gebert
Membumi di Perancis
Jerman yang diunggulkan di Piala Eropa 2016 di Perancis awalnya tampil memukau dengan membukukan dua kemenangan dan satu hasil seri di babak penyisihan grup, sebelum mengalahkan Slovakia dan Italia untuk berhadapan dengan tuan rumah di babak semi final. Sayangnya tim asuhan Löw takluk 0:2 dari Perancis.
Foto: picture-alliance/dpa/O. Weiken
Kemenangan Kecil
Adalah kemenangan Jerman di Piala Konfederasi 2017 yang membuat Die Mannschaft diunggulkan menggondol gelar kelima di Rusia. Betapa tidak? ketika tim lain menurunkan skuad utama, Löw memilih bertanding dengan pemain-pemain muda yang ia tarik dari skuad U23. Jerman memastikan gelar juara dengan mengalahkan Chile di final dengan skor tipis 1:0.
Foto: picture-alliance/M.Meissner
Catatan Terburuk dalam Sejarah
Setelah Brazil, Jerman adalah tim yang paling diunggulkan buat putaran final Piala Dunia 2018. Namun sejak kekalahan di laga pertama melawan Meksiko, timnas Jerman sudah mendulang badai kritik. Özill dkk. membutuhkan perpanjangan waktu buat mengalahkan Swedia, sebelum takluk 0:2 di tangan Korea Selatan. Hasil ini menjadi catatan terburuk Jerman sepanjang sejarah Piala Dunia.