Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Kasus yang menimpa Khalid Sheikh Mohammed
Mohammed dan empat orang lainnya hadir dalam sidang praperadilan untuk menghadapi dakwaan hukuman mati.
Iklan
Mereka didakwa dengan tuduhan konspirasi, terorisme, dan pembunuhan terhadap 2.976 orang pada 11 September 2001 di World Trade Center, New York City, Pentagon, dan di sebuah lapangan di Shanksville, Pennsylvania.
Pengacara pembela berpendapat bahwa interogasi yang dilakukan FBI pada tahun 2007 seharusnya tidak dapat diterima dengan alasan bahwa para terdakwa telah disiksa saat dalam tahanan.
Pentagon pun menyebut Walid Bin 'Attash dan Mustafa al-Hawsawi sebagai dua terdakwa lainnya dalam kesepakatan pembelaan.
Bin Attash dituduh membantu Mohammed merencanakan serangan dan mengirimkan uang kepada para pembajak.
Al-Hawsari juga diduga membantu para pembajak dalam hal perjalanan dan menangani transfer uang.
Reaksi para penyintas dan keluarga korban 9/11
Terry Strada, Ketua Nasional Organisasi 9/11 Families United yang beranggotakan para penyintas dan anggota keluarga korban yang tewas dalam serangan 11 September 2001, mengatakan kepada DW bahwa para anggota kelompoknya merasa kesal dengan kesepakatan pengakuan bersalah yang dilaporkan dan bahwa terdakwa tidak akan menghadapi pengadilan terbuka.
"Sebagian besar anggota keluarga yang saya ajak bicara sangat marah, dan kami merasa keadilan ditolak hari ini di Kuba," ujarnya.
"Mohammed tidak akan diadili dan dia tidak akan menghadapi hukuman mati, seperti yang sudah ada dalam kesepakatan,” tambahnya.
Strada menyebut kesepakatan tersebut adalah "kemenangan" bagi para terdakwa.
"Orang-orang ini tidak pantas mendapatkan belas kasihan. Hukuman mati adalah hukuman yang tepat, dan seperti yang saya katakan, hukuman itu telah direnggut dari kita,” tegasnya.
Potret Desa Muslim AS Yang Dicap "Sarang Teroris"
Pada dekade 1980-an sekelompok muslim membangun sebuah desa di tepi kota New York, AS, buat mencari kedamaian. Kini desa Islamberg dianggap sarang terorisme dan menjadi simbol permusuhan bagi kaum kanan Amerika.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Mencari Damai di Desa Kecil
Sebuah desa kecil sekitar 190 km dari New York menampung migran muslim dan menamakan diri "Islamberg." Suasana desa berpenduduk sekitar 40 keluarga yang asri dan nyaman terkesan kontras dengan tudingan miring yang dilayangkan kelompok kanan AS. Islamberg dianggap sebagai sarang terorisme,
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Mengasingkan Diri
Adalah pengikut tokoh Sufi asal Pakistan, Syeikh Mubarik Gilani, yang membangun pemukiman muslim di New York. Penduduknya kebanyakan adalah generasi kedua atau ketiga pendatang Afro-Amerika. Kendati banyak yang bekerja di luar kota, penduduk Islamberg cenderung tertutup. Satu-satunya kontak dengan dunia luar adalah lewat klub olahraga lokal.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Oase Terpinggirkan
Islamberg terletak agak terpencil di tepi gunung Catskill. Satu-satunya akses ke dunia luar adalah sebuah jalan sempit berbatu. Sebuah supermarket kecil memasok bahan pangan dan kebutuhan pokok untuk penduduk lokal. Hingga baru-baru ini semua warga terbiasa membiarkan pintu rumah terbuka saat berpergian.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
"Mimpi Buruk Terparah AS"?
Belakangan Islamberg sering menjadi sasaran ujaran kebencian kelompok kanan AS. Blog Freedom Daily misalnya pernah mengklaim sebuah penggerebekan di Islamberg atas perintah Presiden Donald Trump mengungkap "mimpi buruk paling parah buat Amerika," yakni kamp pelatihan Jihad buat teroris. Tudingan tersebut kemudian dibantah oleh berbagai media besar.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Disambangi Kaum Kanan
Serangan terhadap Islamberg tidak sebatas ujaran kebencian. Tidak lama setelah geng motor "American Bikers Against Jihad" menyambangi Islamberg, seorang penduduk Tenessee ditangkap karena menyerukan pembakaran mesjid di Islamberg. Wali Kota Islamberg, Rashid Clark, menganggap kabar palsu dan ujaran kebencian terhadap desanya sebagai ancaman terbesar.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Pembelaan Kepolisian
Kepolisian setempat juga menepis tudingan tersebut. "Penduduk di sini adalah warga negara AS. Mereka telah hidup di sini sejak lebih dari 30 tahun. Mereka membangun komunitas dan menjalin kontak dengan dunia luar. Di sini tidak pernah ada masalah," kata James Barnes dari Biro Investigasi Kriminal Kepolisian New York.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Label Teror dari Dekade Lampau
Tudingan miring terhadap Islamberg antara lain terkait keberadaan organisasi Muslims of America (MoA) yang bermarkas di sana. Menurut pemerintah AS MoA adalah pecahan dari kelompok kriminal "Jemaat al-Fuqra" yang aktif pada dekade 1980-an. "Kalau kami melatih teroris sejak 30 tahun," kata Ketua MoA Hussein Adams, "kenapa sampai sekarang belum ada serangan?"
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Setumpuk Rasa Frustasi
Tudingan miring tersebut membuat frustasi penduduk Islamberg. "Mereka tidak mengganggu siapa pun," kata Sally Zegers, editor harian lokal Hancock Herald kepada Associated Press.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Normalisasi Kebencian
Hingga kini gelombang kebencian terhadap Islamberg belum mereda. Tahirah Clark yang bekerja sebagai pengacara hanya bisa berdoa sembari berharap segalanya akan berakhir. Namun hingga saat ini penduduk Islamberg harus membiasakan diri terhadap celotehan pedas kelompok konservatif kanan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
9 foto1 | 9
Siapakah Khalid Sheikh Mohammed?
Mohammed, yang juga dikenal dengan inisial KSM, adalah orang yang paling dikenal sebagai dalang serangan 11 September.
Pria berusia 56 tahun itu adalah warga negara Pakistan yang dibesarkan di Kuwait dan diyakini sebagai orang pertama yang memberikan ide kepada Osama bin Laden untuk menggunakan pesawat komersial sebagai rudal dan menabrakkannya ke gedung-gedung.
Pada tahun 1993, ia bersekongkol dengan keponakannya untuk meledakkan sebuah bom mobil di tempat parkir di bawah World Trade Center.
Mohammed ditangkap di Pakistan pada tahun 2003 dan dibawa ke penjara rahasia yang dioperasikan CIA di Afganistan sebelum akhirnya dipindahkan ke Guantanamo pada tahun 2006.
Tahun 2007, dia mengatakan pada sidang tertutup di pangkalan tersebut bahwa dia bertanggung jawab atas beberapa serangan, termasuk peristiwa 9/11 dan pengeboman oleh al-Qaeda di Bali dan Kenya.