1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Terorisme

Pelaku Penusukan di Jembatan London Adalah Napi Terorisme

30 November 2019

Dua warga sipil tewas akibat 'insiden terorisme' yang terjadi di Jembatan London. Sementara pelaku penusukan yang ditembak mati oleh kepolisian, diketahui pernah dipenjara selama 6 tahun karena kasus terorisme.

England London Bridge Schießerei | Spurensicherung
Foto: Reuters/P. Nicholls

Kepolisian Inggris mengatakan dua orang tewas dalam serangan penusukan di Jembatan London pada Jumat (29/11).

“Dengan berat hati saya harus mengatakan bahwa selain tersangka yang telah ditembak mati oleh polisi, dua warga yang terluka karena serangan di area Jembatan London ini secara tragis telah kehilangan nyawa mereka,” kata Komisaris Polisi Metropolitan, Cressida Dick kepada wartawan.

Selain dua korban tewas, 3 orang lainnya mengalami luka karena serangan itu dan tengah dirawat di rumah sakit. Pihak rumah sakit kemudian mengatakan bahwa dari 3 orang tersebut, satu orang berada dalam kondisi kritis dan dua lainnya memiliki luka ringan.

Kepolisian Inggris mengkonfirmasi bahwa pelaku penyerangan sebelumnya pernah dihukum karena “kasus pelanggaran terorisme” dan dibebaskan dari penjara dengan memenuhi persyaratan tertentu.

“Pelaku ini seperti yang diketahui oleh pihak berwenang, pernah dihukum pada 2012 karena pelanggaran terorisme. Dia dibebaskan dari penjara pada Desember 2018 dengan beberapa persyaratan,” kata Asisten Komisaris Neil Basu.

Usman Khan (28), pelaku penyerangan itu disebut tengah menghadiri program Universitas Cambridge yang bekerja untuk mendidik para tahanan saat melancarkan serangan. Dia membunuh seorang pria dan juga wanita dan melukai 3 orang lainnya di lokasi yang tidak jauh dengan serangan serupa yang terjadi pada 2017.

Baca juga: Mobil Ditabrakkan Ke Pejalan Kaki Di Luar Gedung Parlemen Inggris

Jembatan LondonFoto: picture-alliance/robertharding/M. William-Ellis

‘Insiden terorisme’

Asisten Komisaris Polisi Metropolitan Neil Basu mengatakan pada Jumat (29/11) bahwa pelaku penyerangan itu mengenakan rompi peledak palsu dan pihak berwenang memandang kejadian itu sebagai sebuah ‘Insiden terorisme’.

Merespon status pelaku yang pernah dihukum karena kasus terorisme, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengaku telah berulang kali menyampaikan bahwa membebaskan leih awal seorang penjahat kejam seperti teroris adalah sebuah kesalahan.

“Adalah sebuah kesalahan membiarkan penjahat kejam seperti itu keluar lebih awal dari penjara, dan sangat penting bahwa kita harus keluar dari kebiasaan itu. Kita harus menegakkan hukuman yang sesuai untuk penjahat berbahaya, terutama untuk teroris,“ kata Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson.

Dia menambahkan bahwa akan lebih banyak polisi dikerahkan berpatroli di jalan-jalan untuk menjamin keamanan.

Baca juga: Ledakan Di Kereta Bawah Tanah London

Warga berlarian saat insiden penusukan berlangsungFoto: picture-alliance/dpa/PA/D. Lipinski

Warga berlarian

Seorang warga London, Olivia Bizot sedang dalam perjalanan menuju jembatan ketika insiden itu berlangsung. Dia tidak melihat kejadian penyerangan ataupun pelaku penyerangan, namun ketika mendekati jembatan, ia mengaku melihat begitu banyak orang berlarian dalam kepanikan. “Tiba-tiba, orang-orang dengan wajah panik berhamburan ke arah saya, mereka benar-benar berlari menyelamatkan diri,“ ujarnya kepada DW.

Orang-orang yang lewat di jembatan ketika insiden itu berlangsung pun dielu-elukan sebagai pahlawan. Beberapa laporan media mengatakan bahwa satu salah satu warga disebut mengambil gading narwhal yang terpasang di dekatnya dan menggunakannya menaklukkan pelaku penyerangan.

Lalu lintas di jembatan sempat ditutup dengan sebuah truk putih diparkirkan secara diagonal di kedua lajur, dan dikelilingi oleh kepolisian.

Setelah sebelumnya sempat ditutup selama beberapa jam, Stasiun London Bridge akhirnya dibuka kembali pada Jumat malam.

Pada Juni 2017, serangan teroris serupa pernah terjadi di Jembatan London. Pada waktu itu, sebuah mobil van dengan sengaja melaju ke arah pejalan kaki dan kemudian berhenti dan melakukan penusukan brutal di pub dan restoran terdekat. Para pelaku penyerangan itu kemudian ditembak mati dan ditemukan mengenakan rompi peledak palsu.

Akibat serangan itu, delapan orang tewas sementara 48 lainnya alami luka-luka.

(gtp/yp) (AFP, AP, Reuters)