1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Terorisme

Pelaku Serangan Bom New York Simpatisan ISIS

12 Desember 2017

Seorang warga Bangladesh meledakkan bom rakitan yang diikatkan ke tubuhnya di jalan bawah tanah di dekat Times Square. Pelaku dan tiga orang lain menderita luka-luka.

USA "Explosion" im New Yorker Stadtteil Manhattan
Foto: Reuters/E. Tobin

Pelaku yang diidentifikasi sebagai warga Bangladesh bernama Akayed Ullah (27 tahun) meledakkan bom pipa buatan sendiri yang diikat ke tubuhnya di sebuah lorong kereta bawah tanah dekat Times Square, New York, hari Senin (11/12). Dia sendiri menderita luka berat dan tiga orang lain menderita luka ringan.

Akayed Ullah kemudian ditangkap polisi. Dalam pemeriksaan dia mengaku sebagai simpatisan ISIS dan mengatakan peledakan bom itu adalah balasan atas serangan udara AS terhadap ISIS di Suriah dan Irak. Tapi bom rakitannya gagal meledak secara total karena kesalahan konstruksi, kata polisi.

Presiden Donald Trump menggunakan insiden itu untuk kembali mengeritik kebijakan imigrasi AS yang dianggapnya terlalu longgar.

"Serangan massal hari ini di New York City - serangan teror kedua di New York dalam dua bulan terakhir - sekali lagi menyoroti kebutuhan mendesak bagi Kongres untuk memberlakukan reformasi legislatif untuk melindungi rakyat Amerika," kata Donald Trump dalam sebuah pernyataan dan menuntut aturan imigrasi yang lebih ketat.

Sebuah video menunjukkan penumpang berlarian saat bom meledak dan pelaku tergeletak di lantai. Pihak berwenang mengatakan, kerusakan yang diakibatkan adalah minimal. Akayed Ullah kemudian dilarikan ke rumah sakit dengan beberapa luka bakar di badan dan tangannya. Tiga orang lain menderita luka di telinga, sakit kepala dan keluhan ringan lainnya, dan tidak ada kerusakan signifikan pada struktur kereta bawah tanah.

"Untung bagi kita, bom tersebut hanya sebagian meledak," kata Gubernur New York Andrew Cuomo. "Jadi tidak sepenuhnya memiliki efek yang dia harapkan."

Cuomo mengatakan, pelaku bukan bagian dari "jaringan canggih" namun tampaknya telah "terpengaruh" oleh ISIS atau kelompok ekstremis lainnya.

Penjagaan ketat di jalur kereta bawah tanah New York setelah serangan bom rakitanFoto: Getty Images/AFP/B. R. Smith

New York telah diguncang serangan teror tanggal 31 Oktober lalu saat seorang imigran dari Uzbekistan mengendarai sebuah truk sewaan dan masuk ke area pejalan kaki lalu menabrak pengemudi sepeda dan pejalan kaki secara sembarangan. Delapan orang tewas dalam serangan itu, 12 orang lainnya luka-luka.

Pada bulan November, Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan peringatan untuk pelancong ke Eropa selama musim liburan, mengingatkan mereka pada serangan Berlin serta serangan terhadap pesta Malam Tahun Baru di sebuah klub malam Istanbul tahun lalu yang menyebabkan 39 orang tewas.

Akayed Ullah tiba tujuh tahun yang lalu untuk bergabung dengan anggota keluarganya yang sudah berada di Amerika Serikat di bawah kebijakan imigrasi untuk penggabungan keluarga.

Presiden Donald Trump telah mendesak untuk menghapus program tersebut. Sebagai bagian dari pengetatan imigrasi, pemerintahan saat ini telah mengurangi kontingen pengungsi dan memberlakukan larangan berkunjung bagi warga dari enam negara berpenduduk mayoritas Muslim.

Tapi Walikota New York Bill de Blasio mengatakan, kritik Donald Trump salah tempat. Dia menekankan, Akayed Ullah tidak memiliki catatan kriminal.

"Kita harus kembali ke nilai-nilai Amerika ... jika seseorang melakukan sesuatu yang mengindikasikan ada ancaman, kita menindaknya," katanya kepada televisi NY1.

hp/vlz (afp, ap, rtr)