Seorang warga Bangladesh meledakkan bom rakitan yang diikatkan ke tubuhnya di jalan bawah tanah di dekat Times Square. Pelaku dan tiga orang lain menderita luka-luka.
Iklan
Pelaku yang diidentifikasi sebagai warga Bangladesh bernama Akayed Ullah (27 tahun) meledakkan bom pipa buatan sendiri yang diikat ke tubuhnya di sebuah lorong kereta bawah tanah dekat Times Square, New York, hari Senin (11/12). Dia sendiri menderita luka berat dan tiga orang lain menderita luka ringan.
Akayed Ullah kemudian ditangkap polisi. Dalam pemeriksaan dia mengaku sebagai simpatisan ISIS dan mengatakan peledakan bom itu adalah balasan atas serangan udara AS terhadap ISIS di Suriah dan Irak. Tapi bom rakitannya gagal meledak secara total karena kesalahan konstruksi, kata polisi.
"Serangan massal hari ini di New York City - serangan teror kedua di New York dalam dua bulan terakhir - sekali lagi menyoroti kebutuhan mendesak bagi Kongres untuk memberlakukan reformasi legislatif untuk melindungi rakyat Amerika," kata Donald Trump dalam sebuah pernyataan dan menuntut aturan imigrasi yang lebih ketat.
Sebuah video menunjukkan penumpang berlarian saat bom meledak dan pelaku tergeletak di lantai. Pihak berwenang mengatakan, kerusakan yang diakibatkan adalah minimal. Akayed Ullah kemudian dilarikan ke rumah sakit dengan beberapa luka bakar di badan dan tangannya. Tiga orang lain menderita luka di telinga, sakit kepala dan keluhan ringan lainnya, dan tidak ada kerusakan signifikan pada struktur kereta bawah tanah.
"Untung bagi kita, bom tersebut hanya sebagian meledak," kata Gubernur New York Andrew Cuomo. "Jadi tidak sepenuhnya memiliki efek yang dia harapkan."
Cuomo mengatakan, pelaku bukan bagian dari "jaringan canggih" namun tampaknya telah "terpengaruh" oleh ISIS atau kelompok ekstremis lainnya.
New York telah diguncang serangan teror tanggal 31 Oktober lalu saat seorang imigran dari Uzbekistan mengendarai sebuah truk sewaan dan masuk ke area pejalan kaki lalu menabrak pengemudi sepeda dan pejalan kaki secara sembarangan. Delapan orang tewas dalam serangan itu, 12 orang lainnya luka-luka.
Pada bulan November, Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan peringatan untuk pelancong ke Eropa selama musim liburan, mengingatkan mereka pada serangan Berlin serta serangan terhadap pesta Malam Tahun Baru di sebuah klub malam Istanbul tahun lalu yang menyebabkan 39 orang tewas.
Akayed Ullah tiba tujuh tahun yang lalu untuk bergabung dengan anggota keluarganya yang sudah berada di Amerika Serikat di bawah kebijakan imigrasi untuk penggabungan keluarga.
Presiden Donald Trump telah mendesak untuk menghapus program tersebut. Sebagai bagian dari pengetatan imigrasi, pemerintahan saat ini telah mengurangi kontingen pengungsi dan memberlakukan larangan berkunjung bagi warga dari enam negara berpenduduk mayoritas Muslim.
Tapi Walikota New York Bill de Blasio mengatakan, kritik Donald Trump salah tempat. Dia menekankan, Akayed Ullah tidak memiliki catatan kriminal.
"Kita harus kembali ke nilai-nilai Amerika ... jika seseorang melakukan sesuatu yang mengindikasikan ada ancaman, kita menindaknya," katanya kepada televisi NY1.
Potret Desa Muslim AS Yang Dicap "Sarang Teroris"
Pada dekade 1980-an sekelompok muslim membangun sebuah desa di tepi kota New York, AS, buat mencari kedamaian. Kini desa Islamberg dianggap sarang terorisme dan menjadi simbol permusuhan bagi kaum kanan Amerika.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Mencari Damai di Desa Kecil
Sebuah desa kecil sekitar 190 km dari New York menampung migran muslim dan menamakan diri "Islamberg." Suasana desa berpenduduk sekitar 40 keluarga yang asri dan nyaman terkesan kontras dengan tudingan miring yang dilayangkan kelompok kanan AS. Islamberg dianggap sebagai sarang terorisme,
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Mengasingkan Diri
Adalah pengikut tokoh Sufi asal Pakistan, Syeikh Mubarik Gilani, yang membangun pemukiman muslim di New York. Penduduknya kebanyakan adalah generasi kedua atau ketiga pendatang Afro-Amerika. Kendati banyak yang bekerja di luar kota, penduduk Islamberg cenderung tertutup. Satu-satunya kontak dengan dunia luar adalah lewat klub olahraga lokal.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Oase Terpinggirkan
Islamberg terletak agak terpencil di tepi gunung Catskill. Satu-satunya akses ke dunia luar adalah sebuah jalan sempit berbatu. Sebuah supermarket kecil memasok bahan pangan dan kebutuhan pokok untuk penduduk lokal. Hingga baru-baru ini semua warga terbiasa membiarkan pintu rumah terbuka saat berpergian.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
"Mimpi Buruk Terparah AS"?
Belakangan Islamberg sering menjadi sasaran ujaran kebencian kelompok kanan AS. Blog Freedom Daily misalnya pernah mengklaim sebuah penggerebekan di Islamberg atas perintah Presiden Donald Trump mengungkap "mimpi buruk paling parah buat Amerika," yakni kamp pelatihan Jihad buat teroris. Tudingan tersebut kemudian dibantah oleh berbagai media besar.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Disambangi Kaum Kanan
Serangan terhadap Islamberg tidak sebatas ujaran kebencian. Tidak lama setelah geng motor "American Bikers Against Jihad" menyambangi Islamberg, seorang penduduk Tenessee ditangkap karena menyerukan pembakaran mesjid di Islamberg. Wali Kota Islamberg, Rashid Clark, menganggap kabar palsu dan ujaran kebencian terhadap desanya sebagai ancaman terbesar.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Pembelaan Kepolisian
Kepolisian setempat juga menepis tudingan tersebut. "Penduduk di sini adalah warga negara AS. Mereka telah hidup di sini sejak lebih dari 30 tahun. Mereka membangun komunitas dan menjalin kontak dengan dunia luar. Di sini tidak pernah ada masalah," kata James Barnes dari Biro Investigasi Kriminal Kepolisian New York.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Label Teror dari Dekade Lampau
Tudingan miring terhadap Islamberg antara lain terkait keberadaan organisasi Muslims of America (MoA) yang bermarkas di sana. Menurut pemerintah AS MoA adalah pecahan dari kelompok kriminal "Jemaat al-Fuqra" yang aktif pada dekade 1980-an. "Kalau kami melatih teroris sejak 30 tahun," kata Ketua MoA Hussein Adams, "kenapa sampai sekarang belum ada serangan?"
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Setumpuk Rasa Frustasi
Tudingan miring tersebut membuat frustasi penduduk Islamberg. "Mereka tidak mengganggu siapa pun," kata Sally Zegers, editor harian lokal Hancock Herald kepada Associated Press.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Lennihan
Normalisasi Kebencian
Hingga kini gelombang kebencian terhadap Islamberg belum mereda. Tahirah Clark yang bekerja sebagai pengacara hanya bisa berdoa sembari berharap segalanya akan berakhir. Namun hingga saat ini penduduk Islamberg harus membiasakan diri terhadap celotehan pedas kelompok konservatif kanan.