Pelaku Serangan Bunuh Diri di Turki
22 Agustus 2016Minggu malam (21/08) Presiden Recep Tayyip Erdogan menyatakan, serangan bom bunuh diri dalam pesta pernikahan itu dilakukan bocah berusia antara 12 dan 14 tahun. Menurut indikasi yang ditemukan sejauh ini, dalangnya kelompok yang menyebut diri Islamic State atau ISIS, walaupun sebagian warga Kurdi menyalahkan pemerintah Turki.
Menurut laporan media, mayoritas korban tewas adalah anak-anak dan remaja. 29 dari 44 korban yang sudah diidentifikasikan berusia di bawah 18 tahun. Sedikitnya 22 di bawah 14 tahun, demikian ditambahkan seorang pejabat. Di samping 54 korban tewas, serangan bom juga menyebabkan 69 cedera, 17 di antaranya dalam keadaan darurat.
Aparat berwenang masih menyelidiki identitas pelaku serangan, sementara Erdogan menyatakan ISIS selama ini berusaha menancapkan akar di Gaziantep, yang hanya berjarak sekitar 60 km dari perbatasan dengan Suriah. Kawasan Gaziantep juga jadi tempat bermukim banyak pengungsi yang lari dari Suriah yang didera perang saudara lima tahun.
Jihadis kecil didikan ISIS
Harian Hurriyet melaporkan tes DNA sedang dilakukan untuk menetapkan identitas, nasionalitas dan jenis kelamin bocah pelaku serangan. Tidak ditutup kemungkinan, bahwa bocah itu datang dari Suriah. Kolumnis Hurriyet, Abdulkadir Selvi mengemukakan serangan bisa jadi tindakan balas dendam jihadis ISIS terhadap milisi Kurdi dan oposisi Suriah yang pro Ankara, yang melancarkan serangan terhadap ISIS di Suriah. Ketua partai Kurdi HDP, Selahattin Demirtas menyatakan, pesta diselengarakan bagi pengantin warga Kurdi, dan semua korban tewas adalah warga Kurdi.
Kelompok teroris ISIS berusaha membentuk tentara anak, yang mereka sebut "bocah-bocah kekalifatan". Mereka mendidik anak-anak di sekolah-sekolah yang mengindoktrinasi mereka dengan ajaran-ajaran Islam versi ISIS yang radikal. Bocah-bocah itu juga diajar untuk melakukan kekerasan, termasuk memenggal kepala orang, sebagai upaya membangun generasi militan baru. Sejumlah video propaganda ISIS menunjukkan anak laki-laki kecil membunuh musuh ISIS dengan memenggal atau menembak mati mereka.
Penggunaan anak-anak untuk melakukan serangan bunuh diri dan kekejaman lain juga dilakukan kelompok ekstrimis Islam lain, antara lain Boko Haram di Nigeria dan Al Qaeda.
ISIS di Suriah semakin didesak pejuang Kurdi, dan sudah kehilangan banyak wilayah yang berhasil diambil alih milisi Kurdi dari Unit Perlindungan Rakyat atau YPG, yang didukung AS dalam perang melawan kelompok ekstrimis ISIS. Baru-baru ini, pejuang Kurdi bersama sekutu Arab berhasil menendang ISIS dari Minbij, kota yang penting secara strategis di dekat perbatasan dengan Turki.
ml/vlz (afp, ap, dpa)