1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialAsia

Pakar Kritik Pelonggaran Lockdown Bangladesh Demi Idul Adha

19 Juli 2021

Demi sambut Hari Raya Idul Adha, pemerintah Bangladesh cabut aturan lockdown selama delapan hari. Pakar kesehatan memperingatkan dicabutnya kebijakan tersebut berpotensi menimbulkan 'superspreader'.

Sebuah pasar tradisional di Dhaka dipenuhi warga yang hendak berbelanja
Sebuah pasar tradisional di Dhaka dipenuhi warga yang hendak berbelanjaFoto: Mortuza Rashed/DW

Pemerintah Bangladesh telah mencabut kebijakan lockdown nasional selama delapan hari sejak Kamis (15/07) pekan lalu demi bisa merayakan rangkaian Hari Raya Idul Adha yang akan berlangsung pada hari Selasa (20/07) hingga Kamis (22/07) mendatang.

Dicabutnya aturan lockdown ini pun mendapat tentangan dari pakar kesehatan bahwa hal tersebut berpotensi memperburuk keadaan dan mendorong gelombang COVID-19 lanjutan. Bangladesh tengah berjuang menekan penyebaran virus corona varian Delta yang sangat menular yang pertama kali terdeteksi di negara tetangga India.

"Sudah ada kelangkaan kapasitas tempat tidur, ICU, sementara tenaga kesehatan kita juga kelelahan," kata Be-Nazir Ahmed, pakar kesehatan masyarakat dan mantan kepala direktorat kesehatan pemerintah. "Jadi jika situasi memburuk dan lebih banyak pasien datang ke rumah sakit, akan menjadi hampir mustahil untuk mengatasi krisis."

Pemerintah mengklaim dengan dicabutnya semua pembatasan dapat memberikan kesepatan bagi warga untuk memperingati Hari Raya Idul Adha dan memutar roda perekonomian.

Kesempatan pulang kampung

Mohammed Nijam, seorang pegawai konstruksi yang kini tengah menganggur, memanfaatkan dicabutnya kebijakan lockdown untuk meninggalkan ibu kota Bangladesh dengan menaiki kapal feri. Dirinya memilih menanggung risiko terinfeksi COVID-19 ketimbang tetap tinggal di Dhaka saat lockdown kembali diberlakukan.

"Saya harus membayar sewa setiap bulan meski saya tidak bekerja,'' kata Nijam dikutip dari kantor berita AP, Senin (19/07). "Saya lebih memilih kembali ke kampung halaman, dan menjalani kehidupan sebagai mana Tuhan menghendaki."

Meski lockdown telah diberlakukan, kasus COVID-19 di Bangladesh terus meningkat. Rata-rata kasus baru harian berkisar di angka 11.000 kasus dan setiap hari sedikitnya 200 orang meninggal dunia. Tercatat ada 1.758 kasus baru dan 225 kasus kematian pada hari Minggu (18/07).

Pasar-pasar dipenuhi warga

Menteri Negara Administrasi Publik, Farhad Hossain mengatakan pada Sabtu (17/07) bahwa pencabutan lockdown diperlukan untuk memudahkan jalannya aktivitas ekonomi jelang Idul Adha.

Dilaporkan jalan-jalan pun kembali macet, pasar dan mal dipenuhi orang yang berbelanja.

"Karena pemerintah telah melonggarkan situasi selama beberapa hari, kami akan pergi ke pasar untuk membeli barang-barang yang diperlukan," ujar Shah Alam, salah seorang warga yang hendak pergi ke Pasar Baru Dhaka. "Kami mencoba untuk mengikuti pedoman kesehatan.''

Waspada 'superspreader'

Pelabuhan dan terminal bus juga dipenuhi orang-orang yang mencoba pulang ke kampung halaman, layaknya yang dilakukan Nijam. Sebelumnya, pada Hari Raya Idul Fitri bulan Mei lalu, diperkirakan 10 juta warga Dhaka mudik ke kampung halaman.

Ahmed pun menilai hal tersebut dapat meningkatkan potensi penularan virus corona dari kota ke desa. Terlebih lagi jelang perayaan Idul Adha akan banyak muncul pasar sapi di mana jutaan orang akan membeli untuk dijadikan hewan kurban.

"Mungkin ratusan hingga ribuan pasar sapi dari desa terpencil hingga ke kota akan bermunculan, dan para penjual dan orang yang terlibat dalam bisnis ini, terutama yang datang dari daerah, mungkin akan membawa virus bersama mereka,'' ujarnya.

Seorang pedagang sapi tengah memberi makan sapi-sapinya di Pasar Kazir Bazar, Bangladesh (17/07)Foto: Md Rafayat Haque Khan/ZUMA Press/picture alliance

Ahmed memperkirakan sekitar 30 juta hingga 40 juta orang akan memenuhi masjid dan lapangan untuk melaksanakan salat Idul Adha. "Salat Idul Adha akan menjadi acara superspreader," katanya.

Ia pun menilai bahwa satu bulan setelah perayaan Idul Adha akan menjadi waktu kritis untuk Bangladesh.

Sebelumnya, Bangladesh menetapkan aturan lockdown nasional mulai 1 Juli, di mana hampir semua operasional pasar dan transportasi umum ditutup. Tentara dikerahkan dan petugas perbatasan berpatroli di jalan-jalan. Dilaporkan ribuan orang ditangkap karena melanggar lockdown.

Secara keseluruhan Bangladesh telah mencatat hampir 1,1 juta kasus positif COVID-19 dan nyaris 18.000 kasus kematian. Berpenduduk 160 juta jiwa, negara Asia Selatan ini tercatat telah menerima 1,05 juta dosis vaksin COVID-19 sejak peluncuran program vaksinasi massalnya pada awal Februari silam.

Kasus harian COVID-19 per satu juta penduduk di beberapa negara di Asia

rap/hp (AP, dpa)