Bisa jadi makhluk hidup bermata dan kaki ganjil. Gambaran ini diwujudkan dalam karya seniman Jawa di Jerman, Daniel Kho. Menurutnya, bukan agama yang diperlukan, namun rasa kasih pada bumi beserta mahkluk hidupnya.
Iklan
Daniel Kho gemar bermain wayang. Ia bahkan memodifikasinya sebagai wayang modern. Seniman yang sejak tahun 1977 bermukim di Jerman ini juga jatuh cinta pada keindahan warna. Fitur-fitur wayang modern dalam balutan warna terpadu pada satu ciri khas karya-karya lukisan dan instalasinya, yakni menebar pesan perlindungan lingkungan dan pentingnya kelestarian alam yang menjadi rumah makhluk hidup di bumi.
Dalam setiap karyanya, Kho selalu menampilkan dunia imajinatif dengan tema sentral ‘Pohon Kehidupan‘, yang diperkaya figur-figur unik seperti mahkluk-mahkluk ajaib. Ada yang bermata satu dan bertangan tiga misalnya, ada anjing berkaki dua, dan sejenisnya. Semua inspirasinya lahir dari wayang.
Seniman asal Jawa Tengah ini kerap tampil di berbagai belahan kota di dunia. Pada musim dingin 2018 ini, Galeri Musnadi-Weskamp di kota Köln juga menyuguhkan karya seni uniknya. Kepada Deutsche Welle, Daniel Kho menceritakan lebih jauh misteri dari tiap karyanya yang diulas di atas kanvas, kayu, kulit, pasir atau pun bahan fiber.
DW: Bagaimana awal kisahnya hingga Anda bisa menemukan karakter unik dalam karya Anda ini?
Daniel Kho: Beberapa puluh tahun silam, saya punya sebuah studio seni di Paris. Saya bersama seniman dari Jepang, Amerika, dan Thailand sedang duduk di tepi Sungai Shein. Waktu itu bulan Oktober, sangat berkabut. Tiba-tiba muncul sebuah kapal berhenti di depan kami dan kami membayangkan kalau saja itu adalah UFO yang mendarat dan bertanya pada kami: ‘ Wahai manusia Bumi, apa kabar?‘, lalu kami menjawab: ‘jelek.‘ Mengapa demikian? Karena manusia sebagai binatang aneh, saling bunuh-membunuh. Nah sejak saat itu kami semua sepakat untuk membuat karya yang indah dan berwarna. Itu awalnya kenapa karya saya semua penuh warna.
Dunia Imajinasi Daniel Kho: Mata Satu, Kaki Tiga? Jangan Pikirkan Perbedaan
Figur-figur ini punya jumlah organ yang berbeda. Berkaki tiga, bertangan entah satu atau lima, bermata hanya satu. Inilah wayang-wayang modern karya Daniel Kho, seniman Jawa yang bermukim di Kota Köln, Jerman.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Kebersamaan dalam seni
Karya Daniel Kho kerap dipamerkan di berbagai kota di dunia. Musim panas 2018, giliran Galeri Musnadi-Weskamp gelar pameran 40 karyanya di Köln, Jerman. Daniel Kho berasal dari Jawa Tengah. Pada awal tahun 70-an, Daniel Kho belajar teknik pembuatan batik, patung dan lukisan secara otodidak. Tahun 1977 dia pindah ke Jerman dan makin mengembangkan karya seninya yang unik.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Ceria dalam warna, unik dalam figur
Karya-karya Kho berwarna cerah, yang ditampilkan dalam bentuk patung, lukisan dan kolase. Ada burung dalam mata burung, ada gurita di dalam otak. Karyanya membawa kita pada perjalanan ke dunia imajinatif di mana tema sentralnya adalah "pohon kehidupan". Tahun 2002 Kho mendirikan “Shadow Theater Kho” di Köln, Jerman. Sejak tahun 2012 ia hidup dan bekerja di Bali, Barcelona dan Köln.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Pohon memiliki fungsi penting
Mengapa temanya pohon kehidupan? Pohon membersihkan udara dari polusi, berfungsi sebagai pemasok oksigen dan air bersih, menyediakan tempat tinggal dan habitat bagi manusia dan hewan. Tanpa pohon tak akan ada kehidupan di bumi," ujarnya. "Saya hanya menggambar hal-hal yang membawa dunia terlihat lebih indah. Indah meski ajaib." Wayang yang identik tradisional, di tangannya menjadi wayang modern.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Figur apa saja yang selalu ada di lukisan?
Tentunya pohon, lalu dalam lukisan juga ada mata. Ada yang kecil, ada yang besar tergantung figurnya. Tetapi bentuk bulan selalu keluar karena kehidupan itu sendiri adalah perputaran 360 derajat. Titik awal berjumpa dengan titik akhir. Roket dan ikan terbang juga selalu ada. Bahan dasar karyanya pun bermacam-macam. Ada yang dilukis di kanvas, fiber, pasir, kulit hingga kayu.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Sumbangan untuk anak-anak
Seniman dan penyelenggara pameran menegaskan bahwa tidak hanya pohon tetapi juga anak-anak harus dilindungi. Oleh karena itu, 10 persen dari hasil keuntungan pameran disumbangkan untuk organisasi "Kami Membantu" atau "Wir Helfen" Köln Stadt-Anzeiger. Organisasi ini membantu anak-anak miskin di Köln dan sekitarnya dengan proyek-proyek mereka. (ap/na)
Foto: DW/A. Purwaningsih
5 foto1 | 5
Berapa macam warna yang Anda gunakan dan mengapa begitu tergila-gila pada kekayaan warna?
Saya saat ini bereksperimen dengan lebih dari 80 warna. Kecintaan saya pada warna dan figur yang kekanak-kanakan ini terkait dengan "Seni Bahagia". Kita semua sudah dikelilingi oleh terlalu banyak warna abu-abu dalam kehidupan kita sehari-hari dan laporan tentang perang, penderitaan dan kesengsaraan di banyak tempat. Cat warna-warni tentu dapat membantu kita untuk merasa lebih bahagia dan terlihat lebih optimistis dalam memandang ke masa depan.
Namun selain berwarna, juga bentuknya wayang dalam kartun atau yang Anda sebut tadi kanak-kanak. Mengapa demikian?
Saya memang mendapat inspirasinya dari wayang. Saya pikir di luar planet Bumi pasti ada kehidupan lain. Figur wayang yang tradisional bahkan tampak kadang-kadang seperti aliran animisme 90-an ini dalam karya saya menjadi wayang modern seperti anak-anak.
Figur apa saja yang selalu ada di lukisan?
Tentunya pohon, lalu dalam lukisan juga ada mata. Ada yang kecil, ada yang besar tergantung figurnya, tapi bentuk bulan selalu keluar, karena kehidupan itu sendiri perputaran 360 derajad. Titik awal berjumpa dengan titik akhir. Roket, ikan terbang, itu juga selalu ada.
Mengapa ‘Pohon Kehidupan‘ menjadi tema utama Anda?
Pohon memiliki fungsi penting di dunia kita. Mereka membersihkan udara dari polusi, berfungsi sebagai pemasok oksigen dan air bersih, menyediakan tempat tinggal dan habitat bagi manusia dan hewan. Tanpa pohon tidak akan ada kehidupan di Bumi. Orang Indian berkata, kalau pohon terakhir ditebang, baru orang sadar bahwa uang tidak bisa dimakan. Jika air sungai dikotori, ikan terakhir diambili, maka kehdiupan berakhir. Kita perlu ingatkan manusia untuk mencintai alam. Oleh sebab itu, karya-karya saya mengandung pesan ekologis, keberlangsungan ekosositem di Bumi.
Pohon Kehidupan Dunia Seniman Jawa di Jerman
02:11
Bisa ceritakan film animasi terbaru yang menampilkan figur karya Anda?
Saya punya grup wayang yang bisa dimainkan. Dalam pameran Wayang "Jackson," kreasi terbaru dari dunia figur saya dieksplorasi, sebagai karakter utama dalam dunia Medialoop dan berpadu dengan pohon kehidupan, simbol alam, tempat tergantungnya seluruh umat manusia. Film animasi itu ada dalam tradisi "lentera ajaib", lampu mimpi yang diciptakan oleh seniman foto dan video Lili Voigt dalam permainan cahaya dan bayangan. Dalam film pendek ini, ilustrasinya juga dari alunan gamelan, yang diaransemen oleh Rick Loef. Kami bertiga berkolaborasi.
Apakah Anda mendefinisikan khusus karya Anda?
Sebetulnya idenya adalah aku ingin menciptakan duniaku sendiri, karena aku kecewa dengan dunia yang aku tempati saat ini. Bagi saya seharusnya di dunia ini kita bisa menerima perbedaan, mau makhluk hidupnya punya dua tangan, satu tangan, tujuh tangan, itu seharusnya bisa diterima dengan baik. Yang penting adalah kebersamaan, bukan malah hanya melihat perbedaan saja. Hidup itu adalah hidup, tidak ada yang bagus atau jelek. Saya lama hidup di Bali, bagi penganut Hindu, mau yang baik atau yang buruk sama-sama dipuja. Di dunia tidak perlu agama, yang indah-indah saja.
Mengapa dunia tidak perlu agama?
Karena agama kan tujuannya untuk menyelesaikan masalah tapi yang ada orang-orangnya malah ‘saling memukul' dan mengatakan punyaku lebih bagus dari punyamu. Tidak ada kebersamaan. Jadi tidak perlu ada agama. Gampang saja, kalau saya potong tangan saya pakai pisau dan rasanya sakit, saya tak perlu potong tangan kamu atau potong tangan yang lain juga.
Bisa dibilang karya Anda terpengaruh seniman, seperi Miro misalnya?
Tidak. Yang mempengaruhi saya adalah wayang, saya buat menjadi wayang modern. Kalau orang bilang karya saya terpengaruh Miro, sebenarnya karena seperti Miro, karya saya kaya warna, tapi pengaruh lainnya tidak. Saya menggunakan lebih dari 80 warna, nanti ke depan akan memakai 250 warna.
Warna-Warni Perang Dunia 1
Foto-foto yang menjadi saksi dari "bencana awal abad 20" yang juga merupakan karya seni besar. Perang Dunia I seratus tahun lalu dalam warna.
Foto: TASCHEN
Dari Kota-Kota Yang Hancur...
Di masa Perang Dunia I, fotografi terutama digunakan untuk keperluan militer dan propaganda. Gambar menunjukkan pemandangan sungai Maas dan kota Verdun yang hancur. Di pihak Jerman, dalam musim gugur 1916, 400 orang diberi wewenang mengurus pengambilan gambar dari udara. Beberapa fotografer juga mengambil foto untuk keperluan pribadi, sehingga juga mendokumentasikan momen bahagia.
Foto: TASCHEN
... sampai Matahari Terbenam dalam Damai
Penerbit TASCHEN mempublikasikan dalam album foto berjudul "Der Erste Weltkrieg in Farbe" (Perang Dunia I dalam Warna) lebih dari 320 foto berwarna. Ini hasil kumpulan dari Eropa, AS dan Australia. Mereka mendokumentasikan peristiwa masa perang ini lewat fotografi. Mulai pergerakan pertama tahun 1914 sampai perayaan kemenangan di London, New York dan Paris, 14 Juli 1919 di Arc de Triomphe.
Foto: TASCHEN
Foto Berwarna - Sebuah Pembaharuan
Foto dibuat dengan teknik autochrom, yang digagas Lumière bersaudara tahun 1904. Partikel berwarna berukuran kecil menjadi filter warna, seperti halnya dalam fotografi digital jaman sekarang. Titik-titik warga memberikan gambar kesan seperti lukisan. Tampak pada foto kapal udara Alsace milik Perancis, yang ditembak jatuh 3 Oktober 1915.
Foto: TASCHEN/LVR LandesMuseum Bonn
Di Front
Karena cara pembuatan foto autochrom perlu waktu pencahayaan cukup lama, foto-foto kerap menunjukkan skenario yang dikomposisikan dengan sempurna, dan diambil dalam jarak dekat. Di lain pihak, orang juga dapat melihat kehidupan sehari-hari ketika itu dan kengerian yang harus mereka hadapi. Foto: kendaraan bermotor untuk mentranspor meriam sebagai pertahanan udara Verdun 1916.
Foto: TASCHEN
Imbauan Menyumbang
Ini foto gudang amunisi di Perancis. Foto diambil 1918 berdasarkan pesanan dari American Committee for Devastated France (1917-1924). Komite berusaha untuk mengurangi kesengsaraan anak pengungsi Perancis. Foto-foto ini digunakan, untuk memberi gambaran tentang perang kepada warga AS dan mengumpulkan sumbangan.
Foto: Collection Mark Jacobs
Dokumentasi Pribadi untuk Keluarga
Untuk pertama kalinya, foto masa perang juga diambil untuk kepentingan pribadi, untuk kenangan atau untuk ditunjukkan kepada keluarga, dan tidak hanya untuk kepentingan propaganda. Dalam militer Perancis, pengambilan foto secara resmi dilarang, tetapi peraturan ini rupanya tidak dikontrol. Foto: tentara dalam lubang perlindungan.
Foto: TASCHEN/LVR LandesMuseum Bonn
Perang dari Udara
Dalam Perang Dunia I, untuk pertama kalinya serangan dari udara berperan besar. Foto menunjukkan pesawat perang Perancis. Inggris dan Perancis awalnya punya jumlah pesawat terbang sama seperti Jerman. Pengamatan dari udara oleh Royal Flying Corps memberi sumbangan besar, sehingga pergerakan Jerman di daerah sungai Marne bisa dihentikan.
Foto: TASCHEN
Roda Panser Bergulir
Panser pertama digunakan di musim gugur 1916 oleh tentara Inggris, untuk mendobrak fron. Ini foto panser Inggris di daerah Péronne dekat Amiens, Perancis. Sekutu bisa menggunakan sekitar 6.000 panser hingga 1918. Di Jerman, senjata itu awalnya dianggap ringan. Baru di awal tahun 1918 panser "A7V" buatan Jerman mulai digunakan.
Foto: Collection Mark Jacobs
Kecepatan Perang
Perang Dunia I mendatangkan sejumlah senjata baru. Mulai dari panser, perang dari udara, hingga penggunaan gas beracun. Tetapi penggunaan alat bermotor membuat banyak hal mudah dilaksanakan. Orang yang cedera bisa diangkut cukup cepat ke tempat pengobatan medis. Misalnya dengan mobil ambulans dari tahun 1914.
Foto: TASCHEN
Karya Seni dan Saksi
Para pionir fotografi berhasil menyelamatkan lempengan autochrom selama perang. Foto-foto mereka tidak hanya saksi "Bencana Awal Abad ke-20", ini terutama karya seni besar. Sudah saatnya karya-karya ini dipopulerkan kembali.