Pemaksaan Politik Pengungsi Rugikan Persatuan Eropa
23 September 2015
Kesepakatan menteri dalam negeri Uni Eropa mengenai kuota penampungan pengungsi tidak akan memecahkan masalah akut. Eropa terlihat makin retak dan tak punya konsep tegas atasi krisis.
Iklan
Pemaksaan penerimaan pengungsi berdasarkan kuota Uni Eropa akan merugikan persatuan Eropa. Kesepakatan sistem kuota hanya akan diterapkan secara lamban, terutama di negara-negara yang menolak. Tegasnya kesepakatan kuota hanyalah politik tipuan optik gaya Eropa. Harian Eropa menyoroti tema krisis pengungsi dan KTT darurat Uni Eropa dengan kritis.
Harian Belgia De Standaard dalam tajuknya berkomentar: Agenda utama KTT Uni Eropa jangan sampai dibebani masalah kecil pembagian kuota penampungan 120.000 pengungsi. Masih ada tema mendasar dan lebih penting dari itu. Tapi kita juga menyadari bahwa jurang pemisah diantara negara anggota makin lebar, terbukti dari harus tercapai dulu kesepakatan kuota penerimaan pengungsi di kalangan menteri dalam negeri. Ini makin memperjelas adanya perpecahan di dalam Uni Eropa.
Frustrated refugees in Opatovac
02:29
Harian Denmark Berlingske juga menulis komentar pedas yang serupa. Ketentuan kuota bukan solusi optimal. Bayangkan bagaimana situasinya menempatkan di negara yang menolak kuota, pengungsi juga menolak ditempatkan di negara bersangkutan. Tidak ada yang memikirkan, bahwa negara-negara besar di Eropa tidak akan menerapkan kesepakatan yang tidak banyak berkaitan dengan kepentingan nasionalnya.
Harian Slowakia Pravda berkomentar : pemaksaan kuota bukan solusi. Dengan cara ini krisis pengungsi tidak akan berkurang, malahan justru akan makin berat. Para penyelundup manusia akan tertawa. Para pengungsi juga akan makin banyak berdatangan, karena tahu tidak ada ancaman menakutkan di Eropa. Di bulan-bulan mendatang, negara-negara besar di Uni Eropa akan menggelar lagi diskusi menyangkut solusi masalah yang sebenarnya. Tapi sampai hal itu didiskusikan ulang, makin banyak waktu terbuang dan ratusan ribu pengungsi sudah bergerak masuk ke Eropa.
Sedangkan harian Republik Ceko Lidove Noviny memandang kesepakatan mayoritas kuota pengungsi merupakan sinyal kekalahan bagi Ceko. Negara yang menolak kewajiban kuota adalah pecundang. Ceko seperti juga negara yang menolak kuota lainnya, Hongaria, Rumania dan Slovakia tidak berhasil merangkul aliansi untuk mendobrak kutukan kuota. Masalahnya, Uni Eropa memandang kuota sebagai solusi, ketimbang mengambil langkah melindungi perbatasan terluar Eropa.
as/vlz (dpa,afp)
Menempuh Bahaya Demi Hidup Baru di Eropa
40.000 pengungsi via Laut Tengah pada 2014 diselamatkan dari ancaman mati karam oleh kapal dagang swasta. Bandit penyelundup manusia makin agresif, sejak misi pertolongan Italia - Mare Nostrum dihentikan tahun silam.
Foto: picture-alliance/epa/F. Arena
Menyelamatkan Imigran
Sejumlah imigran yang nyaris tenggelam diselamatkan dengan perahu karet milik kapal dagang swasta OOC "Jaguar". Kapal swasta ini tugas utamanya adalah mengangkut logistik untuk anjungan pengeboran minyak di Laut Tengah, bukan menyelamatkan imigran.
Foto: OOC Opielok Offshore Carriers
Penyelamat Swasta
Kapal-kapal dagang seperti "Jaguar" atau kapal nelayan yang beroperasi di Laut Tengah di tahun-tahun belakangan makin sering jadi penolong utama para pengungsi yang terancam mati karam. Misi Triton yang diluncurkan Uni Eropa lebih banyak menekankan tugasnya pada patroli kawasan Laut Tengah sejarak maksimal 30 mil laut dari garis pantai Eropa. Misi EU ini tidak banyak menyiapkan kapal penolong.
Foto: OOC Opielok Offshore Carriers
Nyaris Mati Karam
Para pengungsi yang nyaris mati karam ini bernasib baik karena diselamatkan kapal dagang Jaguar April 2015. Banyak pengungsi yang mati tenggelam karena perahu bobrok yang mereka tumpangi kelebihan muatan. Sejak Desember tahun silam 1500 pengungsi berhasil diselamatkan kapal barang Jerman Christopher Opielok, yang sedang bertugas menyuplai anjungan pengeboran minyak di Laut Tengah.
Foto: OOC Opielok Offshore Carriers
Berfungsi Ganda
Kapal Christopher Opieloks bertugas mengangkut logistik dan peralatan teknis dari Malta ke anjungan pengeboran minyak di Laut Tengah. Sekarang kapal ini harus berfungsi ganda, selain mengirim Logistik, juga menyiapkan selimut, air, bahan pangan dan obat-obatan sebagai antisipasi jika menolong imigran asal Afrika via Laut Tengah.
Foto: OOC Opielok Offshore Carriers
Selamat Belum Tentu Aman
Pengungsi yang tertolong dan dinaikkan ke kapal logistik "Jaguar" ini memang selamat dari mati karam. Namun belum berarti mereka aman. Banyak yang kondisinya sangat payah dan tewas kedinginan serta kelaparan di atas dek. Awak kapal dagang ini sedang menghitung pengungsi yang berhasil diselamatkan ke atas kapal.
Foto: OOC Opielok Offshore Carriers
Tunggu Saatnya Karam
Perahu bobrok kelebihan penumpang ini ditemukan saat nyaris karam ke dasar Laut Tengah. Kapten kapal kargo dan kapal dagang memiliki kewajiban menolong perahu dalam kondisi darurat nyaris karam. Situasi ini dimanfaatkan para andit penyelundup manusia, dengan mengarahkan haluan kapalnya ke rute pelayaran kapal swasta tersebut.
Foto: OOC Opielok Offshore Carriers
Bertugas 24 Jam
Tidak jarang kapal dagang dan kapal kargo harus bertugas 24 jam terus menerus menyelamatkan pengungsi dari ancaman mati tenggelam. Kapal Jaguar beberapa puluh menit setelah menolong perahu nyaris karam, harus mulai lagi penyelamatan sejumlah pengungsi yang terapung di Laut Tengah. Kapal dagang itu juga mengontak pasukan penjaga pantai untuk minta bantuan.