Pantai Berpasir Terancam Hilang Akibat Pemanasan Global
15 Oktober 2021
Anda suka berpelesir ke pantai berpasir? Nikmatilah selagi bisa. Para peneliti memperkirakan dunia akan kehilangan hampir separuh pantai berpasir pada akhir abad ini.
Iklan
Sekitar setengah dari pantai berpasir yang ada di seluruh dunia diperkirakan akan menghilang pada akhir abad ini karena kenaikan muka air laut dan efek perubahan iklim lainnya.
Australia, Kanada, Chili, Meksiko, Cina dan Amerika Serikat termasuk di antara negara-negara yang paling terpengaruh, kata para peneliti.
Pantai berpasir yang selama ini menarik banyak turis untuk bermain-main dan bersantai diperkirakan akan berubah menjadi permukaan yang penuh bebatuan. Naiknya muka air laut, perubahan pola cuaca dan faktor-faktor lain diperkirakan akan mengikis garis pantai berpasir yang kini luasnya mencakup lebih dari sepertiga pantai di seluruh dunia.
Sebagian besar garis pantai di daerah padat penduduk juga diproyeksikan akan hilang, demikian ungkap sebuah hasil studi.
"Daerah wisata yang memiliki pantai berpasir sebagai atraksi utama mungkin akan menghadapi konsekuensi yang berat," kata ahli kelautan pesisir, Michalis Vousdoukas, dari Pusat Riset Gabungan Komisi Eropa di Ispra, Italia. Michalis Vousdoukas adalah penulis utama studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Climate Change ini.
Selain mendatangkan keuntungan ekonomi, pantai berpasir juga memainkan peran penting bagi lingkungan.
"Pantai berpasir adalah habitat penting untuk berbagai spesies. Pasir juga melindungi pantai dari efek badai. Tanpa pantai yang berpasir, lingkungan di daerah pedalaman dapat terpengaruh efek gelombang dan intrusi air laut yang asin," tambah Vousdoukas.
Muka air laut di seluruh dunia telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Penyebab utamanya diperkirakan berupa ekspansi termal atau pemekaran sel air ketika suhu menghangat dan mencairnya es di daratan seperti gletser.
Iklan
Gunakan dua skenario penelitian
Para peneliti menganalisis citra satelit yang menunjukkan perubahan garis pantai selama tiga dekade terakhir dan menerapkan tren ini pada dua skenario perubahan iklim di masa depan. Satu skenario menggunakan perhitungan mitigasi emisi gas rumah kaca secara moderat, sedangkan skenario kedua dengan menggunakan prediksi emisi tinggi.
Pada tahun 2050, para peneliti memproyeksikan kehilangan sekitar 13,6 hingga 15,2 persen pantai di seluruh dunia. Ini berarti pantai berpasir sepanjang 36.097 kilometer (km) hingga 40.511 km diperkirakan akan hilang.
Sementara pada tahun 2100, peneliti memproyeksikan kehilangan sebesar 35,7 hingga 49,5 persen garis pantai atau sepanjang 95.061 hingga 131.745 km.
Dibandingkan dengan negara lain, Australia diperkirakan akan kehilangan paling banyak pantai berpasir. Pantai sepanjang 14.849 km diproyeksikan akan hilang pada tahun 2100, ini adalah sekitar setengah dari total garis pantai berpasir Australia saat ini.
Kanada menempati urutan kedua dengan kehilangan diproyeksikan mencapai 14.425 km. Diikuti oleh Chili hingga 6.659 km, Meksiko juga diperkirakan akan kehilangan pantai sepanjang 5.488 km, diikuti oleh Cina, Amerika Serikat, Rusia dan Argentina.
ae/vlz (Reuters)
9 Bencana yang Dipicu Pemanasan Suhu Laut
Pemanasan suhu laut ditenggarai sebagai salah satu penyebab semakin maraknya bencana yang melanda Bumi. Berikut berbagai bencana akibat suhu laut yang memanas dengan cepat.
Foto: WILDLIFE/I.R.Lloyd/picture alliance
Frekuensi badai lebih sering dan lebih kuat
Saat suhu laut menghangat, intensitas siklon tropis akan meningkat. Frekuensi badai dan angin topan akan berlangsung lebih lama, terutama di Atlantik utara dan Pasifik timur laut. Kondisi cuaca ekstrem akan menghasilkan badai yang sangat merusak di masa depan, bahkan di daerah-daerah yang sebelumnya tidak rawan bencana.
Foto: AFP/Rammb/Noaa/Ho
Naiknya permukaan air laut dan gelombang badai
Lautan menghangat bersamaan dengan meningkatnya suhu atmosfer bumi. Hal ini mengakibatkan perluasan massa air yang menyebabkan permukaan laut naik lebih tinggi. Mata pencaharian penduduk yang tinggal di pesisir akan hilang. Terlebih mereka yang tinggal di daerah miskin.
Cuaca ekstrem dapat menyebabkan dua hal, yakni banjir akibat curah hujan yang tinggi atau kekeringan parah. Di beberapa tempat yang dilanda kekeringan, akan terjadi kegagalan panen hingga kebakaran hutan. Musim kebakaran hutan berlangsung lebih lama di banyak tempat dan jumlah kebakaran hutan meningkat secara drastis.
Foto: Reuters/AAP Image/D.
Perubahan arus di Samudera Atlantik
Jika Arus Atlantik Utara terganggu akibat pemanasan laut, maka akan terjadi musim dingin yang parah di seluruh Eropa barat dan utara. Hal ini karena arus berfungsi memastikan sirkulasi air laut yang berkelanjutan, yakni saat air permukaan yang padat meresap ke lapisan yang lebih dalam dan lebih dingin.
Foto: NGDC
Memaksa spesies bergerak ke daerah lebih dingin
Suhu laut yang menghangat memaksa spesies dan pada akhirnya seluruh ekosistem laut untuk bergerak menuju daerah yang lebih dingin. Ikan dan mamalia laut akan bermigrasi ke kutub, selayaknya hewan darat. Populasi ikan kod di Laut Utara, menyusut lebih cepat akibat pemanasan suhu laut bila dibandingkan dengan penangkapan ikan secara berlebihan.
Foto: by-nc-sa/Joachim S. Müller
Matinya ikan akibat kekurangan oksigen
Semakin hangat air laut maka semakin sedikit oksigen yang bisa disimpan. Di banyak sungai, danau dan laguna, terdapat ''zona kematian'' yang menyebabkan hewan-hewan tidak bisa hidup akibat kesulitan mendapat oksigen di lautan.
Foto: picture-alliance/dpa/C. Schmidt
Matinya ribuan ikan akibat racun ganggang
Air yang hangat dan minim oksigen menyebabkan ganggang beracun berkembang biak secara pesat. Racun mereka dapat membunuh ikan dan makhluk laut lain di sekitarnya. Pertumbuhan ganggang telah mengancam industri perikanan dan pariwisata di banyak tempat. Ini adalah gambar sebuah pantai di Chili, tempat ganggang merah tumbuh dan berkembang yang menyebabkan ribuan ikan mati akibat racun syaraf mereka.
Foto: picture-alliance/AP Photo/F. Marquez
Kerusakan terumbu karang
Suhu laut yang menghangat tidak hanya menyebabkan karang kehilangan warna aslinya (memutih) namun juga kemampuannya untuk bereproduksi. Ancaman paling serius akibat rusaknya terumbu karang adalah rusaknya ekosistem laut secara keseluruhan. (pkp/vlz)