Pemanasan Global Sebabkan Tanaman Mekar Lebih Awal
3 Februari 2022
Mekar lebih awal di akhir musim dingin dapat membuat tanaman rentan rusak dan mengganggu siklus makan hewan.
Iklan
Para ilmuwan di Inggris pada hari Rabu (02/02) mengatakan kenaikan suhu menyebabkan beberapa tanaman mekar lebih awal hampir sebulan sebelumnya, yang menimbulkan risiko kerusakan akibat embun beku dan mengganggu siklus makan hewan.
Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di University of Cambridge mengamati lebih dari 400.000 tanaman mekar dari 406 spesies pohon, semak, herba, dan tanaman merambat di seluruh Inggris. Mereka menemukan rata-rata masa berbunga pertama antara tahun 1987 hingga 2019 adalah 30 hari lebih awal dari tanggal rata-rata tahun 1753 hingga 1986.
Pola berbunga disimpan dalam database yang disebut "Kalender Alam" yang berisi pengamatan oleh para ilmuwan, naturalis, tukang kebun amatir, dan profesional selama lebih dari 200 tahun.
Hasilnya "benar-benar mengkhawatirkan" karena ancaman ekologis yang ditimbulkan oleh proses berbunga yang lebih awal ini, kata profesor Ulf Büntgen, yang memimpin penelitian.
Büntgen menambahkan bahwa cuaca seperti musim semi di Inggris bisa menjadi lebih umum di bulan Februari yang dingin, jika suhu global terus meningkat pada tingkat saat ini. Perubahan siklus yang cepat ini dapat berdampak pada hutan, pertanian, dan kebun.
Derita Beruang Kutub Akibat Perubahan Iklim
Beruang kutub merupakan ikon gerakan lingkungan yang paling terkenal. Namun, pemanasan global mengakibatkan populasi beruang kutub di dunia semakin menurun.
Foto: picture-alliance/dpa/Keystone
Kulit asli beruang kutub
Meski rupa asli beruang kutub sebenarnya berkulit hitam, beruang kutub terlihat berkulit putih karena bulu mereka yang sangat reflektif dan transparan yang tebalnya sekitar 2,5 hingga 5 cm. Bulu beserta lapisan lemak, menjaga mereka agar tetap hangat dalam kondisi dingin di Arktika. Agar tidak tergelincir di es, kaki beruang kutub tertutupi gundukan kecil dan lembut yang menciptakan gesekan.
Beruang kutub mengandalkan lemak untuk bertahan hidup. Sumber makanan utama mereka: anjing laut, yang mereka buru saat musim dingin untuk menyimpan energi selama musim panas dan gugur, ketika buruan menjadi langka. Mereka makan sebanyak 45 kg dalam satu kali santapan. Karena sekarang es mencair lebih awal dan baru mulai terbentuk di akhir tahun, beruang habiskan waktu lebih lama tanpa makanan.
Foto: picture-alliance/Arco Images/H. Schouten
Melahirkan di Salju
Langkanya makanan dapat menyebabkan kelahiran beruang kutub yang tidak sehat dan bayi beruang kutub dapat mati karena kekurangan lemak dari ibu yang menyusui. Beruang betina melahirkan setiap tiga tahun sekali, menggali sarang mereka di awal musim dingin dan menunggu salju untuk menutup pintu masuk sebelum melahirkan. Ibu dan anaknya meninggalkan sarang dan menuju es pada bulan Maret atau April.
Foto: picture alliance/blickwinkel/F. Poelking
Hidup sendiri
Seekor anak beruang kutub akan menghabiskan dua hingga tiga tahun pertama hidupnya bersama ibunya. Selama masa ini, sang ibu akan sangat protektif. Namun akhirnya, sang ibu akan mengusir mereka atau menelantarkan mereka, meninggalkan mereka untuk hidup sendiri. Selain pertemuan singkat selama musim kawin, beruang kutub kemudian akan menghabiskan sebagian besar hidup mereka sendiri.
Foto: Polar Bears International/BJ. Kirschhoffer
Senang tidur siang
Tidak seperti spesies beruang lainnya, beruang kutub tidak berhibernasi. Kecuali beruang kutub yang sedang hamil. Beruang kutub tetap aktif sepanjang musim dingin dengan makanan yang berlimpah. Mereka senang tidur siang setiap kali badai salju melanda. Mereka bahkan dapat berdiam di satu tempat selama berjam-jam walaupun salju menumpuk di sekitar mereka.
Beruang kutub adalah hewan asli Kutub Utara dan dapat ditemukan di Rusia, AS, Norwegia, Greenland, dan Kanada, yang merupakan rumah bagi sekitar dua pertiga populasi dunia. Mereka menghabiskan banyak waktu mereka di laut es dengan berburu dan berkembang biak. Tetapi karena perubahan iklim yang mencairkan es di Kutub Utara, dapat mengancam habitat mereka.
Foto: Polar Bears International/Kt. Miller
Beruang vs. manusia
Dengan hilangnya habitat mereka, beruang kutub semakin banyak berkontak dengan manusia. Orang-orang di sekitar Teluk Hudson, Kanada, dapat bertemu beruang kutub -pemburu yang tidak berpengalaman - dan ibu-ibu dengan anak-anak di tempat penampungan, di mana mereka mencari makanan. Di Churchill, Manitoba, pihak berwenang telah membangun tempat penampungan beruang kutub sebelum akhirnya dipindahkan.
Saat ini ada sekitar 22.000 - 31.000 beruang kutub yang tersisa di alam liar, dan populasinya semakin terancam. Selain hilangnya habitat, mereka juga terancam oleh perburuan yang tidak berkelanjutan dan pengembangan industri, yang meliputi eksplorasi minyak dan gas alam lepas pantai. Diperkirakan jumlah beruang kutub akan menurun lebih dari 30% dalam 30 tahun ke depan.(Ed: fs/rap)
Foto: Polar Bears International/Kt. Miller
8 foto1 | 8
Apa risiko tanaman berbunga lebih awal?
Embun beku yang terlambat dapat membunuh atau merusak tanaman yang mekar terlalu dini. Namun, para peneliti mengatakan ancaman terbesar adalah satwa liar seperti burung dan serangga yang telah berevolusi, di mana tahap perkembangan mereka selaras dengan pola berbunga tanaman yang mereka andalkan untuk bertahan hidup.
Iklan
Jika siklus ini tidak lagi dalam fase yang sama, hasilnya disebut sebagai "ketidaksesuaian ekologis".
"Tanaman tertentu yang berbunga, menarik jenis serangga tertentu, menarik jenis burung tertentu, dan seterusnya," kata Büntgen dalam siaran pers. "Namun, jika satu komponen merespons lebih cepat daripada yang lain, ada risiko bahwa mereka tidak sinkron, yang dapat menyebabkan spesies runtuh jika mereka tidak dapat beradaptasi dengan cukup cepat."
Pergeseran terbesar ke pembungaan lebih awal, pada 32 hari, ditemukan pada tumbuhan, yang mampu menjalani adaptasi genetik cepat. Büntgen mengatakan perubahan itu "sangat besar."
Büntgen mengatakan lebih banyak data diperlukan untuk mempelajari dampak pembungaan sebelumnya pada ekosistem yang lebih luas.
Pada bulan Januari, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa tujuh tahun terakhir telah menjadi tahun yang terpanas yang pernah tercatat, dengan suhu global rata-rata pada tahun 2021 sekitar 1,11 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri.