Kasus pembakaran penampungan pengungsi dan pencari suaka di Jerman makin marak. Aksi merata di hampir seluruh Jerman. Terlihat pertanda mencemaskan naiknya atmosfir kebencian terhadap imigran.
Iklan
Aksi pembakaran tempat penampungan pemohon suaka di Jerman merupakan indikasi bahwa penolakan terhadap "pengungsi" makin meluas. Statistik menunjukkan, hingga bulan Juni 2015 sedikitnya 179.000 "pengungsi" mengajukan permohonan suaka di Jerman. Realitanya, para pemohon suaka itu bukan hanya terbatas pada pengungsi yang jiwanya terancam, seperti akibat perang saudara di Suriah dan Irak, tapi juga banyak yang mengungsi karena ingin memperbaiki nasib.
Kini makin banyak komunitas warga di seluruh penjuru Jerman menunjukkan dengan jelas, bahwa mereka tidak menghendaki pembangunan penampungan pengungsi di willayahnya. Penolakan bukan hanya dilakukan mengikuti aturan demokrasi, dengan menggelara aksi protes. Tapi juga dengan cara radikal, membakar tempat penampungan atau bakal kamp pengungsi. Dalam semester pertama 2015 tercatat 13 kasus pembakaran semacam itu. Artinya rata-rata ada dua kasus serangan pembakaran setiap bulannya.
Yang juga harus dicermati secara serius oleh pemerintah Jerman, aksi pembakaran tidak hanya terbatas di kawasan yang aktivitas Neo-Nazinya tinggi seperti di bekas Jerman Timur. Aksi pembakaran bakal atau tempat penampungan pemohon suaka juga terjadi di utara, barat dan selatan Jerman yang biasanya terkenal toleran.
Atmosfir makin tegang
Jika melihat statistik, memang aksi pembakaran lebih banyak dilakukan di kawasan yang pengaruh kelompok Neo Nazinya kuat. Aksi ini juga menunjukan bahwa kelompok Neo Nazi mengubah taktik dari demonstrasi ke aksi bakar. "Sikap warga yang membiarkannya, juga mengindikasikan naiknya lagi aktivitas Neo Nazi," ujar Andreas Zick, direktur Institute for Interdisciplinary Research on Conflict & Violence di Universitas Bielefeld kepada DW.
Sangat sulit mencegah aksi pembakaran bakal atau tempat penampungan pemohon suaka, jika warga tidak menunjukan pengertian dan siap menampung pengungsi. Para pakar menyarankan aksi penyuluhan dan pemberian informasi lebih intensif kepada warga Jerman, menyangkut situasi horror dan perang saudara di tanah air pengungsi.
Tapi diakui, saat ini atmosfir di Jerman tetap tegang. Tingginya jumlah pengungsi yang memohon suaka di Jerman makin memicu ketidaksenangan warga. Juga realita bahwa tidak semua pengungsi terancam jiwanya akibat perang, membuat makin maraknya aksi protes warga yang tidak ingin di kawasannya ada kamp penampungan pengungsi. Jika konflik tidak tuntas lewat cara demokrasi, serangan pembakaran jadi jalan pintas paling gampang.
10 Hal Yang Harus Anda Ketahui Tentang Pengungsi
Badan PBB urusan pengungsi, UNHCR melaporkan sekarang di dunia ada 51 juta orang yang terpaksa meninggalkan daerah asal mereka dan jadi pengungsi. Mereka kerap lari dari penganiayaan di negara sendiri.
Foto: picture alliance/abaca
Definisi Pengungsi
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, pengungsi adalah: seseorang yang meninggalkan rumah atau negaranya akibat “perasaan takut karena termasuk ras, kelompok agama, nasionalitas, kelompok sosial tertentu, atau punya opini tertentu”. Definisi juga mencakup orang-orang yang lari akibat bencana alam dan bencana yang disebabkan manusia. Foto: seorang anak pengungsi Suriah di Turki.
Foto: Getty Images/AFP/B. Kilic
Akibat Kekerasan dan Konflik
Menurut badan urusan pengungsi PBB, UNHCR lebih dari 51 juta orang terpaksa lari dari tempat tinggal mereka akibat kekerasan dan konflik. Jumlah ini mencakup orang yang jadi pengungsi di negara sendiri, yang terpaksa tinggalkan negaranya, juga pencari suaka. Foto: warga Republik Demokrasi Kongo yang lari akibat pertempuran antara militer dan pemberontak (2013) tiba di kota Rutshuru.
Foto: Getty Images/AFP/J. D. Kannah
Pencari Suaka
Pencari suaka adalah orang yang lari ke negara lain dan ingin dapat status pengungsi, tetapi permintaannya belum dievaluasi. Sebagian besar orang jadi pengungsi akibat alasan yang jelas, tetapi hanya sedikit dari mereka memenuhi persyaratan ketat yang diperlukan untuk mendapat status pengungsi.
Foto: picture-alliance/dpa/H. Schmidt
Jumlah Besar Persulit Penanganan
Krisis pengungsi sulit diselesaikan dan perlu waktu lama. Salah satu penyebabnya, karena jumlah pengungsi amat banyak. Sebagai perbandingan: jumlah pengungsi di dunia lebih besar daripada jumlah penduduk Spanyol, atau Canada atau Korea Selatan. Gambar simbol: seorang migran berdiri di pagar yang mengelilingi tempat penampungan pengungsi Temporary Permanence Centre (CPT) di Lampedusa, Italia.
Foto: Getty Images/AFP/A. Pizzoli
Nasionalitas Pengungsi
Hingga Juni 2014, jumlah pengungsi paling banyak berasal dari Afghanistan, Suriah dan Somalia. Jika disatukan, jumlah pengungsi dari tiga negara itu lebih dari 50% jumlah pengungsi di seluruh dunia. Foto: sebuah keluarga pengungsi Afghanistan di Pakistan.
Foto: Majeed/AFP/Getty Images
Yang Mengungsi di Negara Sendiri Lebih Banyak
Kita sering mendengar berita tentang pengungsi yang lari ke negara lain. Sesungguhnya, orang yang mengungsi di negara sendiri jumlahnya jauh lebih besar. Tahun 2013 misalnya, 16,7 juta orang mengungsi ke negara lain, sedangkan 33,3 juta orang mengungsi di negara sendiri. Grafik: jumlah pengungsi intern di beberapa negara.
Tidak Tinggal di Kamp Pengungsi
Secara umum pengungsi sering dianggap tinggal di kamp pengungsi. Sebenarnya, lebih dari dua pertiga pengungsi tinggal di luar kamp pengungsi. Mereka bermukim di kota-kota atau desa-desa, dan kerap di apartemen kecil yang penuh sesak karena digunakan beberapa keluarga. Foto: seorang perempuan dan anak-anaknya yang mengungsi dari Sudan Selatan di kamp pengungsi Kule, Ethiopia.
Foto: Getty Images/AFP/Z. Abubeker
Separuhnya Anak-Anak
Sekitar 46% dari pengungsi sedunia adalah anak-anak. Mereka terpaksa berhenti sekolah. Oleh sebab itu, UNHCR dan International Rescue Committee prioritaskan pendidikan. Sayangnya, sebagian anak tidak diizinkan orang tuanya bersekolah, karena harus membantu keluarga atau menjaga adik. Foto: Seorang ibu warga Suriah memeluk anak perempuannya setelah tiba di pulau Lesbos, Yunani.
Foto: Getty Images/AFP/L. Gouliamaki
Korban Penyiksaan
Sekitar 35% pengungsi di dunia adalah orang-orang yang selamat dari penyiksaan. Selain harus mengatasi cedera fisik, mereka kerap mengalami cedera mental akibat trauma. Ini menyebabkan penyembuhan sangat sulit, terutama selama masih dalam pengungsian.
Foto: JAMES LAWLER DUGGAN/AFP/GettyImages
Mencari Tempat Pemukiman Jangka Panjang
Jika pengungsi tidak bisa kembali ke negara asal, dan tidak bisa menetap di negara tempat mereka mengajukan permintaan suaka, UNHCR berusaha mengalihkan mereka ke negara ketiga. Tetapi jumlahnya sedikit, hanya sekitar 1%. Amerika Serikat adalah negara yang paling banyak menerima pengungsi, setelah dialihkan dari tempat mereka mengajukan suaka. Foto: pengungsi Rohingya di Aceh.