Ratko Mladic, mantan Jenderal Pasukan Serbia dinyatakan bersalah di Pengadilan Kejahatan Perang PBB di Den Haag. 100.000 orang warga muslim Bosnia dinyatakan tewas akibat peristiwa yang terjadi tahun 1992-1995 tersebut.
Iklan
Rabu (22/11), tiga hakim panel dari Pengadilan Internasional PBB untuk bekas Yugoslavia (ICTY) menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup kepada mantan Ratko Mladic. Vonis yang dijatuhkan tersebut didasarkan pada 10 dari 11 tuduhan yang diarahkan kepada mantan pimpinan tentara Serbia tersebut.
Hakim secara detail memaparkan pembunuhan, pemukulan, pemerkosaan dan bentuk kejahatan lainnya, yang sebagian besar terjadi atas perintah atau disaksikan langsung oleh Mladic selama Perang Bosnia yang menyebabkan 100.000 orang tewas dan 2,2 juta orang mengungsi.
"Karena telah melakukan kejahatan tersebut, maka majelis hakim menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup kepada Ratko Mladic," ujar hakim Alphons Orie.
Warga muslim Bosnia menyambut bahagia keputusan hakim yang dianggap menjawab penantian panjang mereka atas keadilan perang yang terjadi dua dekade lalu. "Terima kasih Tuhan! Demi putra-putra kami! Saya bahagia bahwa keadilan bisa ditegakkan," sorak Nedziba Salihovic, yang kehilangan suami, ayah dan putranya di Srebrenica.
Sang Terdakwa, Mladic memperlihatkan reaksi yang berbeda. Ia mengamuk marah dan menolak dinyatakan bersalah atas kejahatan yang terjadi tahun 1995 di Srebrenica. "Ini semua adalah bohong, Anda semua adalah pembohong," seru pria berusia 75 tahun tersebut sebelum dikeluarkan dari ruang persidangan.
Genosida di Srebenica
Hakim berketetapan pembunuhan atas sekitar 8000 warga Muslim Bosnia di Sribenica adalah bentuk genosida. Mladic dituduh "secara permanen menghilangkan" Muslim Bosnia dan Kroasia lewat upaya pembersihan etnis.
Puncak pembersihan etnis di bawah pimpinan Jenderal Mladic mencapai puncaknya pada Juli 1995. Saat itu, tentara Bosnia menyerbu kota Srebrenica. 25.000 warga berada dalam perlindungan tentara perdamaian PBB dari Belanda. Tentara PBB yang kalah jumlah dikabarkan tak mampu menghalangi tentara Serbia yang seketika membantai 2.000 pria dan remaja. Sekitar 6.000 orang lainnya terbunuh ketika mencoba melarikan diri ke hutan di sekitar kota. 30.000 anak dan perempuan juga diusir dari tempat tinggal mereka.
Peristiwa tersebut dianggap sebagai pembantaian terburuk yang terjadi di Eropa setelah peristiwa Holocaust Yahudi. Selain pembantaian di Srebrenica, Mladic dianggap turut bertanggung jawab atas tewasnya sekitar 10.000 warga ketika tentara mengepung ibu kota Bosnia, Sarajevo, selama 43 bulan.
Mengenang Orang yang Hilang di Bosnia
Sejak berakhirnya perang Bosnia 20 tahun lalu, tercatat sekitar 12.000 orang hilang. Sejak itu pula, seorang pria masih terus mencari keberadaan keluarganya.
Foto: Armin Smailovic
Penguburan massal
Sekitar 500 orang berkumpul untuk acara penguburan massal pada bulan Juli, sebelum mengubur sisa-sisa anggota keluarga mereka di kuburan lokal. Kali ini, jasad 23 orang telah diidentifikasi. Korban termuda berusia 18 tahun dan yang tertua berusia 72 tahun. Sisa-sisa tiga orang dari desa Zecovi juga dikuburkan.
Foto: Armin Smailovic
Saling tolong
"Lebih dari 20 tahun telah berlalu dan saya masih menunggu untuk mengubur ibu saya, saudara laki-laki saya dan saudara perempuan saya. Semakin lama saya menunggu untuk menemukannya, semakin sulit bagi saya dan keluarga saya. Penantian ikut membunuh kita," kata Z.B. Sisa-sisa tetangganya ditemukan di kota terdekat Prijedor. Z.B. juga ikut membantu penguburan.
Foto: Armin Smailovic
Semua ingin rekonsiliasi
Telepon Z.B. berdering siang dan malam. "Saya bertanggung jawab untuk mengatur upacara. Semakin sedikit waktu untuk berpikir, semakin mudah bagi saya," katanya. Tahun ini, perwakilan dari berbagai kelompok etnis akan menghadiri pemakaman tersebut. "Ini adalah langkah besar bagi kota ini, inilah kehidupan bersama, inilah rekonsiliasi yang kita semua inginkan."
Foto: Armin Smailovic
Mengenang mereka yang hilang
Putra bungsunya yang berusia 7 tahun mengunjungi pameran "Tidak Bersalah" oleh pelukis Mensur Beslagic dari Bosnia-Herzegovinia. Di sebelah kiri ada potret sepupu Z.B., yang baru berusia 6 tahun saat dia dibunuh.
Foto: Armin Smailovic
Satu-satunya penyintas
Z.B. adalah satu-satunya yang hidup dalam Pembantaian Zecovi 25 Juli 1992. Dia berusia 14 tahun saat pasukan Serbia membunuh 29 wanita dan anak-anak. Di antaranya ibunya, dua saudara laki-laki dan dua saudara perempuannya. Tetangganya di Serbia menyembunyikan dia selama delapan hari. Kemudian, dia pergi ke Jerman bersama ayah dan saudara laki-lakinya dan kembali tahun 2000.
Foto: Armin Smailovic
Foto kenangan
Gambar di sebelah kiri menunjukkan ibu dan saudara perempuannya dan di kanan, saudara laki-lakinya. Mereka semua masih dianggap hilang. "Saya mendapat fotonya dari seorang teman di desa. Kalau tidak ada foto ini, saya tidak punya apa-apa. Hanya itu yang tersisa - hanya gambar kenangan ini."
Foto: Armin Smailovic
Kesulitan mengidentifikasi mayat
Sisa-sisa dari 2.325 orang yang dibunuh di wilayah itu tersebar di 450 tempat yang berbeda. Seringkali, mayat orang-orang yang dibunuh ditemukan beberapa kilometer dari tempat mereka tinggal. Ini membuat kerjasama lintas batas diperlukan untuk identifikasi. Jenazah dan barang-barang pribadi disimpan di kamar mayat di Sanski Most.
Foto: Armin Smailovic
Tidak banyak peninggalan
Pemerintah juga terlibat dalam proses penggalian. Tapi anggota keluarga korban, seperti Z.B., juga tetap melakukan penggalian sendiri untuk mencari peninggalan-peninggalan korban pembantaian.
Foto: Armin Smailovic
Masa kecil penuh trauma
"Kalau saya jalan-jalan di sini, saya teringat masa kecil yang penuh kekerasan," kata Z.B. ketika lewat di sebuah danau dekat Prijedor.
Foto: Armin Smailovic
9 foto1 | 9
"Penjagal Bosnia", Pahlawan Serbia
Pria yang dijuluki sebagai ‘penjagal Bosnia‘ tersebut bagi sebagian banyak orang tetap dianggap pahlawan Serbia. Kuasa hukum Mladic dalam pembelaannya menyebut perbuatan kliennya adalah upaya membela warga Serbia dari para pemimpin yang melakukan "jihad."
"Ratko Mladic bukan monster. Dia adalah prajurit yang berjuang melawan monster, yakni mesin perang Islam," ujar Branko Lunic di akhir sidang yang telah berlangsung selama empat tahun tersebut.
Putra Mladic beranggapan bahwa keputusan pengadilan PBB tersebut sebagai ”propagranda perang." Lewat kuasa hukumnya, Mladic mengaku tidak bersalah dan akan mengajukan upaya pembelaan hukum atas keputusan hakim tersebut. "Ayah saya bukanlah moster seperti yang digambarkan dalam sejarah. Seperti yang Anda ketahui, sejarah ditulis oleh para pemenang,” katanya.
Sementara itu, Kepala Urusan HAM PBB, Zeid Ra'ad Al Hussein mengapresiasi hasil pengadilan di Den Haag. "Mladic adalah lambang kejahatan, dan vonis atas Mladic adalah lambang bagaimana keadilan internasional dapat ditegakkan," ujar Al Hussein seperti dikutip dari Reuters, "Keputusan hari ini menjadi bentuk peringatan bagi para pelaku yang melakukan kejahatan demikian bahwa mereka tidak bisa menghindari keadilan, tak peduli seberapa berkuasa mereka dan selama apapun waktu yang dibutuhkan."
Sebelum akhirnya menjalani persidangan, Mladic sempat menjadi buron selama 15 tahun sebelum tertangkap Mei 2011. Persidangan kali ini adalah proses terakhir dan yang terpenting pada persidangan PBB sejak dibentuk 23 tahun lalu untuk mengatasi kejahatan perang yang terjadi di kawasan Balkan pada tahun 1990-an. Sebanyak 161 orang dari berbagai profesi menjadi terdakwa. 83 orang diantaranya telah divonis, termasuk rekan Mladic, Radovan Karadzic yang dijatuhi hukuman 40 tahun penjara, Maret 2016 lalu.
Intervensi NATO terhadap Serbia
Pemboman atas Serbia yang dilakukan NATO mengakhiri kekerasan pasukan Serbia terhadap warga Albania di Kosovo. Tapi perang tanpa mandat PBB ini masih timbulkan kontroversi.
Foto: picture-alliance/dpa
Sisa-Sisa Perang
Konflik Kosovo menajam akhir 1990-an. Puluhan ribu orang mengungsi. Ketika semua upaya pendamaian wilayah itu gagal, NATO memulai serangan udara 24 Maret 1999 atas basis militer Serbia dan sasaran strategis lain. Setelah perang 11 pekan, penguasa Serbia Slobodan Milošević akhirnya menyerah.
Foto: Eric Feferberg/AFP/GettyImages
Perlawanan Damai Gagal
Pertengahan 1980-an di Kosovo aksi protes sudah dimulai terhadap upaya Beograd, untuk mengurangi hak-hak penduduk mayoritas Albania. Tahun 1990-an tekanan semakin meningkat. Ibrahim Rugova, yang pimpin pergerakan politik Kosovo sejak 1989 bertekad lakukan perlawanan damai dan berusaha gerakkan Slobodan Milošević untuk ubah sikap. Ia tidak berhasil.
Foto: picture-alliance/dpa
Perang Gerilya Bersenjata
Di Kosovo perlawanan bersenjata terbentuk. Pasukan pembebasan UÇK memulai perang gerilya yang kejam. Mereka laksanakan serangan terhadap Serbia, tapi juga warga Albania, yang mereka anggap bersekongkol dengan Serbia. Terhadap aksi teror itu Serbia bereaksi. Rumah dibakar dan toko dirampok. Ratusan ribu orang melarikan diri.
Foto: picture-alliance/dpa
Pengusiran Sistematis
Perang tambah brutal. Untuk patahkan perlawanan UÇK dan dukungan dari masyarakat, pasukan Serbia semakin menindak warga sipil. Banyak orang lari ke hutan-hutan. Ribuan warga Kosovo juga dibawa dengan kereta dan truk ke daerah perbatasan, tanpa memiliki paspor atau dokumen yang membuktikan bahwa mereka berasal dari Kosovo. .
Foto: picture-alliance/dpa
Upaya Penengahan Terakhir
AS, Perancis, Inggris, Rusia dan Jerman menyerukan pihak-pihak yang bermusuhan Februari 1999 untuk ikut konferensi di Rambouillet untuk mencapai kesepakatan otonomi bagi Kosovo. Pihak Kosovo menerima, tapi Serbia tidak mau berkompromi. Perundingan gagal.
Foto: picture-alliance/dpa
"Intervensi Kemanusiaan"
24 Maret 1999 NATO mulai membom sasaran militer dan strategis di Serbia dan Kosovo, untuk menghentikan kekerasan terhadap warga Albania. Jerman juga ikut serangan. Operasi "Allied Force" (kekuatan aliansi) adalah perang pertama NATO dalam sejarah 50 tahunnya, dan tanpa dukungan Dewan Keamanan PBB. Rusia mengutuk intervensi tersebut.
Foto: U.S. Navy/Getty Images
Infrastruktur Hancur
Di samping serangan terhadap pangkalan militer, NATO juga memotong jalur pasokan, yaitu jaringan kereta api dan jembatan. Dalam 79 hari, aliansi militer itu melaksanakan 37.000 serangan udara. Di wilayah Serbia dijatuhkan 20.000 roket dan bom. Serangan juga menyebabkan banyak warga sipil tewas.
Foto: picture-alliance/dpa
Awan Beracun di Pančevo
Lokasi industri juga dibom. Di Pančevo, dekat Beograd bom NATO jatuh di pabrik kimia dan pupuk. Akibatnya, sejumlah besar zat beracun mengalir ke sungai, tersebar di udara dan menyerap ke tanah. Dampaknya besar bagi kesehatan masyarakat sekitar. Serbia juga tuduh NATO gunakan amunisi mengandung uranium.
Foto: picture-alliance/dpa
Perang terhadap Propaganda Perang
Untuk melumpuhkan instrumen propaganda terpenting milik Slobodan Milošević, NATO menyerang stasiun televisi negara di Beograd. Walaupun pemerintah Serbia segera mendapat pemberitahuan mengenainya, informasi tidak disebarluaskan. Akibat serangan 16 orang tewas.
Foto: picture-alliance/dpa
Bom Tidak Kena Sasaran
Di Kosovo sebuah bom NATO secara tidak sengaja mengenai jalur pengungsi. Akibatnya, diperkirakan 80 orang tewas. Itu disebut "collateral damage" oleh NATO. Demikian halnya dengan empat orang yang tewas akibat bom yang jatuh di kedutaan besar Cina di Beograd. Insiden itu sebabkan krisis diplomatik berat antara Beijing dan Washington.
Foto: Joel Robine/AFP/GettyImages
Neraca Mengerikan
Awal Juni, sinyal pertama datang dari Beograd, bahwa Slobodan Milošević bersedia berunding. NATO mengakhiri aksi pemboman tanggal 19 Juni. Neraca perang: ribuan orang tewas dan 860.000 pengungsi. Di Serbia ekonomi lumpuh sepenuhnya, sebagian besar infrastruktur hancur. Kosovo ditempatkan di bawah administrasi PBB.