1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pembebasan Sandera Asal Korea Selatan

30 Agustus 2007

Setelah ada negosiasi langsung antara wakil pemerintah Korea Selatan dan pihak Taliban, akhirnya para sandera di Afghanistan bisa pulang ke negaranya.

Warga Korea mengikuti berita pembebasan sandera
Warga Korea mengikuti berita pembebasan sanderaFoto: AP

Bagi para sandera dan keluarganya, yang mengalami masa penderitaan panjang yang dipenuhi ketidakpastian, ini tentu merupakan perkembangan menggembirakan. Namun tidak semua pihak setuju dengan perundingan langsung antara pemerintah sebuah negara dengan kelompok penyandera.

Harian Spanyol El Mundo menulis:

“Kegembiraan mengenai pembebasan para sandera asal Korea Selatan, yang diancam akan dibunuh, dibayangi oleh kenyataan bahwa akhirnya pemerintah Korea Selatan mengalah pada pemerasan. Dengan sikap itu, Korea Selatan menciptakan preseden baru. Misi semua negara yang berusaha menjamin perdamaian di Afghanistan sekarang makin berat. Para teroris mendapat motivasi tambahan untuk menculik warga asing. Pemerintah negara-negara yang warganya jadi korban penculikan menghadapi dilema. Opini publik bisa menuntut agar nyawa warganya diprioritaskan lebih penting daripada misi perdamaian.“

Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung berkomentar:

„Seoul sadar, bahwa Amerika Serikat sebagaimana juga pemerintah di Kabul tidak akan melakukan kompromi untuk menyelesaikan drama penyanderaan, dan cenderung mengerahkan kekuatan aparat keamanan daripada melakukan perundingan. Karena ada kekhawatiran setiap kompromi terhadap tuntutan Talibat akan menciptakan preseden berbahaya. Satu-satunya pengalaman berharga dari drama penculikan ini mungkin adalah kenyataan bahwa drama ini mengakhiri misi-misi amatir yang meragukan yang dilakukan sekte-sekte dari Korea Selatan di Afghanistan.“

Harian Swiss lainnya, Tages Anzeiger menulis:

„Menarik kesimpulan dari berakhirnya drama penyanderaan ini untuk kasus-kasus penyanderaan lain, adalah tindakan salah. Pemerintah Korea Selatan tidak punya kekuatan untuk memaksa Taliban membebaskan sanderanya. Penarikan pasukan Korea dari Afghanistan memang sudah direncanakan sejak lama. Terutama bagi sandera Jerman yang masih berada dalam penyekapan Taliban, situasinya tidak menjadi lebih baik.“

Harian Jerman Leipziger Volkszeitung berkomentar:

„Untuk pertama kalinya ada pemerintah dari satu negara yang menempatkan serdadu di Afghnaistan berunding langsung dengan Taliban. Siapa yang sekarang mengecam pemerintah Korea Selatan dengan tudingan, mereka membuka pintu bagi Taliban kembali ke tampuk kekuasaan, tidak paham situasi sebenarnya. Pertama, Taliban sudah lama merupakan satu faktor kekuatan di kawasan itu. Secara etis, tindakan tidak mengindahkan Taliban bisa dibenarkan, tapi secara politis sikap seperti ini tidak membantu. Kedua, bisnis penculikan bukan penyebab kekalutan di Afghanistan, tapi ini hanya simptom dan cermin pendekatan internasional yang gagal.“