Pemberontak Kuasai Sejumlah Kawasan di Tripoli
22 Agustus 2011Sekitar setengah tahun setelah dimulainya perlawanan terhadap penguasa Libya Muammar Gaddafi, pertempuran memperebutkan ibukota Tripoli telah dimulai. Ribuan pemberontak mengepung kota, tempat markas besar diktator Gaddafi. Menurut keterangan sendiri, pinggiran kota bagian timur telah dikuasai pemberontak. Saat bergerak memasuki Tripolis, pemberontak mendapat dukungan dari NATO yang menggempur berbagai posisi pasukan pemerintah. Sementara itu, pemimpin pemberontak mengklaim telah menangkap tiga putra Gaddafi, Seif al-Islam, Al-Saadi dan Mohammed al-Gaddafi. Pemerintah Libya dilaporkan telah menawarkan perundingan segera.
Sebelumnya, hari Minggu sore (21/8) jurubicara pemerintahan Libya melakukan pertemuan dengan segelintir wartawan yang masih berada di Tripoli. Moussa Ibrahim menuding pemberontak melakukan eksekusi semena-mena, penjarahan dan perkosaan di kota-kota yang pada hari-hari terakhir mereka kuasai. Ia menuduh NATO bertanggung jawab atas semua ini karena telah membantu pemberontak untuk dapat menerobos ke kota-kota itu, sehingga mereka dapat melakukan kejahatan tersebut. Ibrahim terutama menuding pemimpin pemerintahan AS, Inggris dan Perancis: „Setiap tetesan darah rakyat Libya yang ditumpahkan pemberontak, merupakan tanggung jawab pemerintah barat, terutama negara anggota NATO. Karena itu, tuan Obama, Cameron dan Sarkozy lah yang bertanggung jawab secara moral terhadap setiap orang yang tewas di negeri ini."
Pemberontak yakin akan rebut Tripoli
Ibrahim sama sekali tidak menyinggung kemungkinan pengungsian Gaddafi. Ia hanya menegaskan bahwa agenda politik tidak tergantung pada isu apakah seseorang mengungsi atau tidak. Pernyataan Ibrahim pada jumpa pers itu tampaknya ditandai dengan pandangan pribadinya: „Hampir 15 tahun saya habiskan untuk mengenyam pendidikan di Inggris. Saya tadinya mengira mengenal inti peradaban barat. Tetapi dalam konflik ini saya mengenali sisi barat yang lain, sisi yang hanya bisa saya temukan di buku-buku sejarah. Barat dengan lumuran darah, penghancuran, pembunuhan dan pendudukan. Barat yang tidak punya hati dan perasaan."
Banyak jurnalis mendapat kesan, seakan itu merupakan kata-kata perpisahan Ibrahim. Sementara itu, Mustafa Abdel Jalil, jurubicara Dewan Transisi Pemberontak dalam wawancaranya dengan stasiun televisi Al Arabiya mengumumkan bahwa para pemberontak terus maju untuk merebut ibukota Tripoli, oleh sebab itu ia menyarankan pendukung Gaddafi untuk tidak lagi berjuang untuk penguasa Libya itu dan agar menyerahkan senjatanya, tidak keluar rumah atau mendukung pemberontak. Ia mengatakan, saat yang menentukan kini tiba.
Khawatir Gaddafi akan ubah
Sementara itu pertempuran di
Editor: Carissa Paramita