Pemberontak Suriah Tuding Militer Gunakan Senjata Kimia
3 Agustus 2016
Pemberontak Suriah melaporkan puluhan korban sipil menderita gangguan pernafasan lantaran serangan gas klor oleh pasukan pemerintah. Sebaliknya Damaskus menuding tentara pemberontak lah yang menggunakan senjata kimia.
Iklan
Pemberontak Suriah menuding pasukan pemerintah menggunakan gas beracun dalam serangan udara terhadap warga sipil di barat daya Aleppo. Militer sebaliknya membantah tuduhan tersebut dan sebaliknya menyebut pemberontak lah yang menggunakan senjata kimia.
Sebuah sumber dari tentara pemberontak mengunggah video yang menampilkan penduduk sipil sedang dirawat akibat serangan gas. Tapi video tersebut tidak membuktikan apakah serangan senjata kimia berasal dari pemerintah.
Saling tuding antara kedua pihak berlangsung di tengah pertempuran sengit di kota Aleppo. Kota terbesar kedua di Suriah yang dikuasai kaum pemberontak itu sejak beberapa bulan dikepung oleh pasukan pemerintah.
Serangan senjata kimia juga dilaporkan terjadi di kota Saraqib, sekitar 40 kilometer dari Aleppo. Tenaga medis mengklaim sejumlah penduduk menderita gangguan pernafasan akut yang diduga akibat terpapas gas klor.
Seorang pakar neurologi lokal, Dr. Ibrahim Assad, mengatakan dirinya menerima hingga 29 pasien pada Senin malam (1/8). Kebanyakan anak-anak dan perempuan. Semua pasien menderita gangguan pernafasan, mata merah dan batuk, kata Assad.
Sang dokter mengatakan setelah merawat pasien ia bergegas ke lokasi bom yang jatuh di dekat pusat perbelanjaan dan mencium bau gas. Pemberontak dan aktivis kemanusiaan Suriah sebelumnya pernah melaporkan serangan gas klor di kota tersebut.
Namun tidak adanya laboratorium kimia atau pemantau independen membuat klaim itu sulit dibuktikan. Pemerintah sendiri membantah melancarkan serangan gas klor di Saraqib atau Aleppo.
Sementara media pemerintah melaporkan lima orang meninggal dunia dan delapan lain mengalami gangguan pernafasan setelah sebuah peluru artileri berisikan gas beracun milik kelompok pemberontak menghantam kawasan kota tua di Aleppo.
Pertempuran di kota tersebut saat ini tengah memanas menyusul upaya kelompok pemberontak dan jihadis Islam buat menerobos kepungan militer untuk membuka jalur logistik. Perserikatan Bangsa-bangsa mengatakan manuver pemerintah turut menjebak 300.000 warga sipil Aleppo tanpa pasokan makanan atau obat-obatan.
Inilah Aktor Utama Perang Suriah
Konstelasi konflik Suriah kini makin rumit. Perang dipicu ketidakpuasan rakyat atas rezim di Damaskus. Tapi di belakang layar juga ada negara lain yang ikut terlibat, baik yang punya kepentingan atau tunggangi konflik.
Foto: picture alliance/AP Photo/A. Kots
Bashar al Assad
Presiden Suriah ini bersama rezim di Damaskus adalah penyebab utama pecahnya perang saudara yang dimulai 2011. Rakyat yang tak puas atas kepemimpinannya 4 tahun silam menggelar berbagai aksi protes yang dijawab dengan tembakan peluru tajam. Sumbu peledak perang adalah tewasnya beberapa remaja yang menggambar grafiti anti Assad di tahanan aparat keamanan.
Foto: AP
Pemberontak Suriah
Mereka menamakan diri kelompok oposisi. Dalam kenyataanya mereka adalah kelompok militan yang punya berbagai agenda, dan kebetulan punya satu sasaran, yaitu menumbangkan rezim Bashar al Assad. Kelompok paling menonjol adalah Free Syrian Army, serta Front al Nusra yang merupakan cabang al Qaida di Suriah. Akibat perang saudara, 300.000 tewas dan lebih 12 juta warga Suriah mengungsi.
Foto: Reuters
Islamic State (IS)
Walaupun baru muncul awal tahun 2014, IS merupakan kelompok bersenjata paling kuat dan ditakuti. Kelompok Sunni ini didukung pakar militer bekas pasukan elit Saddam Hussein dari Irak. Anggotanya berdatangan dari berbagai negara Eropa. Kebanyakan anak muda, militan, radikal, dan punya keahlian di bidang militer maupun teknologi informatika. IS kini menguasai kawasan luas di Suriah dan Irak.
Foto: picture-alliance/Balkis Press
Arab Saudi
Merupakan negara pendukung kelompok pemberontak Sunni di Suriah. Arab Saudi terutama ingin menumbangkan rezim Assad dan meredam hegemoni penunjang kekuasaanya, yaitu Iran. Mereka sekaligus juga memerangi IS agar tidak semakin kuat. Riyadh punya kepentingan agar Suriah tidak runtuh, yang akan menyeret Libanon dan Irak serta seluruh kawasan ke situasi chaos.
Foto: picture-alliance/AP/Manish Swarup
Iran
Sebagai negara pelindung kaum Syiah, Iran mendukung milisi Hisbullah di Libanon yang bertempur membela rezim Al Assad. Iran juga mengirim tentara serta penasehat milternya ke Damaskus. Mula-mula kehadiran Iran tidak dianggap. Tapi perkembangan situasi menyebabkan pemain besar lainnya kini mulai merangkul pemerintah di Teheran untuk solusi krisis Suriah.
Foto: AP
Turki
Ankara takut terbentuknya negara Kurdistan di Suriah. Karena itu dengan segala cara hal ini hendak dicegah. Turki juga "melatih" pemberontak Suriah dengan dibantu biaya AS. Presiden Recep Tayyip Erdogan juga berseteru dengan Assad. Selain itu kaum Kurdi di Irak juga makin kuat karena mendapat dukungan Iran. Inilah yang membuat Turki mengerahkan militernya ke perbatasan atau melewatinya.
Foto: AP
Amerika Serikat
Keterlibatan Washington di kawasan dimulai 2003 dengan tumbangkan penguasa Irak, Saddam Hussein. Vakum kekuasaan picu runtuhnya Irak dan destabilisasi keamanan hingga ke Suriah. Kondisi ini yang juga ciptakan Islamic State (IS) yang mampu kuasai kawasan luas di Irak dan Suriah. AS juga membiayai pelatihan pemberontak "moderat" dengan dana 500 juta US Dolar, sebagian menyeberang ke Al Qaida.
Moskow dikenal sebagai pendukung rezim di Damaskus. Akhir 2015 Rusia memutuskan lancarkan serangan udara terhadap IS. Operasi militer ini memicu kecaman di kalangan NATO. AS dan Turki mengklaim serangan udara Rusia ditujukan ke kelompok pemberontak anti Assad. Insiden penembakan jet Rusia oleh militer Turki makin panaskan situasi.