1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pembicaraan Nuklir Korea Utara di Singapura

24 Juli 2008

Pertemuan menteri luar negeri enam negara yang menegosiasi program nuklir Korea Utara berlangsung di Singapura. Ini pertemuan pertama di tingkat Menlu sejak 2003 digulirkannya perundingan enam negara.

Dari kiri ke kanan: Menlu Rusia, Sergei Lavrov; Menlu Korea Selatan, Yu Myung-hwan; Menlu AS, Condoleezza Rice; Menlu Cina, Yang Jeichi; Menlu Korea Utara Pak Ui-chun dan Menlu Jepang, Masahiko Komura sebelum pertemuan informal di sela Forum Regional ASEAN di SingapuraFoto: AP

Beberapa jam sebelum Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Condoleezza Rice bertemu dengan diplomat papan atas Korea Utara, pemerintah di Pyongyang menegaskan telah memenuhi semua komitmen yang disepakati dalam perundingan nuklir dengan enam negara. Pyongyang menuntut agar Washington tidak lagi menjalankan politik yang bermusuhan terhadap pemerintahan Korea Utara.

Bulan Juni lalu Korea Utara menyampaikan laporan pemusnahan arsenal dan instalasi nuklir. Sebagai imbalan, negara itu menerima bantuan pasokan minyak dan gas bumi dari negara mitra rundingnya. Selain itu, Presiden Amerika George W Bush meluncurkan proses 45 hari guna mengeluarkan Korea Utara dari daftar negara lawan.

Menlu AS Condoleeza Rice bertemu dengan Menteri Luar Negeri Pak Ui Chun, hari Rabu (23/07) di Singapura. Ini merupakan pertemuan tingkat tertinggi antara Amerika Serikat dan Korea Utara sejak empat tahun terakhir. Pertemuan bersama menteri luar negri enam negara yang terlibat negosiasi nuklir Korea Utara itu berlangsung terpisah disela-sela petemuan para menteri Luar Negeri ASEAN. Namun sebelumnya, Rice menemui para diplomat tertinggi masing-masing negara.

Bersamaan dengan itu, Jepang menyerukan agar keenam negara meneguhkan komitmennya dan menyorot kemungkinan verifikasi deklarasi nuklir Pyongyang. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Jepang, Kazuo Kodama mengatakan kepada pers, bahwa Jepang berharap para menteri luar negeri meniupkan angin baru dalam pembicaraan dan ke enam partisipan diharapkan sudah dapat menentukan persyaratan dan patokan-patokan proses pemeriksaan.

12 Juli lalu, Pyongyang telah sepakat untuk sampai akhir Oktober, menghentikan seluruh produksi senjata nuklir dan membuka kesempatan inspeksi. Namun sampai kini, Korea Utara masih belum menyetujui mekanisme pemeriksaan yang ditawarkan. Demikian Kodama. Sebelumnya Menteri Luar Negeri Jepang, Masahiko Komura sempat mengingatkan bahwa hingga saat ini belum ada kemungkinan verifikasi laporan itu. Hal ini dikatakannya kepada Menteri Luar Negeri Cina dalam rangka meminta Cina menunjukan kepemimpinan dalam soal ini.

Sementara Menlu AS, Condoleeza Rice juga menyatakan akan mendesak Menlu Korut Pak Ui-chun untuk mendapatkan rincian mekanisme pemeriksaan laporan Pyongyang. Menurut Ketua Juru Runding Amerika Serikat, Christopher Hill, hal ini akan memberikan indikasi sejauh apa upaya Korea Utara mempersiapkan protokol itu. Christopher Hill, yang mendampingingi Rice, mengatakan bahwa sebuah rancangan empat halaman sudah disebarkan. Ia berharap, butir-butir yang tertera dapat disepakati pertengahan Agustus mendatang. (ek)