Serangan pemboman yang dilancarkan koalisi ke posisi Islamic State terbukti tidak menyurutkan minat calon "jihadis" untuk bergabung dengan organisasi teror itu. IS kini memiliki kekuatan lebih 20.000 milisi.
Iklan
Minat generasi muda calon "jihadis" untuk bergabung dengan organisasi teror Islamic State di Suriah atau Irak terlihat tidak surut akibat gempuran dari udara ke posisi para teroris itu. "Islamic State kini memiliki kekuatan 20.000 milisi yang berasal dari 90 negara. Lebih 3.400 diantaranya berasal dari negara-negara barat, terutama Perancis, Inggris, Jerman dan Belanda", ujar sebuah laporan intelijen Amerika Serikat yang dilansir Rabu (11/2).
Jumlah milisi ISIS itu mengalami peningkatan dibanding laporan bulan Januari yang menaksir sekitar 19.000 anggota ISIS. "Bahkan sekitar 150 remaja warga Amerika Serikat diperkirakan telah bergabung atau sedang dalam perjalanan menuju markas IS di Suriah dan Irak", ujar direktur pusat anti terorisme AS, Nick Rasmussen.
Lebih jauh dilaporkan, sejumlah kecil calon jihadis AS berhasil ditangkap saat berusaha masuk ke Suriah atau Irak dan sebagian milisi telah tewas dalam pertempuran. Komite keamanan dalam negeri AS juga mengkhawatirkan, sejumlah eks jihadis telah kembali ke negara asalnya dan siap melancarkan serangan teror. Aksi pembunuhan redaksi Charlie Hebdo di Paris adalah contohnya.
Bukan Jumlah Anggota yang Jadikan IS Kuat
Melihat aksi Islamic State, banyak orang heran tentang bagaimana kelompok jihad kecil itu bisa merajalela.
Foto: picture alliance / AP Photo
Kekuatan IS kecil
Kelompok jihadi itu masih relatif merupakan kekuatan kecil dan kekuatannya tidak terletak dalam jumlah. Berikut alasan yang diidentifikasi oleh para ahli militer mengenai kenapa IS sukses.
Foto: Imago/Xinhua
Punya senjata baru
Islamic State menggunakan peralatan militer yang mereka rebut dari para musuh yang mereka taklukkan, termasuk tank-tank, Humvees, rudal dan berbagai senjata berat lainnya. Sejumlah perlengkapan, sebagian besar buatan Amerika, yang ditinggal kabur pasukan Irak yang melarikan diri ketika para jihadis meluncurkan serangan pertama mereka lebih dari dua bulan lalu, telah mengubah kemampuan IS.
Foto: picture alliance/AP Photo
Pengalaman Suriah
IS telah lama memiliki pijakan di Irak – yang bahkan menjadi tempat inkarnasi pertama kelahiran kelompok itu pada 2004 – namun apa yang membuat mereka kuat seperti hari ini adalah berkat pertempuran di negara tetangga Suriah. Mereka telah memerangi rezim Suriah dan kelompok pemberontak saingannya sejak 2011, kelihatan tidak takut mati dan mengadopsi taktik yang sangat agresif.
Foto: picture alliance/AP Photo
Memilih perang dengan cerdik
IS telah memilih perang dengan kecerdikan yang tajam, mefokuskan diri pada wilayah-wilayah Sunni di mana mereka bisa mendapatkan dukungan, infrastruktur-infrastruktur kunci atau tempat-tempat yang tidak dijaga dengan baik, serta pada saat bersamaan menghindari kekalahan yang tidak perlu untuk tetap memelihara momentum dan kesatuan di dalam organisasi.
Foto: Reuters
Propaganda efektif
IS menggunakan faktor ketakutan untuk menaklukkan seluruh kota tanpa perlawanan. Mereka menggunggah berbagai foto mengerikan orang-orang yang dipenggal dan dimutilasi, untuk merekrut dan meradikalisasi anak muda dan pada saat bersamaan membuat musuh ketakutan.
Foto: picture-alliance/dpa
Musuh yang lemah
Satu-satunya faktor tunggal terbesar yang membuat para jihadis itu kelihatan kuat adalah lemahnya para lawan mereka. “Angkatan bersenjata Kurdi relatif baik menurut standar Irak, tapi mereka betul-betul prajurit infantri yang “ringan”. Mereka yang berpengalaman memerangi Saddam Hussein telah pergi dan digantikan oleh orang-orang yang lebih muda,” kata Cordesman, mantan pejabat pertahanan AS.
Foto: Reuters
6 foto1 | 6
Lagi sandera dibunuh
Sementara itu presiden AS Barack Obama mengumumkan (10/2) bahwa sandera perempuan warga AS, Kayla Jean Mueller dipastikan telah tewas. Mueller ditangkap ISIS Agustus 2013 di Aleppo, kota yang tercabik perang di Suriah.
Islamic State pekan lalu menyatakan, Mueller tewas akibat sebuah serangan udara koalisi di Raqah. Namun, pemerintah di Washington tidak mempercayai keterangan organisasi teror tersebut, karena di saat serangan udara tidak dilaporkan adanya korban tewas dari kalangan sipil.
Terkait dengan perang melawan milisi Islamic State di Suriah dan Irak, Gedung Putih mengajukan sebuah proposal (10/2) ke Kongres, untuk memberi mandat kepada militer Amerika untuk menumpas teroris ISIS untuk kurun 3 tahun ke depan. Juga serangan udara koalisi ke posisi IS di Suriha dan Irak terus dilancarkan.