1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pembrantasan terorisme internasional / Pengunduran diri Tung Chee-Hwa

11 Maret 2005

Masalah pembrantasan terorisme internasional mencuat sehubungan dengan peringatan satu tahun serangan teror di Madrid, dan pengunduran diri Perdana Menteri Hongkong Tung Chee-Hwa disoroti media massa internasional.

Monumen bagi para korban aksi teror 11 Maret di Madrid
Monumen bagi para korban aksi teror 11 Maret di MadridFoto: AP

Harian konservatif Norwegia Aftenposten yang terbit di Oslo menanggapi masalah memerangi terorisme internasional , setahun setelah serangan bom yang terjadi secara beruntun terhadap beberapa kereta api antar kota di Madrid, Spanyol:

Setahun telah berlalu, sejak terjadinya aksi teror terbesar di Eropa yang menewaskan 191 orang dan melukai 1400 orang lainnya. Peristiwa itu membuktikan Eropa seperti AS terancam serangan teror. Berbeda dengan di AS , dimana setelah serangan 11 September 2001 , pola pikir warga di sana berubah, mentalitas warga Eropa tidak banyak berobah. Menurut koordinator UE untuk pembrantasan terorisme Gijs de Vries, ancaman teror di Eropa masih tinggi. Kerjasama harus ditingkatkan agar memperluas kemungkinan bertindak polisi sesuai dengan hak dasar warga. Namun kemajuan penting baru akan tercapai, bila AS dan Eropa dapat mengkoordinasikan kebijakan politiknya.

Juga harian Belanda Volkskrant yang terbit Den Haag berkomentar bahwa belum ada kebersamaan sikap di Eropa untuk melawan terorisme:

Tak lama setelah serangan 11 Maret di Madrid, pejabat asal Belanda Gijs de Vries diangkat sebagai ‚raja anti-teror‘ di UE. Namun ia tidak punya staf yang ampuh. Negara-negara besar Eropa jarang mengambil tindakan bersama. Mereka lebih suka mengambil tindakan sendiri. Pemerintahan negara-negara UE membutuhkan waktu hampir satu tahun , untuk menyetujui pimpinan baru Europol . Mengenai markas Europol ini masih terus dipersengketakan. Italia ragu menyetujui perintah penahanan yang berlaku di seluruh Eropa. Semua itu menyedihkan , mengingat peristiwa yang mengguncang Eropa setahun yang lalu.

Suratkabar Austria Salzburger Nachrichten menganggap merahasiakan atau mengabaikan bahaya merupakan sikap yang sembrono:

Satu hal dapat ditarik sebagai pelajaran dari tragedi di Madrid. Benua Eropa bagi kaum fundamentalis menjadi medan perang Jihad. Wajar kalau aparat keamanan menguatirkan bahwa serangan maut di Madrid dapat terulang di ibukota lainnya di Eropa. Puluhan rencana dan aksi teror yang gagal di banyak negara Eropa, memperkuat kekuatiran itu. Merahasiakan bahaya itu terhadap warga, seperti yang berusaha dilakukan oleh mantan perdana menteri dari partai konservatif Spanyol, Aznar, adalah kesembronoan besar. Rakyat Spanyol harus membayar harga yang mahal untuk kebodohan itu.

Tema berikutnya : Hongkong.

Perdana menteri Hongkong yang tidak populer Tung Chee-Hwee hari Kamis (10/3) mengundurkan diri.

Harian Inggris Financial Times yang terbit di London berkomentar ......

Pengunduran diri Tung Chee-Hwa menunjukkan risiko yang dihadapi semua pemimpin otokrat. Bila tidak berhasil, merekalah yang dipersalahkan. Padahal dalam kasus Hongkong , Tung Chee-Hwa bukanlah penguasa tunggal. Kesalahan terletak pada majikannya di Beijing. Dukungan Beijing untuk UU keamanan yang sangat ketat dan keputusannya untuk memblokir proses demokratisasi di Hongkong, ikut membuat Tung tidak populer. Memang orang tergoda untuk meyakini bahwa pengunduran diri Tung sebelum waktunya pada tahun ketiga masa jabatan kedua, merupakan kemenangan bagi kaum aktivis pro-demokrasi yang beroposisi. Namun kebenarannya adalah Beijing telah menjatuhkkannya. Karena Beijing membutuhkan seseorang yang lebih efektif, dan bukan orang yang disukai oleh rakyat Hongkong.