1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pembunuh Dieksekusi Walau Korban Minta Ia Diampuni

Renata Permadi21 Juli 2011

Mark Stroman dieksekusi Rabu malam, setelah pengadilan menolak permohonan pengampunan dari seorang korban yang selamat dari aksi balas dendam Stroman terhadap muslim, beberapa hari setelah serangan 9/11.

Foto: BilderBox

Mark Stroman membunuh dua pria di Texas dan menyebabkan Rais Bhuiyan luka parah ketika ia menembaknya di wajah tahun 2001. Hampir 10 tahun kemudian, Bhuiyan berupaya mencegah hukuman mati bagi penyerangnya dengan menuntut Gubernur Texas Rick Perry dan Departemen Peradilan Pidana Texas.

Permintaan Bhuiyan untuk menghentikan eksekusi ditolak hakim federal AS beberapa jam sebelum Stroman tewas disuntik mati pada pukul 20.53 waktu setempat di Huntsville, Texas.

"Saya dalam kedamaian," kata Stroman dalam pernyataan terakhirnya. "Kebencian masih tetap ada di dunia ini dan itu harus dihentikan. Kebencian menyebabkan kepedihan seumur hidup. Tapi meskipun saya berbaring di sini, saya tetap dalam kedamaian."

Gambar simbol pelaksanaan hukuman mati dengan cara suntik di AS.Foto: AP Graphics

"Saya tak bisa berpikir jernih"

Sebelum serangan 11 September 2001 di AS, yang kerap disingkat 9/11, Stroman bekerja sebagai pemahat batu dan penggemar grup musik rock Lynyrd Skynyrd, kata pengacaranya, Lydia Brandt dalam permohonan banding terakhir. Tetapi setelah saudara perempuann diduga tewas dalam serangan 11 September, Stroman menjadi 'sangat emosional', diselimuti kedukaan yang dengan cepat digantikan oleh 'kemarahan'.

"Ia terobsesi dengan gagasan 'melawan' muslim yang menyerang Amerika", kata Brandt. Tetapi menurut Brandt, Stroman "tidak akan mengetahui perbedaan antara seorang Sikh dan Muslim, atau antara orang Arab dan Urdu."

Dalam posting terbaru di blog yang ia tulis selama di penjara, Stroman mengatakan serangan 9/11 mencetuskan sesuatu di dalam dirinya. "Katakanlah saya tidak bisa berpikir jernih lagi."

"Darimana Asalmu?"

Empat hari setelah serangan terhadap menara kembar WTC, Stroman membunuh korban pertamanya di Dallas. Waqar Hasan seorang muslim Pakistan, dan Stroman menembak ia tanpa bertanya apapun. Hasan tewas seketika.

Pada 21 September, Stroman mendatangi pompa bensin di kawasan Dallas, dimana Rais Bhuiyan bekerja sebagai kasir. "Darimana asal kamu?", tanya Stroman. Bingung ditanya seperti itu, Bhuiyan balas bertanya, "Maksud Anda?". Stroman membalas dengan tembakan ke arah wajah Bhuiyan menyebabkan pria Bangladesh itu luka parah. Tapi ia secara ajaib selamat, walau salah satu matanya buta.

Rais Bhuiyan, mengupayakan pengampunan bagi Stroman yang membutakan sebelah matanya.

Korban ketiga dan terakhir dari amukan Stroman adalah Vasudev Patel. Rekaman video menunjukkan Stroman mengacungkan pistol kaliber 44 kepada Patel di belakang meja kasir dan menuntut "Buka mesin kas atau saya bunuh kamu." Patel yang berusia 49 tahun, seorang Hindu, mencoba meraih senjatanya yang ia sembunyikan di bagian bawah, tetapi Stroman menembak tepat di dada. Ia pergi tanpa mengambil apapun dan ditangkap keesokan harinya.

"Kebencian harus dihentikan"

Untuk pembunuhan terhadap Patel lah, pengadilan Texas menjatuhkan hukuman mati kepada Stroman, April 2009.

Selama proses pengadilan, sesuai gambar yang ditunjukkan stasiun televisi CBS, Stroman tak ragu melambai-lambaikan bendera Amerika dan mengklaim anggota Aryan Brotherhood, sebuah kelompok yang mengagung-agungkan ras kulit putih.

Hampir 10 tahun kemudian, beberapa hari sebelum jadwal eksekusinya, The New York Times mewawancarai Stroman yang telah berubah.

Salah satu aksi protes menentang hukuman mati di AS.Foto: picture-alliance / dpa

"Kebencian harus dihentikan, kita semua hidup di dunia ini bersama-sama," kata Stroman keapda koran itu dalam edisi Selasa. "Kita butuh lebih banyak pengampunan dan pengertian dan lebih sedikit kebencian."

Stroman mengatakan ia tersentuh oleh Buiyan, yang ia sebut "pribadi yang menginsipirasi".


"Lihat ke depan"

Rais Bhuiyan memimpin upaya untuk menyelamatkan nyawa Stroman. Ia menciptakan situs internet worldwithouthate.org. Bhuiyan berkampanye agar hukuman mati terhadap Stroman dihentikan dan diubah menjadi penjara seumur hidup.

"Orang tua saya membesarkan saya dengan ahlak yang baik dan iman yang kuat. Mereka mengajarkan saya untuk berempati pada orang lain," kata Bhuiyan kepada the Times,

"Jika mereka menyakiti kamu, jangan mendendam, " kata dia. "Maafkan mereka. Lihat ke depan. Hasilnya akan baik untukmu dan mereka."

afp, rtr/ Renata Permadi

Editor: Hendra Pasuhuk