Pembunuhan Anak Gadis Setelah Diperkosa Ramai-ramai di India
13 Agustus 2021
Pemerkosaan beramai-ramai dan pembunuhan anak gadis berusia 9 tahun dari komunitas kasta rendah Dalit di India sekali lagi menunjukkan masalah kekerasan seksual yang merajalela di negara itu.
Iklan
Menurut pihak berwenang, gadis itu memberi tahu ibunya pada Minggu, 1 Agustus lalu, bahwa dia akan mengambil air dari krematorium dekat rumahnya di barat daya New Delhi. Sekitar 30 menit kemudian, kata polisi, pendeta krematorium menelepon sang ibu dan memberitahu bahwa putrinya mati tersengat listrik.
Keluarganya mengatakan, ketika anak gadis itu tidak kembali ke rumah, mereka pergi mencarinya. Sang ibu mengatakan dia melihat tubuh putrinya di lantai krematorium dengan memar di sekujur tubuhnya. Dia mengatakan imam krematorium dan tiga pria lain di sana mengancam dia agar tidak menelepon polisi.
Para tersangka kemudian membakar tubuh gadis itu di luar keinginan keluarga dan tanpa menghubungi pihak berwenang, kata polisi. Empat pria itu sekarang ditangkap atas tuduhan pemerkosaan, pembunuhan dan intimidasi kriminal.
Ini adalah kasus terbaru dari serangkaian kejahatan seksual yang brutal terhadap perempuan di India. Insiden mengerikan itu seperti adegan ulangan kasus pemerkosaan dan pembunuhan beramai-ramai tahun lalu terhadap seorang remaja Dalit di negara bagian Uttar Pradesh. Ketika itu, polisi bahkan secara paksa mengkremasi tubuh korban, meskipun ada protes dari keluarganya.
Kasta masih mendikte setiap segi kehidupan di India
Kelompok hak asasi manusia mengatakan, perempuan dari tingkat terendah dalam hierarki kasta Hindu - yang dikenal sebagai kaum Dalit - sangat rentan terhadap kekerasan seksual dan serangan lainnya.
Iklan
Mereka mengatakan, laki-laki dari kasta dominan sering menggunakan kekerasan seksual untuk mempertegas hierarki kasta dan dominasi mereka. Aktivis menerangkan, polisi sering gagal menyelidiki kejahatan semacam itu dan para penyintas dan keluarga korban harus berjuang keras untuk mendapatkan keadilan.
"Kasta masih mendikte setiap aspek kehidupan di India, dan kejahatan seperti di Delhi ini tidak lain adalah manifestasi dari kebenaran yang buruk dan malang ini. Bagian terburuknya adalah para pelaku lolos karena pengaruh politik," kata Beena Pallical, seorang aktivis dari Kampanye Nasional Hak Asasi Manusia Dalit, kepada DW.
Pembantaian Senyap Bayi Perempuan India
Seperlima dari 2,6 juta kasus keguguran kandungan di dunia terjadi di India. Fenomena itu dipicu oleh perilaku calon ibu yang gemar mengkonsumsi obat seleksi kelamin untuk mencegah kelahiran bayi perempuan
Foto: AP
Ketimpangan Gender
Seleksi kelamin dan aborsi selektif membuahkan rasio jender yang timpang di India. Menurut sensus penduduk teranyar 2011 silam, untuk setiap 1000 bocah laki-laki yang berusia hingga enam tahun, cuma terdapat 914 bocah perempuan. Di beberapa wilayah ketimpangannya bahkan lebih parah.
Foto: picture-alliance/dpa/M. F. Calvert
Hormon Pembunuh
Penggunaan obat seleksi kelamin alias SSD memicu tingginya angka keguguran kandungan. Obat-obatan yang dijual seharga 3 hingga 50 Dollar AS itu mengandung Phytoestrogens, sejenis hormon Estrogen, dalam dosis tinggi melewati batas aman. Menurut ilmuwan, hormon asing itu menggandakan potensi kerusakan dan gangguan pertumbuhan pada janin.
Foto: imago/Chromorange
Pertumbuhan Terhalang
SSD biasanya dikonsumsi selama masa kehamilan antara enam hingga sepuluh minggu ketika berbagai jenis organ pada janin mulai terbentuk. Gangguan pada masa kritis tersebut bisa berdampak fatal, terutama pada pertumbuhan organ reproduksi janin.
Foto: Getty Images/AFP/N. Nanu
Obsesi Jenis Kelamin
Diperkirakan sekitar 60% ibu di India yang memiliki anak pertama perempuan mengkonsumsi obat seleksi kelamin (SSD) untuk kandungan kedua. Menurut studi Public Health Foundation of India (PHFI), satu dari lima calon ibu yang mengkonsumsi SSD mengalami keguguran. Alasan yang sama berlaku buat seperempat ibu yang melahirkan bayi cacat.
Foto: Reuters/M. Mukherjee
Gendersida Mengakar
Studi PHFI juga menunjukkan penggunaan SSD tercatat pada calon ibu dari berbagai latar belakang perekonomian dan pendidikan. Fenomena tersebut tidak terbatas hanya pada masyarakat pedesaan saja. Sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal ilmiah Lancet 2011 silam mencatat hingga 12 juta janin perempuan digugurkan antara tahun 1980 dan 2010.
Foto: Reuters/M. Mukherjee
Hak Hidup Janin
Sejak tahun lalu Perdana Menteri Narendra Modi melancarkan kampanye nasional untuk memerangi seleksi kelamin janin. Pemerintah antara lain memperketat larangan aborsi selektif dan praktik diagnosa janin perempuan. Sejak itu aparat pemerintah telah melakukan 35 razia terhadap penjual SSD dan dokter dalam 17 bulan terakhir.
Foto: Getty Images/AFP/D. Sarkar
Stigma Sosial
“Angka permintaan terhadap bayi laki-laki di masyarakat sedemikian tinggi, sehingga hukum dan perundang-undangan tidak akan banyak mengubah situasinya. Orang akan selalu bisa menemukan cara," kata Dr. Varun Aora dari Institut Ilmu Kedokteran di Rohtak kepada Guardian. "Tidak ada yang bisa dilakukan buat mengubah cara berpikir orang," imbuhnya.
Foto: AP
Hantu Masa Lalu
Masyarakat India masih mengemban tradisi kuno yang memprioritaskan laki-laki. Struktur sosial juga cenderung merugikan kaum hawa. Pengantin perempuan misalnya harus membayar mahar kepada keluarga pria. Selain itu anak perempuan jarang mendapat warisan tanah, meski India telah menggariskan persamaan hak waris antara jender sejak tahun 2005. Sebab itu anak perempuan dinilai mahal dan merugikan.
Foto: AP
Timpang di Negeri Jiran
Selain India, Cina juga memiliki masalah serius seleksi jender. Sensus tahun 2014 menunjukkan terdapat 116 laki-laki untuk setiap 100 perempuan. Saat ini tercatat Cina memiliki 33 juta laki-laki lebih banyak ketimbang perempuan. Selain kebijakan satu anak, penyebab lainnya adalah struktur sosial yang kerap menganaktirikan perempuan.
Foto: Mark Ralston/AFP/Getty Images
9 foto1 | 9
Diskriminasi dan ketidakamanan yang meluas
Meskipun sudah ada undang-undang yang ketat melindungi kaum Dalit - seperti Undang-Undang Pencegahan Kekejaman Terhadap Kasta dan Suku Tertinggal - penegakan hukum masih terlalu lemah. Pembunuhan bermotif kasta, pengucilan sosial dan pelanggaran lainnya masih menjadi kejadian sehari-hari di India. Banyak kejahatan terhadap masyarakat bawah juga tidak dilaporkan.
Komisi Hak Asasi Manusia Nasional India mengatakan, kejahatan terhadap seorang Dalit terjadi setiap 18 menit di India, dan yang paling mengerikan rata-rata tiga wanita Dalit diperkosa dan dua wanita dibunuh setiap hari.
Sepanjang tahun 2019, tercatat ada lebih dari 32.000 kasus pemerkosaan - jadi rata-rataa hampir setiap empat jam ada satu kasus perkosaan. Para ahli mengatakan, angka sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi, karena stigma yang melekat pada pelanggaran seksual. Sepanjang tahun 2019, ada lebih dari 100.000 kasus penculikan perempuan, dalam sepertiga kasus itu tujuannya adalah memaksa perempuan untuk menikah.