Pembunuhan Khashoggi: "Ada Indikasi Kuat Keterlibatan MBS"
20 Juni 2019
Komisi Penyelidik Internasional PBB mengatakan, Jamal Khashoggi adalah "korban pembunuhan yang brutal". Pembunuhan itu "direncanakan dan dilakukan" oleh para pejabat Saudi.
Iklan
Pangeran Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) kembali berada dalam sorotan terkait kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi, yang sering mengeritik kebijakan keluarga kerajaan Arab Saudi.
Hal itu disampaikan pejabat khusus PBB untuk eksekusi di luar proses hukum Agnes Callamard pada hari Rabu (19/6) ketika merilis laporannya tentang pembunuhan tersebut.
Callamard mengatakan ada "bukti-bukti yang dapat dipercaya" bahwa pejabat tinggi Saudi terlibat dalam pembunuhan "yang direncanakan".
"Khashoggi telah menjadi korban dari eksekusi yang disengaja dan direncanakan sebelumnya, pembunuhan di luar proses hukum di mana negara Arab Saudi bertanggung jawab di bawah hukum HAM internasional," kata Callamard menyimpulkan hasil penyelidikan PBB selama enam bulan.
Agnes Callamard juga menyerukan "sanksi" terhadap putra mahkota Arab Saudi.
Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir menyebut laporan penyelidik PBB "bukan hal yang baru."
"Laporan pejabat di Dewan Hak Asasi Manusia jelas berisi kontradiksi dan tuduhan tidak berdasar yang mempertanyakan kredibilitasnya," tulis Adel al-Jubeir di Twitter.
Laporan PBB tersebut akan disampaikan secara resmi kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB, yang beranggotakan 47 negara termasuk Arab Saudi, pada 26 Juni mendatang.
Kasus 'Dingin dan Mengerikan'
Agnes Callamard yang memimpin penyelidikan internasional atas pembunuhan di konsulat Saudi di Istanbul mengunjungi Turki pada Februari lalu. Dia mengatakan bahwa penyidik Turki terhambat dalam penyelidikan mereka atas pembunuhan Khashoggi di Istanbul.
"Bukti yang dikumpulkan selama misi saya ke Turki menunjukkan bahwa Khashoggi adalah korban pembunuhan brutal dan terencana, yang direncanakan dan dilakukan oleh pejabat negara Arab Saudi," tandasnya.
Para penyelidik PBB tidak dapat menemukan jenazah Khashoggi, tetapi memiliki akses ke beberapa "rekaman audio yang mengerikan" yang diperoleh dari otoritas Turki, kata Callamard.
"Kurangnya transparansi"
Jamal Khashoggi adalah jurnalis yang menulis untuk harian terkemuka AS The Washington Post dan sering mengeritik keluarga penguasa Arab Saudi, terbunuh pada 2 Oktober 2018 di konsulat Arab Saudi di Istanbul. Dia sendiri tinggal di AS dan saat itu berada di Turki untuk mengambil dokumen persiapan pernikahan dengan pasangannya yang berasal dari Turki.
Pembunuhan itu memicu kritik internasional. Pihak Arab Saudi awalnya membantah bahwa dia telah terbunuh dan mengatakan Khashoggi sudah meninggalkan gedung konsulat. Namun akhirnya Arab Saudi mengakui Khashoggi terbunuh di dalam gedung konsulat, tetapi membantah keterlibatan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Pada bulan Januari lalu, pemerintah Saudi membuka sidang pengadilan pembunuhan di Riyadh, dengan 11 tersangka dan menjatuhkan hukuman mati bagi lima tersangka. Pemerintah Turki nmenuntut agar Arab Saudi mengekstradisi para tersangka untuk diproses di Turki, namun Arab Saudi berulang kali menolak permintaan itu.
Ketua tim penyelidik PBB Agnes Callamard mengecam kurangnya transparansi dalam persidangan para pembunuh Jamal Khashoggi di Arab Saudi.
hp/rzn (rtr, afp)
Peringkat Kebebasan Pers Negara Muslim
Benarkah radikalisme agama ikut mengancam kebebasan pers? Berikut peringkat negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar dalam Indeks Kebebasan Pers Internasional versi Reporters Sans Frontières.
Foto: picture-alliance/dpa
Kekuasaan Musuh Kebebasan
Kekhawatiran bahwa gerakan radikal Islam membatasi kebebasan pers hampir sulit dibuktikan. Kebanyakan penindasan yang terjadi terhadap awak media di negara-negara berpenduduk mayoritas muslim dilakukan oleh pemerintah, bukan ormas atau masyarakat, kecuali di kawasan konflik seperti Irak, Suriah atau Libya. Berikut peringkat kebebasan pers sejumlah negara muslim terbesar.
Foto: picture-alliance/ZB/J. Büttner
#120 Afghanistan
Wartawan di Afghanistan memiliki banyak musuh, selain Taliban yang gemar membidik awak media sebagai sasaran serangan, pemerintah daerah dan aparat keamanan juga sering dilaporkan menggunakan tindak kekerasan terhadap jurnalis, tulis RSF. Namun begitu posisi Afghanistan tetap lebih baik ketimbang banyak negara berpenduduk mayoritas muslim lain.
Foto: Getty Images/AFP/M. Hossaini
#124 Indonesia
Intimidasi dan tindak kekerasan terhadap wartawan dilaporkan terjadi selama masa kampanye Pilkada DKI Jakarta. Terutama kelompok radikal seperti FPI dan GNPF-MUI tercatat terlibat dalam aksi pemukulan atau penangkapan terhadap awak media. Namun begitu kaum radikal bukan dianggap ancaman terbesar kebebasan pers di Indonesia, melainkan militer dan polisi yang aktif mengawasi pemberitaan di Papua.
Foto: Getty Images/AFP/W. Kurniawan
#139 Pakistan
Wartawan di Pakistan termasuk yang paling bebas di Asia, tapi kerap menjadi sasaran serangan kelompok radikal, organisasi Islam dan dinas intelijen, tulis Reporters sans frontières. Sejak 1990 sudah sebanyak 2,297 awak media yang tewas. April silam, Mashal Khan, seorang wartawan mahasiswa tewas dianiaya rekan sekampus lantaran dianggap menistakan agama.
Foto: Getty Images/AFP/F. Naeem
#144 Malaysia
Undang-undang Percetakan dan Penerbitan Malaysia memaksa media mengajukan perpanjangan izin terbit setiap tahun kepada pemerintah. Regulasi tersebut digunakan oleh pemerintahan Najib Razak untuk membungkam media yang kritis terhadap pemerintah dan aktif melaporkan kasus dugaan korupsi yang menjerat dirinya. Selain itu UU Anti Penghasutan juga dianggap ancaman karena sering disalahgunakan.
Foto: Getty Images/R. Roslan
#155 Turki
Perang melawan media independen yang dilancarkan Presiden Recep Tayyip Erdogan pasca kudeta yang gagal 2016 silam menempatkan 231 wartawan di balik jeruji besi. Sejak itu sebanyak 16 stasiun televisi, 23 stasiun radio, 45 koran, 15 majalah dan 29 penerbit dipaksa tutup.
Foto: picture-alliance/dpa/U. Baumgarten
#161 Mesir
Enam tahun setelah Revolusi Januari, situasi kebebasan pers di Mesir memasuki masa-masa paling gelap. Setidaknya sepuluh jurnalis terbunuh sejak 2011 tanpa penyelidikan profesional oleh kepolisian. Saat ini paling sedikit 26 wartawan dan awak media ditahan di penjara. Jendral Sisi terutama memburu wartawan yang dicurigai mendukung atau bersimpati terhadap kelompok Ikhwanul Muslimin.
Foto: Reuters/A.A.Dalsh
#165 Iran
Adalah hal ironis bahwa kebebasan pers menjadi salah satu tuntutan revolusi yang menanggalkan kekuasaan Shah Iran pada 1979. Namun janji itu hingga kini tidak ditepati. Iran masih menjadi kuburan dan penjara terbesar bagi awak media, tulis Reporters Sans Frontières. Saat ini tercatat 29 wartawan dipenjara dan belasan media independen diberangus oleh pemerintah.
Foto: MEHR
#168 Arab Saudi
Berada di peringkat 168 dari 180 negara, Arab Saudi nyaris tidak mengenal pers bebas. Internet adalah satu-satunya ranah media yang masih menikmati sejumput kebebasan. Namun ancaman pidana tetap mengintai blogger yang nekat menyuarakan kritiknya, seperti kasus yang menimpa Raif Badawi. Ia dihukum 10 tahun penjara dan 10.000 pecutan lantaran dianggap melecehkan Islam. (rzn/yf - sumber: RSF)