1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pembunuhan Susanna Ungkap Masalah Sistem Suaka Jerman

11 Juni 2018

Seorang remaja perempuan Jerman berusia 14 tahun dibunuh. Pelakunya diduga pengungsi asal Irak, Ali B. Dia dan keluarganya melarikan diri ke Irak, sebelum polisi sempat mencegahnya.

Mainz AfD Mahnwache im Mordfall Susanna
Foto: DW/Astrid Prange

Ali B. yang melarikan diri ke Irak akhirnya ditangkap aparat keamanan di daerah Kurdi dan diserahkan kepada kepolisian Jerman. Petugas kepolisian menjemput langsung Ali B. dengan pesawat khusus di Irak dan membawanya kembali ke Jerman. Kasus ini menyulut debat kontroversial tentang sistem suaka politik di Jerman.

Susanna dilaporkan "hilang" oleh orangtuanya, akhir Mei lalu. Setelah dua minggu, polisi menemukan mayatnya dalam sebuah lubang di Wiesbaden. Polisi segera mencurigai Ali B, 20 tahun, seorang pengungsi yang tinggal di tempat penampungan pengungsi di kota itu. Ali B. diketahui mengenal Susanna. Dia dituduh memerkosa kemudian membunuh gadis perempuan itu.

Setelah kembali dari Irak, Ali B dibawa ke helikopter oleh petugas kepolisian untuk diterbangkan ke rumah tahananFoto: picture-alliance/dpa/H. Bratic

Ali B. bagi polisi bukan sosok yang tidak dikenal. Dia beberapa kali dijaring polisi karena kasus kekerasan dan perampokan. Permohonan suakanya sudah ditolak otoritas Jerman Desember 2016. Namun dia tidak segera dikirim pulang, karena masih mengajukan naik banding atas penolakan suakanya.

Politisasi dan kesalahan di bandara

Kasus ini segera dimanfaatkan partai ultra kanan Jerman AfD, yang sejak dulu menuntut agar Jerman menutup pintu bagi pengungsi. Tragedi kematian Susanna jadi kesempatan baik menyerang kebijakan pemerintah, yang dianggap terlalu longgar. Fungsionaris AfD Björn Höcke mengatakan, para pengungsi adalah ancaman besar bagi "anak-anak perempuan dan istri kita".

Yang menjadi sorotan publik adalah kenyataan bahwa Ali B dan keluarganya, seluruhnya 8 orang, ternyata bisa cepat-cepat pulang ke Irak setelah tahu ada penyelidikan polisi tentang kasus Susanna. Mereka membeli tiket atas nama orang lain dan bisa lolos dalam pemeriksaan di bandara Düsseldorf.

Pasalnya, mereka tidak memiliki paspor dan hanya membawa surat jalan yang dikeluarkan perwakilan Irak di Jerman dalam bahasa Arab. Ketika diperiksa di bandara, petugas hanya memeriksa tiket namun tidak mencocokkan lagi nama yang tertera di tiket dengan identitas penumpang, karena surat tanda identitasnya berbahasa Arab. Padahal nama di tiket berbeda dengan nama-nama di surat keterangan kedutaan Irak. Namun mereka lolos pemeriksaan dan terbang ke Irak.

Warga Wiesbaden menyatakan keprihatinan dan protes atas pembunuhan SusannaFoto: DW/Carla Bleiker

Pengaruh alkohol dan obat bius

Setelah diboyong kembali ke Jerman, Ali B. kepada polisi mengakui perbuatannya membunuh Susanna. Namun dia mengatakan tidak ingat secara detil apa yang terjadi, karena saat itu dia minum banyak alkohol dan menenggak pil. Saat ini, Ali B. ditahan di Frankfurt. Polisi masih harus menyelidiki, apa yang sebenarnya terjadi dan apakah Ali B. memang berencana membunuh Susanna atau hal itu terjadi secara spontan.

Pekerja dan organisasi sosial mengeritik sistem suaka politik Jerman yang dianggap justru menghambat integrasi para pengungsi. Misalnya mereka ditampung di tempat penampungan dan tidak mendapat ijin kerja ataupun melakukan kegiatan di luar daerah penampungannya. Banyak orang yang frustasi atau waswas karena proses suaka politiknya terlalu lama sehingga mereka terkatung-katung dalam ketidakpastian. Terutama bagi kaum muda, kondisi tanpa perspektif ini sering menjerumuskan mereka ke alkohol dan narkotika, dan akhirnya ke dalam kriminalitas.

Sejak Jerman memberlakukan politik terbuka terhadap pengungsi tahun 2015, ratusan ribu pengungsi baru tiba. Dinas Migrasi dan Pengungsi Jerman BAMF kewalahan menampung dan mengurus prosedur begitu banyak orang, sekalipun ribuan pekerja baru sudah direkrut.

Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer sekarang ingin membuat sentra penampungan pengungsi dengan kapasitas ribuan orang, agar permohonan suaka mereka bisa lebih cepat diproses, dan jika ditolak, para pemohon suaka bisa dengan cepat dipulangkan ke negara asalnya. Tetapi kalangan pengamat menilai, pembentukan sentra-sentra seperti itu malah bisa memperuncing konflik sosial di antara pengungsi

Jefferson Chase/hp/rn (dw)