Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant dipecat Netanyahu menyusul seruan penghentian atas reformasi sistem peradilan. Sementara aksi protes atas peromnbakan sistem peradilan terus berlanjut.
Iklan
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant dipecat pada hari Minggu (26/03) setelah meminta pemerintah menghentikan rencana reformasi sistem peradilan yang kontroversial di Israel.
"Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah memutuskan malam ini untuk memberhentikan Menteri Pertahanan Yoav Gallant,” demikian menurut keterangan dari kantor Netanyahu.
Sementara lebih lebih banyak aksi unjuk rasa di Tel Aviv dan kota-kota lain di Israel digelar pada hari Minggu (26/03) untuk menentang perombakan sistem peradilan yang direncanakan pemerintah.
Meriam air pun ditembakkan di beberapa lokasi unjuk rasa, termasuk di luar kediaman pribadi Netanyahu di Yerusalem.
Pihak oposisi protes, diplomat Israel di AS mengundurkan diri
Tak lama setelah pemecatan Gallant, Konsulat Jenderal Israel di New York Asaf Zamir mengumumkan pengunduran dirinya di Twitter.
"Keputusan untuk memecat Menteri Pertahanan hari ini meyakinkan saya bahwa saya tidak bisa lagi mewakili pemerintahan ini,” tulisnya.
Pemimpin dari dua partai oposisi terbesar di Israel, Benny Gantz dan Yair Lapid, juga mengeluarkan pernyataan bersama. Mereka meminta anggota Partai Likud Netanyahu untuk tidak ikut dalam "penghancuran keamanan nasional.”
"Keamanan negara tidak bisa menjadi kartu dalam permainan politik. Netanyahu sudah lewat batas malam ini,” tulis Gantz dan Lapid.
Sementara itu, pemerintah AS menyatakan "sangat prihatin” dengan situasi di Israel.
"Nilai-nilai demokrasi selalu dan harus tetap menjadi ciri khas hubungan AS-Israel,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS Adrienne Watson dalam sebuah pernyataan. Watson mengatakan Washington mendesak para pemimpin Israel "untuk menemukan kompromi secepat mungkin.”
Iklan
Gallant desak hentikan protes
Gallant, yang merupakan anggota Partai Likud Netanyahu, sebelumnya meminta pemerintah menghentikan rencana untuk merombak sistrem peradilan di Israel.
"Kita harus menghentikan proses tersebut guna memulai dialog,” kata Gallant dalam pidato yang disiarkan televisi pada Sabtu (25/03), seraya mengatakan bahwa keamanan Israel dalam bahaya.
Gallant adalah seorang jenderal terkemuka di Israel dan merupakan anggota paling senior dari Partai Likud Netanyahu yang mendesak sang perdana menteri membatalkan rencana reformasi tersebut.
Setelah pemecatannya, Gallant menulis: "Keamanan Negara Israel telah dan akan selalu menjadi misi hidup saya.”
Tiga Skandal Mengancam Nasib Netanyahu
Tanpa oposisi kuat di dalam negeri, PM Israel Benyamin Netanyahu seharusnya bisa merasa jumawa. Namun karirnya kini berada di ujung tanduk menyusul skandal korupsi yang melibatkan orang-orang terdekatnya.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Lane
Tiga Menohok Netanyahu
Sejumlah skandal pernah menerpa orang nomor satu di Israel ini. Tapi karir politik Benjamin Netanyahu tidak pernah menyurut. Terutama ketika kelompok oposisi melemah dan Donald Trump menduduki Gedung Putih, Sang Perdana Menteri sepantasnya merasa tak tersentuh. Namun tiga kasus dugaan korupsi kini mengancam menamatkan karirnya.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Lane
Perhiasan buat Sara
Skandal pertama yang membelit Netanyahu melibatkan hadiah bernilai tinggi yang ia dapat dari Arnon Milchan, taipan Yahudi yang memiliki bisnis hiburan di Amerika Serikat. Polisi meyakini Milchan memberikan beragam hadiah bernilai hingga 180.000 Dollar AS, termasuk di antaranya cerutu, champagne dan perhiasan buat sang Isteri, Sara.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Sultan
Kepentingan Bisnis Konglomerat Hiburan
Dugaan korupsi dilayangkan karena Milchan pada saat itu memiliki stasiun televisi Israel Channel 10 yang membutuhkan bantuan dana dari pemerintah untuk bertahan hidup. Polisi sedang menyidik apakah kepentingan bisnis Milchan berkaitan dengan pemberian hadiah bernilai mahal tersebut.
Foto: Ben Horton/Getty Images for Magnolia Pictures
Bola Panas Mozes
Skandal kedua melibatkan konglomerat lain, Arnon Mozes, pemilik koran beroplah terbesar kedua di Israel, Yedioth Achronoth. Meski awalnya bermusuhan secara politis, Netanyahu kemudian bersedia membantu Mozes menggembosi oplah Israel Today yang merupakan pesaing terbesar Yedioth Achronoth. Sebagai imbalannya Mozes menjanjikan dukungan lewat harian miliknya tersebut.
Foto: Reuters/G. Tibbon
Pengkhianatan Teman Lama
Rekaman percakapan antara Mozes dan Netanyahu jatuh ke tangan kepolisian secara tidak sengaja, ketika penyidik sedang menginvestigasi kasus lain. Kebocoran itu menjadi petaka buat Netanyahu karena Sheldon Adelson, pemilik harian Israel Today, banyak membiayai kampanye Netanyahu sebelum menjadi perdana menteri. Sheldon lantas terang-terangan mengaku "kecewa" terhadap bekas anak didiknya itu.
Foto: Getty Images/W. McNamee
Kapal Selam Datangkan Petaka
Adapaun skandal terakhir yang menerpa Netanyahu dipicu oleh perjanjian pembelian kapal selam dari Jerman senilai dua miliar Dollar AS. Tersangka utama kasus korupsi dalam pembelian kapal selam itu adalah David Shimron, kuasa hukum dan keponakan Netanyahu. Ia ditangkap polisi bersama Mickey Ganor yang melobi pemerintah Israel untuk membeli produk ThyssenKrupp.
Foto: picture alliance/Photoshot/Pool/A. Cohen
Status Tersangka dari Kepolisian
Kasus terakhir tergolong pelik karena bekas kepala staf Netanyahu, Ari Harow, telah sepakat untuk menjadi saksi kunci dalam kasus tersebut. Bersamaan dengan itu polisi mengumumkan bahwa Netanyahu secara resmi menjadi tersangka dalam setidaknya dua kasus "penipuan dan korupsi."
Foto: Getty Images/AFP/J. Guez
Tak Surutkan Dukungan Politik
Skandal seputar Netanyahu akhirnya membuat Partai Likud ketar ketir. Petinggi partai berulangkali terlibat adu mulut antara satu sama lain di depan publik mengenai masa depan sang Perdana Menteri. Namun hingga kini Likud belum mengubah sikap terkait Netanyahu. "Perdana menteri tidak perlu mengundurkan diri. Dia cuma harus membuktikan diri tak bersalah," kata Ketua Dewan Koalisi Likud, David Bitan.
Foto: DW/T. Kraemer
8 foto1 | 8
Mengapa reformasi sistem peradilan Israel diperdebatkan?
Pemerintah Israel mengumumkan rencana reformasi sistem peradilan itu pada bulan Januari lalu. Mereka beralasan bahwa reformasi diperlukan untuk memulihkan keseimbangan antara eksekutif dan yudikatif, dengan mengklaim bahwa hakim telah menjadi terlalu "intervensionistik.”
Reformasi tersebut nantinya akan memberi kuasa kepada pemerintah dalam memilih hakim dan membatasi kekuasaan Mahkamah Agung (MA) untuk membatalkan undang-undang.
Para penentang reformasi imengkritik bahwa pemerintahan koalisi ultra kanan berusaha mengikis pemisahan kekuasaan di Israel dan menempatkan negara itu menuju jalan otokrasi.
Beberapa indikasi bahwa Partai Likud kemungkinan akan memikirkan kembali rencana reformasi tersebut muncul pada Minggu (26/03) malam di saat aksi protes semakin menguat.
Menteri Kebudayaan Israel Micky Zoharm, sekutu dekat Netanyahu, mengatakan bahwa partainya akan mendukung perdana menteri jika dia menunda reformasi tersebut.
Likud adalah partai terbesar dalam koalisi pemerintahan, tetapi hanya menyumbang sekitar setengah kursi di parlemen Israel, Knesset.