"Siapkan Rencana Cadangan Terstruktur untuk Tangani Corona"
Prihardani Ganda Tuah Purba
3 April 2020
Pemerintah dinilai perlu menyiapkan rencana cadangan terstruktur dalam menangani wabah corona, terutama dalam pelayanan pasien Covid-19, termasuk pemetaan kebutuhan tenaga medis.
Iklan
Rumah Sakit (RS) Darurat di Pulau Galang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau yang ditinjau kesiapannya oleh Presiden Joko Widodo pada Rabu (01/04), menjadi rumah sakit darurat kedua yang dibangun pemerintah untuk tangani wabah corona. Sebelumnya, pemerintah juga telah mengoperasikan RS serupa di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta.
Jokowi menyebut rumah sakit ini akan digunakan sebagai fasilitas observasi, penampungan dan karantina untuk pengendalian wabah Covid-19 di Indonesia. Ia tidak menampik bahwa fasilitas ini dapat dimanfaatkan sebagai alternatif jika jumlah pasien Covid-19 di daerah membludak.
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Muhammad Adib Khumaidi menyambut baik pembangunan fasilitas rumah sakit darurat di Pulau Galang ini.
Ia menilai fasilitas ini tepat dimanfaatkan sebagai lokasi karantina seperti yang sebelumnya sempat dilakukan di Natuna dan Pulau Sebaru, yaitu karantina warga yang datang dari negara-negara lain yang terjangkit wabah virus corona.
“Natuna dan Sebaru kan hanya karantina saja, belum ada fasilitas medis. Pulau Galang bisa untuk kemudian dipakai dalam konteks karantina sekaligus tempat perawatan jika memang ada yang perlu dirawat. Penapisan awal penting, apalagi yang dari luar negeri,” ujar Adib saat dihubungi DW, Kamis (02/04).
Meski begitu, Adib menilai bahwa akan menjadi kesulitan tersendiri jika RS darurat di Pulau Galang ini dimanfaatkan untuk memindahkan pasien-pasien yang menumpuk dari seluruh wilayah di Indonesia. “Menjadi kesulitan tersendiri untuk transportasinya,” imbuhnya.
Karenanya ketua PB IDI itu menyarankan, agar wilayah-wilayah lain di Indonesia juga sebaiknya memiliki tempat-tempat khusus untuk penanganan pasien COVID-19 seperti yang dioperasikan di RS darurat Wisma Atlet Kemayoran di Jakarta.
Hand Sanitizer Buatan Mahasiswa Farmasi Toraja Lindungi Pedagang Lansia
Cairan pembersih tangan jadi benda langka dan mahal sejak pandemi corona. Akademi Farmasi Toraja turun tangan membuat dan membagi ratusan botol hand sanitizer bagi pedagang lansia di pasar tradisional Toraja, Sulsel.
Foto: DW/J. Tonapa
Cairan pembersih buatan Akademi Farmasi Toraja
Harga cairan hand sanitizer meroket dua hingga tiga kali lipat setelah wabah virus corona SARS-COV-2 melanda Indonesia. Biasanya harga cairan pembersih tangan tersebut di kisaran Rp 15 ribu-20 ribu. Namun, sekarang hand sanitizer itu dijual dengan harga Rp 40 ribu ke atas. Itulah yang menyebabkan Akademi Farmasi Toraja (AFT) berinisiatif membuat hand sanitizer untuk dibagikan kepada warga.
Foto: DW/J. Tonapa
Diracik di lab sendiri
Inisiatif untuk membuat cairan pembersih secara mandiri datang dari Direktur AFT Estherina Allo Payung, S.Si., MAP. Di laboratorium akademi, ia meracik hand sanitizer sesuai standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Racikan AFT dengan formula mengandung lebih dari 60 persen ethanol, sebagai takaran yang efektif membunuh kuman serta hydrogen peroxide dan glycofor.
Foto: DW/J. Tonapa
Mahasiswa distribusikan hand sanitizer
Sekitar 20 mahasiswa akademi farmasi terlibat menjadi relawan untuk mendistribusikan hand sanitizer kepada kelompok rentan yang bekerja di pasar. Untuk proyek ini, AFT memproduksi sekitar 600 botol cairan pembersih tangan.
Foto: DW/J. Tonapa
Melindungi pedagang lansia
Pedagang berusia lanjut yang berjualan di pasar menjadi target utama pemberian botol hand sanitizer buatan AFT itu. Salah satunya Damaris (57), pedagang sayur yang biasa berdagang di pinggir jalan di Pasar Makale, Toraja. Para pedagang dianggap kelompok rentan terinfeksi virus Covid-19, karena kontak dengan banyak orang yang bisa menjadi pembawa dan penyebar virus.
Foto: DW/J. Tonapa
Tak sekadar membagikan hand sanitizer
Aksi memberikan hand sanitizer ini tidak hanya dilakukan di Pasar Makale, Toraja, tapi juga di Pasar Bolu, Rantepao. Para mahasiswa tidak hanya sekadar memberikan botol cairan pembersih tangan, tapi juga turut menjelaskan bagaimana cara menjaga kebersihan tangan dan diri agar bisa terlindung dari wabah penyakit Covid-19.
Foto: DW/J. Tonapa
Upaya memutus mata rantai penyebaran corona
Selain para pedagang di pasar, botol hand sanitizer juga diberikan kepada sopir angkutan umum dan tukang ojek. Para pekerja di sektor transportasi publik dikategorikan sebagai kelompok rentan dan bisa berpotensi ikut menjadi bagian rantai penyebaran virus corona SARS-CoV-2. (Ed: ts/as)
Foto: DW/J. Tonapa
6 foto1 | 6
Rencana cadangan penanganan covid-19
Menurut Adib, selain pembangunan fasilitas kesehatan seperti RS darurat di Pulau Galang, hal lain yang juga penting dilakukan adalah menyiapkan rencana cadangan (contingency plan) atau strategi pelayanan terstruktur terkait penanganan Covid-19 di seluruh wilayah Indonesia.
Salah satunya adalah menyiapkan sarana yang dijadikan tempat khusus perawatan Covid-19, mulai dari level paling bawah yaitu puskesmas, sampai ke level atas yaitu rumah sakit rujukan dan rumah sakit khusus untuk perawatan Covid-19.
Ia menyebut hal ini perlu dilakukan agar tidak semua pasien atau masyarakat bisa bebas datang ke mana saja untuk memeriksakan gejala Covid-19, sehingga dapat mengurangi paparan virus terhadap tenaga medis yang tidak dilengkapi APD.
“Memang arahnya kami lebih menyarankan supaya RS juga tidak terbebani. Dalam artian, RS saat ini juga melayani pasien lain, juga merawat pasien lain yang bukan Covid-19. Apalagi saat ini mulai muncul ketakutan dari pasien untuk berobat ke rumah sakit, karena semua RS sepertinya merawat Covid-19,” jelas wakil ketua umum PB IDI itu
Pemetaan tenaga medis
Di sisi lain, berkaitan dengan contingency plan tersebut, Adib mengatakan bahwa pemerintah juga perlu melakukan pemetaan terkait kebutuhan tenaga medis dan tenaga kesehatan pendukung dalam penanganan Covid-19. Tidak hanya untuk RS darurat di Pulau Galang tapi buat seluruh wilayah Indonesia.
“Saya melihatnya masih sporadis, karena masih terpecah-pecah pelayanan pasiennya. Akhirnya semuanya sepertinya butuh tenaga medis,” katanya.
Di Mana Sebenarnya Virus Corona Mengintai?
Khawatir tertular virus corona dari hewan peliharaan, kentang, atau bahkan kartu ulang tahun di samping tempat tidur? Anda tidak sendirian. Virus corona seolah ada di mana-mana. Benda apa saja yang aman dipegang?
Foto: picture-alliance/dpa/S. Gollnow
Gagang pintu bisa terkontaminasi?
Penelitian saat ini menyebukan, virus corona dapat bertahan hidup selama empat hingga lima hari pada permukaan benda seperti gagang pintu. Virus SARS-CoV-2 penyebab wabah corona juga dapat menyebar melalui tangan dan permukaan yang sering disentuh. Meski masih perlu dipelajari lebih lanjut, para ahli meyakini bahwa wabah COVID-19 mirip dengan virus corona jenis lainnya.
Perlu juga kewaspadaan ekstra sewaktu makan siang di kantin, jika kantin masih buka. Pada dasarnya, virus corona juga dapat menempel di peralatan makan seperti sendok dan piring lewat bersin atau batuk orang yang terinfeksi. Namun, Institut Federal Jerman untuk Penanganan Risiko, BfR, mengatakan bahwa sampai saat ini "belum diketahui ada infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebar lewat cara ini."
Foto: picture-alliance/dpa/J. Kalaene
Ragu terhadap barang impor?
Haruskah orang tua khawatir adanya kemungkinan infeksi dari mainan impor? Tidak, kata BfR. Sejauh ini, belum ada bukti adanya kasus penularan lewat mainan impor atau barang lainnya. Para ahli sejauh ini berasumsi bahwa virus sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan. Namun patogen masih bisa menginfeksi selama beberapa hari, terutama dalam cuaca dingin dan kelembaban tinggi.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Gollnow
Paket pos penuh virus?
Secara umum, virus corona yang menginfeksi manusia tidak bisa bertahan lama pada permukaan kering. Hidupnya virus di luar organisme manusia tergantung pada banyak faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban. BfR memperkirakan infeksi melalui pos "agak tidak mungkin." Namun, institut ini juga mengakui bahwa data yang lebih tepat tentang SARS-CoV-2 belum tersedia.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Becker
Bisakah saya terinfeksi dari hewan peliharaan?
Dapatkah anjing saya menginfeksi saya atau saya menginfeksi anjing saya? Para ahli menganggap risiko hewan peliharaan terinfeksi virus corona sangat rendah, tetapi tidak menutup kemungkinannya. Hewan-hewan itu sendiri mungkin tidak menunjukkan gejala, sehingga tidak sakit. Namun, jika hewan terinfeksi, mungkin saja mereka menularkan virus corona melalui udara atau lewat kotoran.
Foto: picture-alliance/dpa/AP/A. Tarantino
Apakah buah-buahan berbahaya?
BfR mengatakan bahwa makanan yang terkontaminasi kemungkinan tidak mentransmisikan virus SARS-CoV-2. Sejauh ini, tidak ada kasus yang terbukti. Tentu saja orang harus mencuci tangan dengan teliti sebelum menyiapkan makanan, bahkan juga jika tidak ada wabah corona. Karena virus peka terhadap panas, memanaskan makanan dapat mengurangi risiko infeksi lebih lanjut.
Foto: picture-alliance/Kontrolab/IPA/S. Laporta
Kontaminasi dari makanan beku?
Meski virus corona penyebab SARS dan MERS dikenal tidak suka panas, patogen ini bisa bertahan di suhu dingin. Virus dapat tetap menular pada suhu -20 derajat Celsius, dan bertahan dalam status beku hingga dua tahun. Namun, BfR tetap menegaskan bahwa sejauh ini, belum ada bukti rantai infeksi SARS-CoV-2 melalui konsumsi makanan, termasuk makanan beku.
Foto: picture-alliance /imageBROKER/J. Tack
Jangan makan binatang liar!
Wabah COVID-19 setidaknya menghasilkan satu hal yang positif: Cina melarang konsumsi hewan liar. Bukti telah menunjukkan bahwa virus corona jenis baru ini ditransmisikan ke manusia oleh kelelawar. Kelelawar, tentu saja, tidak bisa disalahkan atas wabah ini. Mungkin, sebenarnya hewan ini juga tidak mau jadi santapan. (ae/as)
Foto: picture-alliance/Photoshot/H. Huan
8 foto1 | 8
Pemetaan ini ia nilai perlu dilakukan agar nantinya dapat disiapkan sebuah mekanisme untuk menjawab potensi kekurangan tenaga medis yang kemungkinan terjadi di daerah. “Apakah nanti setiap bulan kemudian di-rolling, dan sebagainya”, tambah Adib.
Sebagai contoh, untuk kebutuhan tenaga medis Pulau Galang saja Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Tjetjep Yudiana seperti dilansir dari Kompas.com menyatakan, pihaknya terus mencari relawan-relawan yang siap untuk menjadi tenaga medis di lokasi tersebut.Tjetjep menyebut baru ada 17 orang relawan yang menyatakan siap untuk bergabung. Pihaknya pun terus mengajak masyarakat Kepri untuk mau bergabung menjadi relawan.
“Bagi yang berminat bisa langsung menghubungi Dinas Kesehatan Kepri,” ujar Tjejep, Selasa (31/03).
Terkait kebutuhan ini, Koordinator Relawan Gugus Tugas Covid-19 Andre Rahadian mengakui, pihaknya telah dihubungi oleh penanggung jawab rumah sakit darurat di Pulau Galang. Namun, ia menyatakan komunikasi tersebut lebih kepada bagaimana mekanisme agar relawan di Pulau Galang bisa mendapatkan insentif yang sama dengan relawan yang terdaftar di gugus tugas.
“Jadi teman-teman yang di Pulau Galang ini masih bisa mengambil resources yang ada. Cuma karena kita di kalangan relawan ini ada mekanisme insurance, ada juga insentif-insentif yang diterima sesuai perpres, nah itu mereka tanya bagaimana bisa masuk ke struktur ini. Walaupun calon relawannya sudah ada, tapi bagaimana supaya bisa tercover dengan benefit seperti gugus relawan ini,” jelas Andre saat dihubungi DW, Kamis (02/04).
Ia menyebut sebisa mungkin tenaga relawan yang terdaftar di gugus tugas tidak berpindah domisili.
“Kecuali kalau misalnya nanti sudah jadi emergency di mana yang ada di Jakarta atau episentrum-episentrum yang ada sudah tidak kuat, kita baru mengambil dari luar,” ujar Andre.
Menurut data relawan gugus tugas, sampai pada Kamis (02/04), sudah ada sekitar 15.250 relawan yang terdaftar, terdiri dari 1.529 relawan medis dan tenaga kesehatan lainnya dan 12.721 relawan non medis. Belasan ribu relawan ini tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. (gtp/as)