1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemerintah Diminta Tidak Panik Ihwal Rupiah

28 Agustus 2015

SBY mengimbau pemerintah agar tidak bersikap panik menghadapi gejolak perekonomian yang tengah melanda Asia. Sementara itu pemerintah siapkan paket stimulus buat menggenjot pertumbuhan.

Indonesien Wirtschaft Banknoten Geldscheine
Foto: Reuters

Bekas Presiden Susilo bambang Yudhoyono menilai Presiden Joko Widodo tidak seharusnya bersikap panik dalam menghadapi gejolak ekonomi. Jakarta dirundung kritik lantaran nilai Rupiah anjlok ke level terendah sejak krisis moneter 1998.

Menjelang akhir pekan nilai tukar Rupiah bertengger di kisaran Rp. 14.000 terhadap Dolar Amerika Serikat. Gejolak juga turut menggoyang lantai bursa. Pekan lalu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat anjlok ke level paling bontot tahun ini.

Namun begitu Yudhoyono meyakini Indonesia tidak sedang terbelit krisis. Menurutnya pemerintahan saat ini cukup mampu buat mengatasi turbulensi yang juga mendekap negara Asia lain seperti Malaysia dan Cina.

"Pemimpin tidak perlu panik," katanya seperti dikutip Detik.Com. "Perlu ketenangan buat mengambil kebijakan yang tepat." Presiden RI ke-enam itu mendesak Istana Negara buat mencegah gelombang pemecatan alias PHK dan mengupayakan stabilisasi harga bahan pokok.

Pondasi Ekonomi Lebih Kokoh

Pertumbuhan ekonomi Indonesia mandeg di angka 4.6 persen pada kuartal kedua tahun ini. Jumlah tersebut adalah yang terendah sejak enam tahun. "Jika Rupiah terus melemah, akan ada banyak perusahaan yang jatuh bangkrut karena meminjam dalam bentuk Dolar," ujar Yudhoyono.

Sebab itu ia menyarankan agar Bank Indonesia mengintervensi pasar uang buat menjaga nilai tukar Rupiah.

Sementara itu pemerintah mengaku tengah menyiapkan paket stimulus untuk merangsang pertumbuhan dan meningkatkan cadangan valuta asing. Paket kebijakan tersebut antara lain berupa keringanan pajak buat investor, kata Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro.

Pemerintah juga meyakini perekonomian Indonesia saat ini tidak sedang dirundung krisis. "Dibandingkan 2 tahun lalu atau tahun lalu, sekarang ini secara fundamental lebih baik," tutur Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo.

rzn/vlz (dpa,antara,detik,tempo)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait