1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemerintah Filipina dan separatis Islam MILF Siap Berunding Lagi

12 Juni 2009

Perundingan perdamaian antara pemerintah Filipina dan front separatis muslim Moro, MILF akan kembali digelar. Begitu ungkap Presiden Filipina Gloria Macapagal Arroyo hari Jumat (12/06) ini.

Militer Filipina di MindanaoFoto: AP

Waktu dan tempat untuk perundingan perdamaian antara pemerintah Filipina dan front separatis muslim Moro, MILF belum ditetapkan. Menurut Presiden Filipina Gloria Macapagal Arroyo hari Jumat (12/06) ini, hal ini akan ditentukan setelah ada masukan dari pemerintah Malaysia, yang bertindak sebagai penengah.

Konflik antara pemerintah Filipina dan front separatis muslim Moro, MILF tampaknya akan diselesaikan di meja perundingan, setelah awal pekan ini, militer Filipina mengaku berhasil merebut markas kelompok separatis itu. Berita yang disangkal oleh MILF itu, menyebutkan bahwa markas itu bisa menampung 200 orang dan merupakan pabrik perakitan bom. Sementara, jurubicara MILF menyatakan bahwa markas tersebut sebenarnya sebuah desa berpenduduk Muslim.

Meski berita simpang siur, dapat dipastikan bahwa akhir pekan lalu militer Filipina melakukan serangan udara dan mengerahkan artileri berat terhadap wilayah yang diduga dikuasai oleh MILF. Pendudukpun melarikan diri dari desa-desa yang digempur itu.

Sampai kini sudah lebih dari 300 orang tewas dan kini jumlah pengungsi meningkat sampai lebih dari setengah juta orang akibat baku serang yang kembali merebak. Stephen Anderson dari organisasi PBB, World Food Programme yang menangani masalah pangan, menyatakan: „Jumlah pengungsi meningkat drastis beberapa pekan terakhir. Sejak pertempuran kembali merebak, setidaknya ada 100.000 pengungsi tambahan.“

Bentrokan senjata meledak kembali antara pemerintah Filipina dan front separatis muslim Moro, MILF pertengahan 2008. Ketika itu otonomi sebagian wilayah Filipina selatan dan kekuasaan yang dijanjikan kepada MILF oleh pemerintah Filipina dibatalkan, karena Mahkamah Agung Filipina menyatakan hal itu melanggar konstitusi. Sebagai reaksi, beberapa kelompok MILF lalu menyerang beberapa desa yang mayoritas penduduknya beragama Kristen di kawasan otonomi itu.

Peta FilipinaFoto: DW

Jendral Alfredo Cayton dari brigade infanteri 601 menekankan upaya keras militer menangkap pelakunya. Tegasnya: "Mereka menyerang desa-desa di Cotabato Utara, membakar rumah dan membunuh warga sipil. Kami menegakan hukum dan keadilan, akan menangkap pelaku yang bertanggung jawab atas kejahatan ini.“

Saling tuding terjadi. MILF yang berkekuatan 12.000 pasukan, sudah hampir 40 tahun memperjuangkan otonomi bagi propinsi-propinsi Mindanao yang mayoritas penduduknya Islam. MILF menuduh militer telah membombardir kawasan pemukiman dan bertanggung jawab atas bencana kemanusiaan yang terjadi.

Mohagher Iqbal, negosiator utama bagi MILF mengakui bahwa pihak MILF yang melanggar gencatan senjata Agustus lalu. Ia mengatakan: “Kami akui, bahwa yang memulai pertempuran lagi itu orang kami. Tapi sesudah itu, kami menuntut para pemimpin kelompok-kelompok itu untuk menarik pasukan mereka, dan mereka langsung mundur lagi. Hanya saja sejak itu, milter bertindak keras terhadap semua kelompok kami dan serangannya telah menimbulkan penderitaan bagi masyarakat di Mindanao.“

Di pulau Mindanao, terdapat berbagai kelompok bersenjata lainnya yang tidak terkait dengan MILF, termasuk kelompok komunis, maois, islamis, kriminal, milisi serta kelompok teror, Abu Sayyaf yang memiliki agenda sendiri. Di 11 propinsi dari total 25 propinsi di pulau Mindanao, mayoritas penduduknya beragama Islam.

EK/dpa/E+Z/aljazeera

Editor: Hendra Pasuhuk