Pemerintah Jepang berencana menanggulangi angka kelahiran yang menurun dengan membantu mendanai sistem perjodohan menggunakan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang lebih canggih.
Iklan
Jumlah kelahiran di Jepang pada 2019 turun 5,8 persen menjadi sekitar 865.000, sebuah angka tahunan terendah yang pernah ada. Penurunan jumlah kelahiran ini disebabkan oleh menurunnya jumlah perkawinan dan kenaikan usia perkawinan.
Di negara yang memiliki sejarah panjang perjodohan manusia, pemerintah daerah telah beralih ke sistem pencocokan menggunakan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk mempertemukan satu orang dengan orang lainnya. Tetapi banyak warga Jepang yang hanya mempertimbangkan kriteria seperti pendapatan dan usia, sehingga perjodohan hanya akan berhasil jika ditemukan kecocokan yang sangat persis.
Teknologi AI biasanya digunakan oleh sejumlah aplikasi perjodohan untuk memperbaiki sistem pencocokan antar pengguna berdasar pada beberapa faktor, seperti usia, lokasi, hingga latar belakang pendidikan.
Berdasarkan laporan dari surat kabar Yomiuri Shimbun, pendanaan yang diberikan pemerintah pusat akan memungkinkan akses ke sistem yang lebih canggih, yakni memasangkan orang dengan calon pasangan bertemu meskipun segi pendapatan, usia, atau pendidikan tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Kenapa Orang Jenius Sulit Temukan Cinta?
Anda masih ‘jomblo’? Bukan kebetulan semata jika orang-orang jenius terkadang kesulitan menemukan jodoh yang pas bagi dirinya. Dilansir dari situs higherperspectives, inilah faktor-faktormya:
Foto: Fotolia/Yuri Arcurs
Cenderung terlalu analitis
Orang cerdas tahu, bahwa dalam mencari pasangan, ada hal yang lebih penting ketimbang fisik. Di antaranya cara berpikir. Bisa jadi setiap kalimat yang keluar dari teman kencanpun dianalisis –walaupun kadang kalimat-kalimat itu hanya omong kosong atau asal 'jeplak‘. Orang cerdas banyak berpikir tentang masa depan, memelihara asmara dan terobsesi temukan orang yang tepat.
Foto: Fotolia
Tidak Mau Salah Pilih
Orang jenius tidak minder jika belum dapat pasangan yang cocok. Orang pintar menetapkan prinsip pentingnya mendapat pasangan yang cocok sebagai harga mati. Kalau tak cocok, ya tak perlu dipaksakan.
Foto: Aleksandar Todorovic - Fotolia
Penuh Pertimbangan
Ini bukan sinis. Orang-orang cerdas mengetahui bahwa sebagian hubungan tidak berhasil. Akibatnya, mereka kadang-kadang tak gegabah untuk menjalin hubungan serius dan seolah sulit berkomitmen. Tapi pasangan yang tepat dan pengertian akan memahami itu.
Foto: Colourbox/Syda Productions
Ahli Intimidasi
Ini maksudnya bukan mengintimidasi orang bodoh, melainkan mengintimidasi orang-orang jenius lainnya. Mereka mungkin tidak merasa nyaman menghadapi fakta bahwa ada orang lain yang lebih unggul di bidang kehidupan lain. Salah satu cara mengatasi rasa tidak nyaman itu, adalah dengan nada bicara cenderung intimidatif.
Foto: Fotolia/Elnur
Penuh Antisipasi
Orang-orang cerdas seringkali amat menyadari ancaman bahaya dalam situasi tertentu, dan termasuk ketika kencan. Mereka berusaha tenang, hati-hati, dan cenderung untuk pasang kuda-kuda untuk melindungi diri mereka sendiri, supaya tak jatuh ke dalam perangkap.
Foto: imago/Peter Widmann
Tidak kecil hati
Semua faktor-faktor tadi bukan hal buruk. Cinta memang menyenangkan. Cinta bisa datang dan pergi. Namun yang paling penting diingat adalah, kebahagian bukan ditentukan oleh pasangan, melainkan diri kita sendiri.
Foto: Colourbox/E. Marongiu
6 foto1 | 6
Sistem perjodohan yang mahal
Sejumlah prefektur di Jepang telah memperkenalkan sistem seperti itu, yang berdasar pada hobi dan nilai-nilai lainnya, tetapi biaya operasionalnya terbilang mahal.
Saitama, sebuah daerah di utara Tokyo, menghabiskan 15 juta yen atau sekitar Rp 2 miliar pada tahun fiskal hingga Maret 2019, tetapi hanya 21 pasangan saja yang berhasil melangsungkan pernikahan.
Seorang pejabat di Kantor Kabinet mengkonfirmasi angka tersebut, dan menambahkan: "Kami hanya mencairkan uang untuk menangani penurunan angka kelahiran, terserah pemerintah daerah bagaimana membelanjakannya."