1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
BencanaJerman

Pemerintah Jerman Bantah Kritik Terkait Penanganan Banjir

20 Juli 2021

Meski didera kritik, pejabat tinggi di Jerman membela penanganan banjir yang mereka lakukan baru-baru ini. Banjir ini merupakan yang terparah selama beberapa dekade, dan telah menelan sedikitnya 165 korban tewas.

Penduduk setempat dan sukarelawan melakukan pembersihan setelah bencana banjir di Jerman bagian barat
Penduduk setempat dan relawan melakukan pembersihan setelah bencana banjir di Jerman bagian barat.Foto: Cristof Stache/Getty Images/AFP

Pejabat federal dan negara bagian di Jerman menepis kritik yang mengatakan bahwa mereka kurang berbuat banyak dalam memperingatkan penduduk setempat akan ancaman banjir di wilayah terdampak paling parah di negara itu.

Salah satunya muncul dari Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer yang menyebut kritik itu sebagai "retorika pemilu murahan” dan mengatakan "sekarang bukan waktunya untuk itu.”

"Sangat tidak terbayangkan jika bencana seperti itu dikelola secara terpusat dari satu tempat. Anda harus membutuhkan pengetahuan lokal,” katanya kepada wartawan pada Senin (19/07) saat mengunjungi bendungan Steinbachtalsperre di Nordrhein-Westfalen.

Bantahan lain juga muncul dari Menteri Dalam Negeri Nordrhein-Westfalen Herbert Reul yang mengatakan bahwa sementara penanganan banjir di negara bagian yang ia pimpin tidak sempurna, "tidak ada masalah mendasar yang besar” yang muncul dalam respons mereka terhadap bencana.

Badan Meteorologi Jerman (DWD) juga membela penanganan krisis yang mereka lakukan dengan mengatakan bahwa mereka telah "melakukan apa yang seharusnya dilakukan.”

Sebelumnya, seorang juru bicara DWD mengatakan kepada lembaga penyiaran publik ZDF bahwa peringatan mereka akan banjir kepada otoritas lokal tidak diteruskan kepada warga.

Saat dikonfirmasi DW, Mariam Haritz, kepala Unit Manajemen Krisis di Kantor Federal untuk Perlindungan Sipil dan Bantuan Bencana, mengatakan bahwa DWD benar telah memberikan dua peringatan sebelum banjir bandang datang. Namun di saat yang sama, ia juga menyebut bahwa tidak ada yang menyangka bahwa "banjir kali ini dapat menyebabkan kerusakan yang luar biasa.”

Menurut Haritz, ketika mengeluarkan peringatan bencana, para pejabat harus beroperasi pada "garis yang sangat tipis.” Maksudnya, "jika Anda memperingatkan orang-orang tentang peristiwa cuaca ekstrem dan hal itu tidak terjadi persis seperti yang Anda prediksi, maka orang-orang itu akan marah karena mungkin mereka telah membatalkan pesta atau kegiatan apapun karena peringatan itu. Dan ketika di waktu lain Anda mengeluarkan peringatan kembali, mereka tidak akan mendengarkan Anda lagi,” jelasnya.

Warga mengaku tidak mendapat peringatan

Sedikitnya 165 orang dilaporkan tewas akibat banjir bandang yang melanda Jerman. 117 kematian terjadi di negara bagian Rheinland Pfalz, 47 kematian di negara bagian Nordrhein-Westfalen, dan 1 kematian di Bayern.

Jerman telah mengerahkan sebanyak 1.000 tentara untuk membantu penanganan bencana di 3 negara bagian terdampak paling parah. Operasi pencarian korban dan penyelematan juga masih terus belangsung.

Koresponden DW Benjamin Alvarez turut melaporkan langsung dari Ahrweiler pada Senin (19/07), salah satu daerah yang dilanda banjir. Ia menggambarkan situasi di sana "dramatis”.

"Listrik masih padam, dan gas juga masih belum tersedia. Pemerintah setempat meyakini upaya pemulihan dapat memakan waktu hingga berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan,” katanya.

Alvarez juga mengatakan banyak warga Ahrweiler tidak menerima peringatan dari otoritas setempat sebelum banjir datang.

"Kami telah berbicara dengan beberapa orang di lapangan. Sementara beberapa dari mereka mengatakan bahwa mereka mendengar alarm dari pemadam kebakaran, banyak dari mereka yang memberi tahu kami bahwa mereka tidak mendapat peringatan dari otoritas setempat, petugas pemadam kebakaran atau polisi,” ujar Alvarez.

Menurut Alvarez, beberapa warga justru menerima telepon dari anggota keluarga mereka yang mendesak mereka untuk segera mengungsi dari rumah mereka.

gtp/vlz (AP, AFP, dpa)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait